Selasa, 11 September 2018

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MANAJEMEN KELAS DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR DI SD NEGERI 56 KOTA BENGKULU






HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MANAJEMEN KELAS DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR DI SD NEGERI 56 KOTA BENGKULU

PROPOSAL TESIS

Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Menempuh Mata Kuliah Metodelogi Penelitian
Program Studi Magister/Manajemen Pendidikan
PPs FKIP Universitas Bengkulu Semester 1 Tahun Akademik 2012/1013
Dosen Dr. Zakaria, M.Pd


 





Oleh
JON SASTRO
NPM A2K012116

PROGRAM STUDI
MAGISTER ADMINISTRASI/MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013



KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan proposal tesis ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Penulisan proposal tesis ini disusun sebagai syarat untuk penulisan Tesis yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister pendidikan. Judul penelitian yang akan dilakukan penulis adalah “Hubungan Antara Kemampuan Manajemen Kelas Dan Kinerja Mengajar Terhadap Motivasi Siswa Dalam Belajar
Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Dalam penulisan proposal ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan semua studi, khususnya kepada dosen mata kuliah Dr. Zakaria, M.Pd, serta rekan-rekan seperjuangan di semester 1 Program Studi Magister/Manajemen Pendidikan Tahun Akademik 2012/1013.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin Ya robbal’Alamin.
Wassalamualaikum wr.mb

                                                                        Bengkulu,      Juni 2013


Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.     Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C.     Perumusan Masalah ............................................................................ 12
D.    Tujuan Penelitian ................................................................................ 12
E.     Manfaat Penelitian.............................................................................. 13
F.      Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 13
G.    Definisi Konsep.................................................................................. 14

BAB II. PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Teoretik............................................................................... 15
a.       Motivasi Siswa Dalam Belajar................................................ 15
b.      Manajemen Kelas.................................................................... 25
c.       Kinerja Mengajar..................................................................... 38
B.     Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 41
C.     Kerangka Berfikir............................................................................... 41
D.    Paradigma Penelitian........................................................................... 42
E.     Hipotesis Penelitian............................................................................. 43

BAB III. METODE PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian.......................................................................... 44
B.     Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 44
C.    Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 45
D.    Teknik Analisis Data........................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 50



