Jumat, 07 September 2018

PENGETAHUAN DAN KESEJARAHAN ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 PENGETAHUAN DAN KESEJARAHAN ISLAM

DISUSUN OLEH:
JON SASTRO


DOSEN PEMBIMBING


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bahasa Inggris
Universitas Muhamadiyah Bengkulu
2009


ABSTRAK
PENGETAHUAN DAN KESEJARAHAN
1.ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
A.    KEDUDUKAN ILMU DI DALAM ISLAM
Islam adalah agama yang sangat cinta dan sangat menjunjung tinggi akan ilmu pengetahuan.   Dan Islam sangat benci kebodohan, karena kebodohan dekat akan kemiskinan dan kemiskinan sangat dekat akan kekufuran.   Maka dari itu Allah mewajibkan umatnya baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu mulai dari ayunan Ibunya sampai kita ke liang lahat itulah batas kita diwajibkannya menuntut ilmu.
B.     SUMBER ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah SWT.  Dia-lah Allah SWT yang maha mengetahui segala sesuatu. Konsep kekuasaan-Nya juga meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep yang mengatakan bahwa Allah SWT lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam Al-Quran (2:31, 55:2, 96:4-5, 2:239). Di dalam ayat lain 5:1-4 disebutkan bahwa “Dia  telah mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia dan mengajarinya penjelasan (bayan

C.    Epistemologi Ilmu Menurut Islam

Islam menganjurkan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim dan muslimat. Dalam hadisnya yang lain Nabi Muhammad mengatakan bahwa menuntut ilmu itu dari ayunan sampai liang kubur.
2.Kesejarahan islam klasik dan modern
A.  PERIODE KLASIK
     Merupakan awal pembabakan peradaban Islam. Periode ini dimulai ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi rasul. Dalam periode ini terdapat tiga fase penting, yaitu :

1)   Fase penciptaan komunitas baru sebagai hasil transformasi nilai-nilai Islam yang semula berbentuk kesukuan menjadi masyarakat bercorak Islam.

2)   Fase dimana nilai-nilai Islam dijadikan sebagai dasar istitusi kenegaraan dan elit perkotaan.
3)   Fase ini yaitu peranan masyarakat Islam dalam mengubah mayoritas masyarakat Timur Tengah menjadi komunitas yang kokoh berlandaskan monotheistik.



B.  PERIODE MODERN  
Periode transformasi modern peradaban Islam secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase, dan sekaligus memperlihatkan beberapa gambaran umum yang berlaku di seluruh kawasan muslim, di antaranya :

1)          Fase pertama, merupakan periode antara akhir abad 18 sampai awal abad 20, yang ditandai dengan hancurnya sistem kenegaraan muslim dan dominasi teritorial dan komersial Eropa.
2)          Fase kedua, yaitu fase pembentukan nasional yang berlangsung setelah Perang Dunia I sampai pertengahan abad 20.
3)          Fase ketiga, ialah fase konsolidasi negara-negara nasional di seluruh kawasan muslim.
.


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah swt atas berkat rahmat dan karunianNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pengetahuan dan kesejarahan
.           Dalam makalah ini kami menjabarkan tentang Kedudukan Ilmu didalam Islam,Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Islam,Epistemologi Ilmu Menurut Islam dan kesejarahan islam kelasik dan modern.
            kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga masih banyak kekurangan baik materi maupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan .
            Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca yang membutuhkan.




                                               

                       
                                                                               Bengkulu, nopember 2009  

        penulis
                       





DAFTAR ISI

Abstrak   .......................................................................................................................................1
kata Pengantar  .............................................................................................................................2
Daftar isi .......................................................................................................................................3
BAB 1 ...........................................................................................................................................4
Pendahuluan
A.  Latar Belakang ..................................................................................................................5
B.Batasan Masalah  ...............................................................................................................6
C.Tujuan  ...............................................................................................................................6
BAB 11   ........................................................................................................................................7
Pembahasan
A.    Kedudukan Ilmu didalam Islam  ......................................................................................7
B.     Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Islam  .........................................................................8
C.     Epistemologi Ilmu Menurut Islam  ..................................................................................9
D.     
BAB 111 .......................................................................................................................................17
Penutup
Kesimpulan dan saran ...........................................................................................................17
Daftar Pustaka ..............................................................................................................................18




BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
sebagai mana kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang sangat cinta dan sangat menjunjung tinggi akan ilmu pengetahuan.Dan Islam sangat benci kebodohan, karena kebodohan dekat akan kemiskinan dan kemiskinan sangat dekat akan kekufuran.   Maka dari itu Allah mewajibkan umatnya baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu mulai dari ayunan Ibunya sampai kita ke liang lahat.dan kita ketahui bahwa kesejarahan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan ini,awal timbulnya kehidupan modern ini adalah dari perkembangan sejarah


B.     Batasan Masalah
untuk membuat makalah ini lebih sempurna dan spesipik,maka kami membuat batasan masalah sebagai berikut:
1.      membahas tentang Kedudukan Ilmu dalam Islam,yang terdiri dari dalil – dalil yang mewajibkan menuntut ilmu dan keutamaan menuntut ilmu.
2.      membahas tentang konsep ilmu pengetahuan dalam islam yang terdiri dari wahyu,dan sumber – sumber pengetahuan lain.
3.      membahas tentang Epistemologi Ilmu Menurut Islam yang terdiri dari bagaimana mengetahui pengetahuan.



C.     Tujuan
Pengetahuan dan kesejarahan sangat lah penting untuk kita ketahui sebagai mana firman Allah yang mewajibkan kita baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu mulai dari ayunan Ibunya sampai ke liang lahat.oleh karena itu dalam tulisan kami ini kami bertujuan untuk menggungah rekan – rekan untuk mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan tersebut dalam agama kita yaitu agama yang paling benar, agama Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