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang bermutu merupakan harapan setiap masyarakat suatu negara. Pengalaman menunjukkan bahwa modal kehidupan dalam setiap perubahan zaman adalah pendidikan. Terdapat empat isu sentral yang menjadi masalah pendidikan, yaitu: relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan, efektifitas pendidikan, dan mutu pendidikan. Salah satu masalah pendidikan tersebut, yaitu mutu pendidikan, melibatkan banyak pihak dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tersebut, khususnya mutu pendidikan dasar smpai ke perguruan tinggi. Salah satu aspek yang memiliki peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan, adalah kemampuan guru dengan segala latar belakang dan pengalaman. Tugas guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial (Depdikbud, 1983:9).
Lahirnya Undang Undang Sistim Pendidikan nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah memberikan angin segar bagi usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini. Karena penting, pendidikan harus selalu ditumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan atau para pelaku pendidikan.
Semua pembaruan pendidikan yang menyangkut proses maupun hasil pengajaran harus mempertimbangkan guru dalam arti keikutsertaannya. Pembaruan hanya dirumuskan di tingkat Menteri, Dirjen, dan Direktur tanpa melihat realitas kemampuan guru akan menghadapi hambatan dalam implementasinya. Suyanto (2000) mengutip pendapat Michael G. Fullan “Education change depends on what teachers do and think it’s as simple and as complex as that.” Keikutsertaan guru ini bukan dalam arti fisik atau kualitas, namun yang lebih penting ialah keikutsertaan secara mental yang didukung oleh kemampuan profesional. Oleh karena itu, guru perlu memiliki semacam a common mission pada setiap proses pembaharuan. Pembaharuan itu meliputi kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan, strategi pembelajaran, dan sebagainya. Implikasi dari pembaharuan itu adalah bahwa ukuran keberhasilan proses belajar mengajar guru di kelas mengalami perubahan. Tuntutan ketertiban kelas juga menjadi berubah. Selain itu, guru mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode, bukanlah guru yang baik. Keadan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswa mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan belajar demi tercapainya tujuan belajar, bukanlah kelas yang baik, dan perlu dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi atau ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, mendorong guru mengetahui cara mengelola (manajeman) kelas dalam proses pembelajaran. Setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kerja tertentu pula.
Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang studi, melainkan juga penguasaan guru atas manajemen kelas (Maman R.1999).
Tuntutan peningkatan kualitas hampir mewarnai semua sektor dan menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Berbagai upaya inovasi untuk melahirkan peningkatan mutu tak henti-hentinya dilakukan. Tujuannya antara lain, agar hasil yang diperoleh lebih baik, lebih meningkat, lebih produktif dari keadaan sebelumnya.
Dari semua perubahan-perubahan tersebut yang merupakan paradigma baru memberikan pengaruh terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampaknya akan dirasakan oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun non pemerintah, yaitu swasta dan masyarakat. Walaupun sifatnya masih dalam taraf sosialisasi, namun telah membuka cakrawala pemikiran-pemikiran serta gagasan- gagasan yang berharga dalam mempersiapkan terlaksananya Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional tersebut.
Sebagaimana diungkapkan di atas, bahwa konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tempat atau lembaga yang paling strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia, adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas untuk memberikan pendidikan dan pengajaran, agar para peserta didik dapat menjadi manusia sesuai dengan harapan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Menurut M. Entang dan Raka Joni (1998 : 54) mengemukakan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi siswa. Dalam setiap proses belajar-mengajar kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku siswa di dalam kelas (usaha kuratif).
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam pembelajaran; Kedua, dikenal masalah-masalah apa sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-mengajar; dan Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.
Dari konsep di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen kelas yang sehat pelu memperhatikan dalam: 1) menyusun rancangan dan prosedur manajemen kelas; 2) mengimplementasikan hasil rancangan tersebut; 3) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas; dan 4) merumuskan indikator keberhasilan manajemen kelas.
Dalam konteks guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas adalah mengajar, terikat pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, mengenai apa yang mesti dilakukan guru di kelas jika mengajar merupakan suatu pekerjaan professional, maka harus memiliki pertimbangan professional (professional judgment) dalam melaksanakan tugasnya.
Pertimbangan professional guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar di kelas, minimal harus: 1) mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Komitmen tertinggi guru adalah berorientasi pada kepentingan siswanya, 2) menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, 3) guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
Apabila kedua konsep tersebut di atas, diterapkan dalam konteks pembelajaran, maka guru harus mempunyai kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta motivasi dalam rangka mencapai produktifitas pengajaran yang dalam proses pelaksanaannya melalui perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional para guru SD dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar serta kinerja guru dengan melalui wadah sistem pembinaan, yaitu Gugus Sekolah Dasar. Pedoman pengelolaan gugus sekolah dibentuk berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan kebudayaan Nomor: 079/C/Kep/I/93. Gugus Sekolah di SD merupakan suatu wadah pembinaan profesional tenaga kependidikan khususnya guru.
Dalam kenyataannya secara empirik di lapangan berdasarkan hasil wawancara, observasi serta pengamatan pada gugus sekolah di SD perilaku guru di kelas, yaitu:
1) Yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen kelas, yang meliputi: a) kurang mengenal masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas sehingga dalam penanggulangannya pun tidak tepat; b) kurang tepat memilih pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan; c) kurang memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas, baik secara intern maupun eksteran; dan d) kurang memahami terhadap indikator keberhasilan penerapan manajemen kelas.
Dari kenyataan di atas, maka dapat dipastikan tidak tercapai kondisi manajemen yang sehat. Usaha profesionalisasi melalui dialog dan kolaborasi antara guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap hubungan antara sesama guru dan antara para guru dengan kepala sekolah, tetapi perubahan itu tidak banyak mengubah apa yang terjadi di kelas dalam hubungan guru dan siswa. Padahal di kelas terjadi seluruh interaksi pembelajaran yaitu; guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakangnya, kurikulum dengan komponen metode dan media, yang keseluruhannya berinteraksi secara simultan. Untuk itu, kegiatan kelas harus dimanajemeni;
2) kelemahan-kelemahan yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan kinerja guru dalam mengajar, meliputi: a) perencanaan pengajaran; guru mengajar di kelas seolah-olah tanpa membuat persiapan yang matang hanya merupakan pekerjaan rutinitas di kelas; b) pelaksanaan pembelajaran; keterampilan mengajar tidak tampak dipraktekkan dalam penyampaian bahan ajar; c) evaluasi; penerapan penilaian proses maupun hasil belajar siswa seolah-olah tidak nampak. Di lihat dari profesi guru di kelas adalah mengajar, sedangkan penampilan kerja guru (performance) melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mengajar, seolah-olah guru tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya atau kurang memiliki pengetahuan tentang keterampilan mengajar di kelas sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, dan guru tidak memiliki motivasi untuk mengajar, serta guru tidak memiliki tanggung jawab sosial atas hasil pekerjaanya.
Berdasarkan kenyataan di atas, bahwa guru kurang dapat menunjukkan kinerja sebagaimana mestinya sehingga prestasi kerja guru dalam mengajar di kelaspun kurang memadai. Dengan kinerja mengajar yang kurang memadai dalam proses pembelajaran yang akan mengakibatkan kurang efektifitasnya belajar.
3) Dalam hal perilaku murid, di antaranya: a) kurang berpartisipasinya dalam belajar; b) kurang memiliki motivasi atau kegairahan belajar; c) kurang adanya kerjasama kelompok dalam belajar. Dari perilaku murid tersebut menunjukkan bahwa dorongan kebutuhan mencapai prestasi belajar dalam diri siswa sendiri sangat lemah.
Hal tersebut di atas dikhawatirkan bila dalam kegiatan belajar mengajar tidak ditunjang dengan terciptanya suasana belar yang kondusif dan kinerja guru yang tidak memadai akan mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efektif dan hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan strategi manajemen kelas dan kinerja guru yang sehat dalam melakukan interaksi dengan siswa yang dapat memberikan kontribusi terhadap motivasi belajar siswa yang optimal dan dimplementasikan secara lebih profesional.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam manajemen kelas dan kinerja guru dalam mengajar yang memadai dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan dampak besaran kontribusi yang positif terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan permasalahan yang akan diteliti dengan judul Kontribusi Manajemen Kelas dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukanan dalam latar belakang penelitian dan hasil pengamatan awal di lokasi penelitian, peneliti mendapatkan fenomena-fenomena yang mengindikasikan bahwa prestasi belajar siswa SD Negeri di Pagar Dewa Bengkulu sangat dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh instrumen input, di antaranya kurikulum (SAP), bahan (sumber belajar), guru, sarana dan prasarana, metode (strategi mengajar), dan manajemen pembelajaran atau manajemen kelas. Faktor yang lain mempengaruhi prestasi belajar, yaitu raw input (siswa) dengan segala karakteristiknya, meliputi tingkat kecerdasaran, bakat khusus, motivasi belajar, minat, sikap, dll. Sedangkan pengaruh dari factor environmental input, di antaranya lingkungan social, fisik, kultur, iklim dalam lingkungan sekolah.
Berdasarkan indikator proses belajar mengajar yang mempengaruhi terhadap prestrasi belajar, menurut dugaan peneliti antara lain disebabkan oleh belum diperhatikannya beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, yaitu: manajemen kelas dan kinerja guru dalam mengajar sebagai tugas seorang prefosional pendidikan sehingga berdampak terhadap motivasi belajar yang relatif masih rendah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang muncul berkaitan dengan masalah di kelas, masalah kinerja guru, masalah efektivitas mengajar, dan masalah motivasi belajar siswa. Identifikasi secara secara rinci sebagai berikut.
a. Guru kurang pemahaman terhadap masalah pengelolaan dan pengajaran.
b. Guru kurang memahami pendekatan dalam manajemen kelas.
c. Guru kurang terampil dalam memilih pendekatan untuk memecahkan masalah manajemen kelas.
d. Guru kurang memahami faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor intern maupun ekstern.
e. Guru kurang memiliki inovasi dalam melakukan pembelajaran. Artinya guru sebagian besar masih konvensional atau driil.
f. Guru kurang memiliki motivasi untuk menggali wawasan yang dapat memberikan kontribusi untuk menjalankan tugasnya, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
g. Peranan guru dalam pembelajaran masih dominan, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi belajar.
h. Kurangnya upaya dari guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif.
i. Guru kurang terampil dalam menilai efektifitas mengajar
j. Guru kurang berupaya mengembangkan materi maupun cara mengajar.
k. Tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah.
l. Kurangnya inisiatif dari siswa dalam melakukan brainstorming saat pembelajaran berlangsung, dan terkesan siswa menunggu perintah dari guru.
m. Secara umum hasil belajar siswa relatif rendah.
n. Kurang kerjasama antar siswa.
Dari gambaran di atas yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini dilihat dari keterpaduan antara fungsi dan bidang garapan manajemen pendidikan tingkat mikro merupakan pelaksanaan atau implementasi dari Proses Belajar Mengajar di kelas, yang didalamnya ada keterlibatan guru sebagai salah satu aspek dari instrumental input. Keikutsertaan guru sedikitnya dapat mempengaruhi
terhadap hasil yang diharapkan. Penampilan kerja guru di kelas meliputi mengajar dan manajerial, dengan demikian yang menjadi issu sentral dalam penelitian ini, yaitu seberapa besar kontribusi manajemen kelas dan kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa SD untuk memiliki kemampuan dasar. Adapun variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen, yaitu variabel independen terdiri 2 variable yang menurut peneliti sangat erat dengan penelitian ini, yaitu: (a) manajemen kelas, (b) kinerja mengajar guru. Untuk selanjutnya terhadap variabel ini peneliti memberi tanda atau notasi sebagai berikut : X1 untuk manajemen kelas, X2 untuk kinerja mengajar guru. Sedangkan variabel dependen, yaitu motivasi belajar.
Dari ketiga variabel tersebut terdapat beberapa indikator yang turut mendukung: 1) variabel manajemen kelas; 2) kinerja mengajar guru; dan 3) variabel motivasi belajar, di antaranya indicator untuk variable manajemen kelas, yaitu a) guru kurang memahami dan membedakan mana masalah manajemen kelas dan mana masalah pengajaran, b) guru kurang terampil menggunakan dan memilih strategi pendekatan yang tepat, c) kurang memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas. Indikator yang terdapat dalam variable kinerja mengajar, di antaranya: a) pengetahuan, b) keterampilan, c) sikap dan motivasi. Indikator yang mempengaruhi motivasi belajar sangat ditentukan oleh kemampuan, lingkungan, dan intelegensi, terutama ditentukan oleh factor internal siswa sendiri, yaitu hasrat untuk berprestasi