1.ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

D.    KEDUDUKAN ILMU DI DALAM ISLAM
Islam adalah agama yang sangat cinta dan sangat menjunjung tinggi akan ilmu pengetahuan.   Dan Islam sangat benci kebodohan, karena kebodohan dekat akan kemiskinan dan kemiskinan sangat dekat akan kekufuran.   Maka dari itu Allah mewajibkan umatnya baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu mulai dari ayunan Ibunya sampai kita ke liang lahat itulah batas kita diwajibkannya menuntut ilmu.
Adapun dalil-dalil yang mewajibkan menuntut ilmu diantaranya.
1.                  Al-Qur’an surat Al-Alaq (1) yang artinya  : Bacalah dengan (menyebut) nama          TuhanMu yang menciptakanmu.
2.                   Diwajibkan atas kamu menuntut ilmu baik laki-laki maupun perempuan.
3.                   Tuntutlah Ilmu walaupun sampai Negeri Cina  
Adapun keutamaan orang yang berilmu dan tidak diantaranya.  
1.                  Allah berjanji akan menaikkan derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan lebih tinggi dari pada orang yang bodoh.
2.                   Jika anak Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali 3 hal.
·                     Ilmu yang manfaat
·                     Amal jariah
·                     Doa anak sholeh yang mau mendoakan orang tuanya.
3.                  Tidurnya orang-orang yang berilmu adalah ibadahnya orang-orang yang ahli ibadah yang bodoh. (HR. Tirmidzi).   
E.     KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah SWT.  Dia-lah Allah SWT yang maha mengetahui segala sesuatu. Konsep kekuasaan-Nya juga meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep yang mengatakan bahwa Allah SWT lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam Al-Quran (2:31, 55:2, 96:4-5, 2:239). Di dalam ayat lain 5:1-4 disebutkan bahwa “Dia  telah mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia dan mengajarinya penjelasan (bayan)”
Wahyu, yang diterima oleh semua Nabi SAW/AS berasal dari Allah SWT, merupakan sumber pengetahuan yang paling pasti. Namun, Al-Quran juga menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun, karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah SWT kepada manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.  
Sumber-sumber pengetahuan lain selain yang diwahyukan langsung misalnya fenomena alam, psikologi manusia, dan sejarah. Al-Quran menggunakan istilah ayat (tanda) untuk menggambarkan sumber ilmu berupa fenomena alam dan psikologi (2:164, 42:53). Untuk sumber ilmu berupa fenomena sejarah, Al-Quran menggunakan istilah ‘ibrah (pelajaran, petunjuk) yang darinya bisa diambil pelajaran moral (12:111).
Sebagai akibat wajar dari otoritas ketuhanannya, al-Quran, di samping menunjukkan sumber-sumber pengetahuan eksternal, ia sendiri merupakan sumber utama pengetahuan. Penunjukkannya terhadap fenomena alam, peristiwa sejarah, metafisis, sosiologis, alami dan eskatologis mesti benar, apakah secara literal atau metaforis. Kaum muslimin mengambil sistem dan subsistem pengetahuan dan kebudayaan dari al-Quran. Dokumen paling otentik tentang subyek ilmu pengetahuan (di mana al-quran sebagai katalisator) dapat ditemukan dalam al-Burhan fi ‘Ulum al-Quran karya Badruddin al-Zarkasyi.
Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen). Kedudukan ini berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan hanya imajinasi kosong. (Bahkan dalam agama manapun, tidak ada penghormatan, penjelasan, pendefinisian ilmu semassif Islam-pen)
Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, al-ma’rifah dan al-syu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang berarti “tanda”, “simbol”, atau ”lambang”, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala.. Karenanya ma’lam (amak ma’alim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa tujuan al-Quran menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam. Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan ’alama) di dalam al-Quran tersebut yang menyebabkan Nabi SAW mengutuk orang-orang yang membaca ayat 3:190-195 yang secara jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang berfikir, mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di muka bumi tanpa mau merenungkan (makna)nya.
Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah holistik dan utuh (berbeda dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai bukti worldview tauhid dan monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini berarti persoalan-persoalan epistemologis harus selalu dikaitkan dengan etika dan spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan epistemologis meluas, baik dari wilayah (yang disebut) bidang  keagamaan dengan wilayah-wilayah (yang disebut sekuler)., karena worlview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar antara wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi penolokan hikmah dan petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT sebagai sumber semua pengetahuan, secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber dan tujuan epistemologis. Ini menjadi jelas  jika kita merenungkan  kembali istilah ayat yang menunjuk pada ayat-ayat al-Quran dan semua wujud di alam semesta. Konsep integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir al-Quran, di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat al-Quran yang menguraikan tentang bintang dan kesehatan, misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masing-masing dengan pengetahuan astronomi dan kesehatan. Ibnu Rusyd dalam fasl al-maqal, juga memberikan penjelasan keterkaitan antara penafsiran keagamaan dan kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat al-Quran yang mendorong manusia meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi (7:185, 3:191, 88:17-18). Dengan hal yang sama, al-Quran juga mendorong manusia melakukan perjalanan di bumi untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya secara utuh.
Dalam 41:53, secara kategoris, al-Quran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah SWT di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang berkaitan dengan kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Namun, keutuhan  dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin itu sama, atau tidak ada prioritas diantara mereka. Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam adalah lebih utama, unik karena berasal langsung dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang mendasar bagia alam semesta. Semua pengetahuan lain yang benar harus membantu kita memahami dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di dalam al-Quran untuk kemajuan individu dan masyarakat.