C. Perumusan Masalah
            Beranjak dari penjelasan terdahulu, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “apakah terdapat hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi siswa dalam belajar di sekolah?”
            Rumusan masalah d atas selanjutnya dibatasi menjadi tiga sub masalah sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat hubungan antara kemampuan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa?
2.      Apakah terdapat hubungan antara kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa?
3.      Apakah terdapat hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa
2.      Untuk mengetahui hubungan antara kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa
3.      Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa


E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah teoritis tentang hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa

2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
b. hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada sekolah yang bersangkutan berkaitan dengan kemampuan manajemen kelas, kinerja mengajar guru dan motivasi belajar siswa.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dilihat dari motivasi belajar pada siswa merupakan kajian dalam manajemen pendidikan. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi belajar siswa di SD N 56 Bengkulu.

G. Definisi Konsep
Untuk menghindari kesalahan atau perbedaan penafsiran dalam membahas hasil penelitian, maka dalam penelitian ini perlu di beri penjelasan tehadap beberapa konsep yang di pandang penting, diantaranaya adalah:
1.      Analisis hubungan kemampuan manajemen kelas dimaksudkan adalah bagaimana untuk mencapai standar output, input yang disampaikan sesuai dengan apa yang diharapkan
2.      Kinerja guru yaitu standar kerja sekolah yang meliputi unsure-unsur pendidikan terlihat dari hasil prestasi anak didik
3.      Motivasi siswa dalam belajar sangat berpengaruh dan menentukan hasil prestasi siswa.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Deskripsi Teoretik
                   Deskripsi teoritik merupakan uraian dari berbagai tinjauan teoritis yang ada hubungannya dengan masalah-masalah penelitian yaitu: 1) motivasi belajar siswa, 2) manajemen kelas, 3) kinerja guru.

1.      Motivasi Belajar Siswa
a.      Pengertian Motivasi Belajar Siswa
                   Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55). Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
                   Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3).
                   Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002 :280).
                   Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,1991:19-21). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
                   Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya. Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.




b.      Jenis-jenis Motivasi Belajar
                   Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:
1.    Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
·         Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
·         Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
2.    Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman:
·         Motif atau kebutuhan organismisalnya, kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
·         Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
·         Motif-motif objektif
3.    Motivasi jasmani dan rohani
·         Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
·         Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.
4.    Motivasi intrisik dan ekstrinsik
·         Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
·         Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar. (Sardiman, 1996: 90).
                   Pendapat lain mengemukakan bahwa dua jenis motivasi yaitu sebagai berikut:
                   “Motivasi primer, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar. Motivasi skunder, adalah yang dipelajari” (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:88).
                   Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini membutuhkan ransangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.
                   Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. (Djmarah dan zain, 2002 : 168). Dari kutipan di atas, maka penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
a)    Memberi angka
                   Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang  bervariasi. Pemberian angka kepada  anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.


b)    Hadiah
                   Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c)    Pujian
                   Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
d)    Gerakan tubuh
                   Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.
e)    Memberi tugas
                   Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.



f)    Memberikan ulangan
                   Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran  dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
g)    Mengetahui hasil
                   Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
h)    Hukuman
                   Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.

c.           Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
                   Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:
1.    Faktor individual
                   Seperti; kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.