F.     Epistemologi Ilmu Menurut Islam

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa epistemology adalah bagaimana mengetahui pengetahuan. Islam menganjurkan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim dan muslimat. Dalam hadisnya yang lain Nabi Muhammad mengatakan bahwa menuntut ilmu itu dari ayunan sampai liang kubur. Dari perkataan Nabi Muhammad tadi dapat dipahami bahwa menuntut ilmu sangat penting bagi manusia. Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang yakin dan berilmu,” Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa menuntut ilmu penting bagi manusia, karena dapat meningkatkan derajat manusia di sisi Allah Swt dan di sisi manusia.
Dalam hadis yang lain Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa kalau manusia ingin bahagia di dunia maka harus dengan ilmu, kemudian siapa yang ingin bahagia di akherat harus dengan ilmu, selanjutnya kalau manusia ingin bahagia dunia dan akherat maka dengan ilmu. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa ilm,u akan mendukung manusia menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Kebahagiaan hakiki akibat ilmu ditentukan bvenar tidaknya manusia dalam mencari kebenaran.
Kebenaran tersebut bermula ketika manusia mampu membaca-tanda-tanda kekuasaan Allah. Di antara sarana untuk mengenal kebenaran adalah dengan membaca dan menulis. Membaca dan menulis yang didasarkan kepada wahyu Allah/Al-Quran.dengan membaca manusia akan mempunyai ilmu pengetahuan. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ayat tersebut menganjurkan kepada manusia untuk banyak membaca, apakah membaca yang tersurat maupun membaca yang tersirat. Tujuan dari pembacaan terhadap tanda-tanda/ayat-ayat Allah yang tersurat maupun yang tersirat bertujuan agar manusia mendapatkan kebenaran, mendapatkan ilmu pengetahuan. Ketika manusia mendapatkan pengetahuan maka manusia akan mendapatkan kemuliaan, garansi kemuliaan ini hanya bagi manusia yang yakin kepada Allah dan yang sekaligus mempunyai ilmu.
Al-Quran menyatakan bahwa tidak sama antara orang yang berilmu pengetahuan dengan yang tidak berilmu pengetahuan,” (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. Dalam ayat tersebut juga dinyatakan bahwa hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Artinya adalah manusia yang berakal akan mendapatkan pelajaran dan ilmu pengetahuan. Bahkan hanya orang yang berakallah yang dapat memahami ayat-ayat Allah.
Dalam ayat lain Allah menyatakan, Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. Dengan demikian orang yang berilmu akan mendapatkan pemahaman dari ayat-ayat Allah. Pemahaman orang-orang berilmu akan menghasilkan kebenaran. Dan kebenaran yang paling dapat dipercaya adalah kebenaran wahyu Allah.
Islam memandang ilmu bukan terbatas pada eksperimental, tetapi lebih dari itu ilmu dalam pandangan Islam mengacu kepada aspek sebagai berikut pertama, metafisika yang dibawa oleh wahyu yang mengungkap realitas yang Agung, menjawab pertanyaan abadi, yaitu dari mana, kemana dan bagimana. Dengan menjawab pertanyaan tersebut manusia akan mengetahui landasan berpijak dan memahami akan Tuhannya. Kedua, aspek humaniora dan studi studi yang berkaitannya yang meliputi pembahasan mengenai kehidupan manusia, hubungannya dengan dimensi ruang dan waktu, psikologi, sosiologi, ekonomi dan lain sebagainya. Ketiga aspek material, yang termasuk dalam aspek ini adalah alam raya, ilmu yang dibangun berdasarkan observasi, eksperimen, seperti dengan uji coba di laboratorium.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Islam tidak hanya menggunakan rasionalitas, empirisme saja dalam menemukan kebenaran, tetapi Islam menghargai dan menggunakan wahyu dan intuisi, ilham dalam mencari kebenaran. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan ilmu yang benar dapat muncul dari contoh-contoh danfenomena alam yang sengaja Allah ciptakan agar manusia memperhatikan dan mengambil pelajaran. Bahkan dalam Al-Quran dinyatakan bahwa akal saja tidak akan mampu mengambil kebenaran dari ayat-ayat Allah, untuk mencari kebenaran menurut Al-quran tidak dapat mengandalkan akal sebagi satu-satunya jalan untuk memperoleh kebenaran. Al-Quran menyatakan semau tanda-tanda /ayat-ayat Allah tidak ada gunanya keculai bagi mereka yang beriman. Dalam ayat lain Allah memberi dorongan kepada manusia untuk menggunakan inderanya agar mendapatkan pengetahuan dan kebenaran. Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Ayat tersebut mengindikasikan bahwatidak semua orang akan mendapatkan kebenaran, hal ini membuktikan bahwa meskipun manusia mempunyai akal tetapi dengan akalnya ia tidak serta merta mendapatkan kebenaran hakiki. Kalau tidak izin Allah dan kehendak Allah maka manusia tidak akan mendapatkan ilmu dan kebenaran. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah menganjurkan kepada manusia untuk menggunakan panca inderanya untuk memahami ayat-ayat/ tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengan demikian panca indera merupakan jalan untuk mendapatkan ilmu dan kebenaran. ”Dia-lah, yang Telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya).