2.    Faktor sosial
                   Seperti; keluaga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial ( Purwanto, 2002 : 102)
Dalam pendapat lain, faktor lain yang dapat mempengaruhi belajar yakni:
a)    Faktor-faktor intern
·         Faktor jasmaniah
·         Faktor kesehatan
·         Faktor cacat tubuh
2.    Faktor fhsikologis
·         Intelegensi
·         Minat dan motivasi
·         Perhatian dan bakat
·         Kematangan dan kesiapan
3.    Faktor kelelahan
·         Kelelahan jasmani
·         Kelelahan rohani
b)    Faktor ekstern
·         Faktor keluarga
·         Cara orang tua mendidik
·         Relasi antara anggota keluarga
·         Suasana rumah
·         Keadaan gedung dan metode belajar

2.    Faktor sekolah
·         Metode mengajar dan kurikulum
·         Relasi guru dan siswa
·         Disiplin sekolah
·         Alat pengajaran dan waktu sekolah
·         Keadaan gedung dan metode belajar
·         Standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah
3.    Faktor masyaraka
·         Kegiatan siswa dalam masyarakat
·         Mass media dan teman bergaul
·         Bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 1997 :71)
   
                   Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, peneliti dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor  tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstren.
                   Terkait dengan hal yang tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain (Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 100):

1.    Cita-cita / aspirasi
                   Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan keperibadian individu yang akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang diinginkan.
2.    Kemampuan siswa
                   Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya motivasi. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin tinggi.

3.    Kondisi siswa dan lingkungan
                   Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat. Begitu juga  dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat) mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang.
4.    Unsur dinamis dan pengajaran
                   Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh pengalaman.


5.    Upaya guru dalam pengajaran siswa
                   Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yangt mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan.
                   Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas adanya fungsi dan kegunaan. Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan memiliki fungsi, yang dikemukakan oleh seorang ahli yaitu:
·         Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif untuk berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor penggerak melepaskan energi.
·         Menentukan arah perbuatan yaitu petunjuk suatu tujuan yang hendak dicapai
·         Menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang akan dikerjakan ynag serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Purwanto, 2002 : 70).
                   Disamping itu ada juga fungsi lain dari motivasi yaitu “motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi” (Sardiman, 2001 : 83). Jelaslah bahwa fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau itensitas tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya.




2.      Manajemen Kelas
a.      Pengertian Manajemen Kelas
                  Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
                   Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives efficiently – that will enable them to learn.
                   Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
       Menurut pandangan lain terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini:
1. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern
                   Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2. Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
1.      Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.      Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
3.      Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
4.      Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
5.      Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
6.      Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
7.      Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
8.      Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)


b.      Tujuan, Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas
1. Tujuan Manajemen Kelas
          Tujuan manajemen kelas adalah :
  1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
  2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
  3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
  4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )
2. Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas
       Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
1.      Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi:
Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2.      Memelihara agar tugas–tugas itu dapat berjalan lancar. Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: masalah individual dan masalah kelompok. Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti:
  1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.
  2. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan.
  3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
  4. Peragaan ketidakmampuan.
                   Sedangkan masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam kelas:
  1. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
  2. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.
  3. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
  4. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
  5. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap, semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain. ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, dalam M.Entang dan T.Raka Joni1983 ).

C. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Kelas
       “Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
       Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
                   Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.
1. Hangat dan Antusias
                   Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
                   Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
                   Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
                   Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
                   Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6. Penanaman Disiplin Diri
                   Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

D. Pendekatan dalam Manajemen Kelas
                   Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
                   Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1. Pendekatan Kekuasaan
                   Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman
                   Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan
                   Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep
                   Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
                   Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
                   Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
7. Pendekatan Sosio-Emosional
                   Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8. Pendekatan Kerja Kelompok
                   Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
                   Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

E. Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Kelas
                   Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat memanejemeni kelas.
Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas.
                   Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas karena manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik mungkin agar siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu, kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang optimal dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. Selain itu, manajemen kelas juga akan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
                   Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung

3.      Kinerja Guru
a.      Konsep Kinerja Guru
                Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian organisasi tersebut.
                   Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001).Adapun ahli lain yang berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek, yaitu kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; dan kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe, A Dale, 1992). Fatah (1996) menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan.
     Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kineja diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b.       Indikator - indikator Kinerja Guru
                Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan kuminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan, yakni ketrampilan, upaya sifat kadaan dan kondisi eksternal (Sulistyorini, 2001). Tingkat ketrampilan meupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ketempat kerja, seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan teknk. Upaya tesebut diungkap sebagai motivasi ayng memperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjannya. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.
                Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria. Menurut castetter (dalam Mulyasa, 2003) mengemukakan ada empat kriteria kinerja, yaitu:
a.       Karakteristik individu
b.      Proses
c.       Hasil, dan
d.      Kombinasi antara karakter individu, proses, dan hasil.
                   Kinerja seseoang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halny dengan penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru debeikan tugas yang tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, jug akan menimbulkan rasa tidakpuas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru. Menurut Pidarta (1999) bahwa moral keja positif adalah suasana kerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiik nilai keindahan didalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang dengan bidang kemampuannya. Hal ini dipertegas oleh Munandar (19920yang mengatakan bahwa kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor di antaranya kecerdasan.
       Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkret dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.       Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun teknik mengevaluasinya.
b.      Kemampuan fisik adalah kapabilits fisik yang dimiliki seseorang terutam dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya. (Daryanto, 2001).
                   Kinerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja, yaitu perasaan individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada seseorang sehingga pekerjan itu disenangi dan digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja, perlu dilakukan eva;luasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parametr dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien, seperti produktivitanya, efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan engan cara membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain. Hal ini diperkuat oleh pendapat As’ad (1995) dan Robbins (1996) yang menyatakan bahwa dalam melakukan melakukan evaluasi kinerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam kriteria, yaitu: (1) hasil tugas, (2) perilaku dan (3) ciri individu.
       Evaluasi hasil tugas adalah mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja individu dengan beberapa kriteria (indikator) yang dapat diukur. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan cara membandingkan perilakunya dengan rekan kerja yang lain dan evaluasi ciri individu adalah mengamati karakteristik individu dalam berperilaku maupun bekerja, cara berkomunikasi dengan orang lain. Evaluasi atau penilaian kinerja menjadi penting sebagai feed back sekaligus sebagai follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya.
Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau daribeberapa indikator yang meliputi:
a.       Unjuk kerja,
b.      Penguasaan materi,
c.       Penguasaan profesional keguruan dan pendidikan,
d.      Penguasan cara-cara penyesuaian diri,
e.       Kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik (Sulistyorini, 2001).
       Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang dipeloleh melalui program pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan, yaitu:
a.       Guru sebagai pengajar
b.      Guru sebagai pembimbing; dan
c.       Guru sebagai administrator kelas, (Danim S, 2002).
                   Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja guru, antara lain;
1.      Kemampuan membuat peencanaan dan persiapan mengajar,
2.      Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa,
3.      Penguasaan metode dan strategi mengajar
4.      Pemberian tugas kepada siawa
5.      Kemampuan mengelola kelas
6.      Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.




B.     Hasil Penelitian yang Relevan
            Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1.      Marlina (2007) meneliti masalah pengaruh manajemen kelas dan etos kerja guru terhadap efektivitas proses belajar mengajar di sekolah dasar. Dari hasil yang ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara manajemen kelas dengan kinerja guru terhadap motivasi siswa, sehingga semakin baik manajemen kelas dan kinerja guru maka smakin baik pula prestasi siswa dalam belajar.
2.       Penelitian lainnya yang dialakukan David Putra (2002) yang berjudul kontribusi kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa. Dari penelitiannya terungkap bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa. Jadi prestasi siswa akan meningkat jika manajemen kelas dan kinerja guru itu baik dan benar.

C.    Kerangka Berfikir
1.      Hubungan antara kemampuan manajemen kelas dengan motivasi siswa dalam belajar
Kemampuan manajemen kelas dalam aktifitas belajar dan mengajar penting untuk diperhatikan, karena dengan adanya kemampuan manajemen kelas yang baik dapat memancing dan meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Dengan demikan siswa akan merasa sesuatu yang nyaman dalam belajar.
2.      Hubungan antara kinerja mengajar guru dengan motivasi siswa dalam belajar
Factor kinerja juga sangat berpengaruh terhadap hasil dan prestasi siswa dalm belajar, sehingga dengan meningkatkan kinerja mengajar guru maka dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Karena apa, suatu pengajaran yang menyenangkan akan dapat diterima oleh siswa dengan suka cita, secara tidak sadar mereka telah termotivasi dengan pengajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
3.      Hubungan antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi siswa dalm belajar
Masing-masing variabel memiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa secara bersama, baik manajemen kelas, maupun kinerja guru. Artinya semakin baik manajemen kelas dan kinerja guru akan memberikan dampak yang positif terhadap motivasi siswa dalam belajar di SD N 68 Bengkulu

D.     Paradigma Penelitian
Manajemen kelas (X1)
Motivasi belajar siswa (Y)
 


Kinerja guru (X2)
kinerja
Paradigma diatas diartikan sebagai kerangka berfikir penelitian yang merupakan hasil dari kristalasi teori, konsep, asumsi yang dipadukan sedemikian rupa sehingga menunjukan kejelasan hubungan antara satu dengan yang lain. Lincoln dan Guba (1985:223) berpendapat bahwa untuk dapat memahami focus penelitian lebih tajam diperlukan kerangka berfikir penelitian, yaitu “statement of a theoretical persepective that will guide the inquire”. Pemikiran teoritik penelitian dimaksud menujukan bahwa hubungan manajemen kelas yang dilakukan terhadap kinerja guru dalam sebuah motivasi belajar siswa di SD N 86 Bengkulu tlah berjalan efectif dalam pengolaan memanajemen sekolah sehingga dapat meningkstksn kualitas pendidikan di SD N 86 Bengkulu.

E.     Hipotesis Penelitian
            Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka pemikiran yang telah di paparkan, maka berikut akan diajukan hipotesis penelitian yaitu:
1.      Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan manajemen kelas dengan motivasi siswa dalam belajar.
2.      Terdapat hubungan yang positif antara kinerja mengajar guru dengan motivasi siswa dalam belajar.
3.      Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan manajemen kelas dan kinerja mengajar guru dengan motivasi siswa dalm belajar.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.                Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode descriptive dengan menggunakan teknik korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.
Teknik korelasi ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel bebas (indevendent variables) yaitu pengetahuan manajemen kelas (X1) dan kinerja mengajar guru (X2) dengan satu variabel terikat (dependent variable) yaitu motivasi siswa dalam belajar (Y)

B.                 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Guru SD Negeri 56 Bengkulu yang berjumlah 28 orang. Karena jumlah sampel ini relative sedikit maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian atau penelitian populasi.
Pengambilan seluruh populasi menjadi sampel penelitian didasarkan kepada pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2002) jika sampel relative kecil atau sedikit (kurang dari 100) maka dapat di ambil semuanya, teknik ini disebut dengan penelitian populasi. Jadi sampel penelitian ini berjumlah 28 orang.



C.                Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1.         Teknik pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumplan data yang digunakan adalah angket dan tes. Angket yang digunakan untuk memperoleh data variabel motivasi siswa dalam belajar dan kinerja mengajar guru, sedangkan tes digunakan untuk variabel penetahuan manajemen kelas.
Menurut Arikunto (1998) angket merupakan daftar pertanyaan yang di berikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang di berikan tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna.

2.      Instrument 
Sesuai teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrument pada penelitian ini adalah angket yang peneliti buat sendiri. Untuk memperoleh instrument yang representative, dalam penyusunan instrument dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
a.       Pengkajian teori yang berkaitan dengan variabel penelitian untuk menentukan indicator yang akan di uji
b.      Menyusun kisi-kisi instrument
c.       Penyusunan butir pertanyaan
d.      Uji coba instrument
e.       Penentuan instrument baku


Instrument penelitian terdiri atas:
A.    Variabel Motivasi Siswa Dalam Belajar
1)      Definisi konseptual
Adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).

2)      Definisi Operational

Motivasi siswa dalam belajar adalah untuk mendorong motivasi siswa dalam belajar dapat dilihat dari beberapa indicator: a. Memberi Angka. b. Memberi Hadiah. c. Memberikan Hasil. d. Memberikan Pujian. e. Menumbuhkan Minat Belajar. f. menciptakan Suasana yang Menyenangkan.

 

3)      Kisi-kisi Instrumen

Table 3.1

No

Indikator

Jumlah Pertanyaan

1

Memberi Angka

 

2

Memberi Hadiah

 

3

Memberikan Hasil

 

4

Memberikan Pujian

 

5

Menumbuhkan Minat Belajar

 

6

menciptakan Suasana yang Menyenangkan

 

 

B.                 Variabel Pengetahuan Manajemen Kelas

1)      Definisi Konseptual

Pengetahuan manajemen kelas adalah segala sesuatu yang harus diketahui oleh seorang guru dalam memanfaatkan segala sumber daya yang digunakan oleh guru untuk mengembangkan keterlibatan siswa dan kerjasama dalam kegiatan kelas dan membangun lingkungan kerja yang produktif.

 

2)      Definisi operasional

Pengetahuan amanjemen kelas adalah skor yang di peroleh dari tes yang diberikan kepada guru mengenai variabel manajemen kelas dengan indicator: 1. Pengertian dan tujuan manajemen kelas, 2. Dimensi manajemen kelas, 3. Prosedur manajemen kelas, 4, pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas, 5. Hal-hal yang harus dihindari dalam manajemen kelas, 6. Permasalahn manajemen kelas.