Al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk menggunakan akal untuk memperoleh pengetahuan, dengna berbagai fonomena akal manusia dapat memahami tanda-tanda kekuasaan Allah. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Meskipun Islam menyuruh akal manusia untuk memahami, meneliti ayat-ayat Allah, tetai peran akal dalam eksperimen tidak sebebas-bebasnya. Dalam arti masih ada batas akhir dari kemampuan akal untuk m,encapai kebenaran. Ketika akal manusia tersbentur maka yang berlaku pada saat itu adalah keimanan terhadap wahyu Allah. Dengan demikian adanya anggapan bahwa eksperimen-eksperimen ilmiah sudah mencukupi untuk menemuklan kebenaran tentang adanya Tuhan, sudah cukup untuk menjadi sarana mengenal Tuhan. Padahal Allah mengatakan bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dan merupakan petunjuk bagi orang –orang yang bertakwa. Yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya,” Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Panca indera adalah alat bagi akal untuk mencerap pengetahuan. Akal akan sempurna ketiak diperkaya oleh wawasan yang didapoatkan melalui indera, Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti. Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.
Pengetahuan yang bersifat inderawi dapaty dicerap secara inderawi, sedangkan pengetahuan yang bersifat non inderawi/metafisika hanya dapat diyakini dan dibenarkan dengan keimanan. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”. Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Ayat tersebut memberikan informasi bahwa ada pengetahuan yang mampu didapatkan oleh manusia, ada juga pengetahuan belum mampu diketahui oleh manusia. Tetapi semua pengetahuan itu telah disedaikan Allah untuk manusia, manusia tinggal mencari pengetahuan tersebut berdasarkan panca indera yang diberikan Allah serta dengan panduan wahyu yang telah Allah turunkan. Dengan demikian ada kemungkinan manusia mengetahui rahasi pengetahuan yang diberikan Allah, permasalahannya hanya terletak pada kemampuan manusia untuk menggunakan panca indera sebagai alat akal dan menggunakan wahyu sebagi sumber pengetahuan dan elemen dasar sebagai pijakan dalam melakukan penelitian dan eksperimen.
Eksperimen pun terbatas kepada pengetahuan bersifat fisika, sedangkan yang bersifat metafisika seprti surga, neraka, malaikat,azab kubur, iblis, mizan, shirat dan peristiwa hari kiamat itu adalah kajian wahyu dan hanya dapat diimani tidak dapat diakal-akali. Dalam arti tidak dapat diteliti dengan panca indera, tetapi hanyadapat diyakini kebenarannya. Islam mengakui adanya kemampua panca indera dan akal untuk mencapai pengetahuan dan kebenaran, tetapi Islam juga tidak menafikan kelemahan panca indera dan akal, di sisi lain, Islam mengakui adanya pengetahuan yang tidak didapatkan manusia melalui panca indera, tidak melalui perenungan, eksperimen, pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara langsung tanpa adametode ilmiah, eksperimen, pengamatan dan lain sebagainya, pengetahuan langsung tersebut adalah wahyu. “Sesungguhnya kami Telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami Telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami Telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan kami berikan Zabur kepada Daud.” Ayat tersebut menerangkan bahwa manusia dapat mempunyai ilmu pengetahuan tanpa adanya eksperimen, pengamatan, penalaran, tahap coba-coba maupun metode ilmiah, pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang langsung diberikan Allah kepada manusia.
”Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, Maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu Hanya suatu keinginan pada diri Ya’qub yang Telah ditetapkannya. dan Sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, Karena kami Telah mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.”