 

3)      Kisi-kisi Instrumen

Table 3.2

No

Indikator

Jumlah soal

1

Pengertian dan tujuan manajemen kelas

 

2

Dimensi manajemen kelas

 

3

Prosedur manajemen kelas

 

4

pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas

 

5

Hal-hal yang harus dihindari dalam manajemen kelas

 

6

Permasalahn manajemen kelas.

 

 

C.                Variabel Kinerja Guru

1)      Definisi konseptual

kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dinyatakan prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya selama periode waktu tertentu.

 

2)      Definisi Operasional

Kinerja guru adalah skor yang diperoleh dari angket kinerja guru dengan indicator: 1. penguasaan bahan ajar, 2. kemampuan mengelola pembelajaran dan 3. komitmen menjalankan tugas.

 

3)      Kisi-kisi Instrumen

Table 3.3

No

Indicator

Jumlah soal

1

penguasaan bahan ajar

 

2

kemampuan mengelola pembelajaran

 

3

komitmen menjalankan tugas

 

 

 

D.                Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan tabulasi data untuk di analisis. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1.      Deskripsi statistic meliputi distribusi frekuensi, rata-rata, simpangan baku, median, modus, dan diagram batang (histogram) pada masing-masing data variabel penelitian, selain itu juga dilakukan klarifikasi skor untuk menghitung tinggi rendahnya skor variabel.
2.      Uji normalitas, menggunakan teknik uji liliefors untuk memeriksa data berdistribusi normal atau tidak
3.      Uji homogenitas, dengan menggunakan uji Bartlett untuk melihat apakah data yang diperoleh memiliki variasi yang homogeen atau tidak.
4.      Uji lenearitas garis regresi dengan uji F-tes untuk mengetahui persamaan regresi dan signifikansi regresi. Uji ini juga digunakan untuk menentukan kelinearn antar variabel.
5.      Untuk menguji hubungan antara vaiabel (X1) dengan variabel (Y) dan variabel (X2) terhadap (Y) digunakan analisis korelasi sederhana dengan menggunakan product moment, korelasi berganda, dan korelasi parsial.






DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Ruki S. 2001. System Manajemen kinerja. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Buchari, Z. 1989. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Pustaka

Depnikas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Edisi 3. Jakarta

Djamarah, Syaiful bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar mengajar. Jakarta. Rineka cipta

Haris, Robert. 2010. Some Ideas for Motivating Students. Akses pada april, 1st 2013

Hasibuan, dkk. 1994. Proses belajar Mengajar. Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro. Bandung. Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Jacobsen. D, and. Eggen, P. 1981. Methods for Teaching. America: University of North Florida

Jones, Vernon F dan Jones, Louse S. 1998. Comprehensive Classroom Management. Creating communities of Support and Solving Problrms. USA. A. Viacom Company

Levin, James dan F. Nolan, James. 2000. Principles of Classroom Management. A Professional Decision Making Model. USA. A Pearson Education Company

Marlina. 2007. Pengaruh Manajemen Kelas dan Etos Kerja Guru Terhadap Efektivitas Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Unuversitas Mencu Buana

Nawawi, Hadari. 1990. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung

Nitisemito, Alex S. 1993. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nunan, David and Clarice Lamb.1996. The Self-directed Teacher: Managing the Learning Process. New York: Cambridge University Press.

Pidarta, Made. Pengelolaan Kelas (iktishar dari buku “Classroom Management” oleh lois v. Johnson dan Mary a, Bany, terbitan the macmillan company Collier-Macmillan Limited, London. 1970). Surabaya. Penerbit Usaha Nasional

Prasetya, I. 1997. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar. Jakarta Drjen Dikti

Putra, David. 2002. Kontribusi Kemampuan Manajemen Kelas dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surabaya: Universitas Airlangga

Ranchman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta. DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Sardiman, A.M. 1991. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Secretariat Negara RI. Undang-undang nomor 2 tahun 1989. Tentang system pendidikan nasional. 1994

Siswanto, Bedjo. 1990. Manajemen Modern: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Sinar Baru

Steers, Richard M. 1985. Efektif Organisasi. Jakarta: Erlangga

Sudarwan, Danin. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sudirman, Et Al. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Toenlioe, A.J.E. 1992. Teori dan Praktek Pengolaan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional

Usman, moh. User. 1997. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Vroom, Victor H. 1964. Work and Motivation, Pittsburg: Jhon Wisely dan Sons Inc




Tidak ada komentar:

Posting Komentar