Ayat tersebut memebri gambaran bahwa Allah berhak memberi pengetahuan tanpa harus melakukan penelitian, tanpa eksperimen. Pengetahuan tersebut bersifat kewahyuan yang diberikan kepada manusia yang telah dipilih oleh Allah, dan kebenaran dari pengetahuan tersebut terjamin dari kesalahan. Dalam arti tidak ada semacam eksperimen, pengamatan. Pengetahuan seperti ini bersifat kebenaran hakiki.
Islam mengakui adanya pengetahaun yang didapat melalui mimpi yang benar. Mimpi dalam Islam dapat menjadi sumber pengetahuan, pengetahuan melalui mimpi tidak dapat dicari secara metode ilmiah, metode eksperimen, metode penelitian, maupun pengamatan.” Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau Telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan Telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah Aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah Aku dengan orang-orang yang saleh.”
Pengetahuan dan kebenaran dalam Islam dapat diperoleh melalui ilham,”Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku”. mereka menjawab: kami Telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)”.
Kebenaran dan npengetahuan dapat diperoleh manusia melalui ilham yang langsung diberikan Allah kepadamanusia yang telah dipilih-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam pengetahuamn dan kebenaran tidak harus melalui metode ilmiah, penelitian, tetapi dapat langsung diperoleh manusia melalui ilham. Dalam ayat lain Allah juga memberi ilham kepada ibu Musa, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, Karena Sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”
Ayat tersebut secara jelas memberikan fakta bahwa pengetahuan dapat di peroleh manusia melalui ilham yang langsung diberikan Allah kepada manusia yang dikehendakinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa epistemology dalam islam menyatukan akal dan mengarahkannya untuk mencapai pengetahuan dan kebenaran berdasarkan wahyu, keimanan kepada Allah. Islam mengakui kemampuan akal, panca indera, tetapi Islam juga memngakui ilham, mimpi dan wahyu sebagai sarana mendapatkan ilmu langsung dari Tuhan. Dan pengetahuan dan kebenaran yang didapatkan dari sarana tersebut tidak dapat diperoleh melalui metode ilmiah apapun.
Sebagai uaraian penutup pada poin ini, perlu sebagai dipahami bahwa pengetahuan dalam Islam berawal dari sebuah keyakinan/ premis keyakinan. Keyakinan akan kebenaran al-Quran sebagai sumber pengetahuan. Dikatakan al-Quransumberpengetahauan karena di antara fungsi al-Quran adalah sebagai petujuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil. .
“ (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Ayat tersebut secara jelas memberikan informasi bahwa al-Quran adalah sumber petunjuk kebaikan bagi manusia, penjelas tentang segalaseustau yang tidak dipahami oleh manusia. Penjelas tentang peristiwa masa lalu, masa yang akan datang dan masa metafisika/ akherat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Al-Quran adalah sumber pengetahuan bagi manusia,baik yangbersifat fisika maupun metafisika.
Islam sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, banyak ayat yang memberi motivasi agar manusia berusaha mencari ilmu dan menenliti, hal ini membuktikan bahwa kedudukan ilmu dlam Islam sangat diperhatikan dan diutamakan. Bahkan dalam ayat 11 surat al-Hujarat Allah berjanjai akan meningggikan orang yang beriman dan berilmu.
Agar manusia berilmu Allah memberi pengajaran, di natara ayat yang memberi sinyal pengajaran   adalah sebagai berikut:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa sumber dari pengetahuan dalam Islam adalah wahyu. Dan untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah dengan mempergunakan panca indra dan akal yang kesemua kegiatan tersebut dikendalikan oleh iman dan wahyu.wahyau merupakan puncak segala sumber pengetahaun yang emrupakan manisfestasi dari firman Allah

2.Kesejarahan islam klasik dan modern








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan  dan Saran
            dari pembahasan kami diatas untuk kita sadari dan kita hayati adalah :
1.    Belajarlah dikala Masih Muda Pergunakan waktu sebaik-baiknya, karena keberhasilan orang yang sedang menuntut ilmu adalah yang pandai mengatur waktu secara efektif. Kedisiplinan seseorang sangat berpengaruh kepada cara belajar orang itu sendiri. Pembagian waktu yang efektif akan memudahkan kita untuk dapat belajar serta menuntut ilmu dengan tenang. Selama ini banyak sekali orang gagal dalam menuntut ilmu, hal ini dikarenakan penggunaan waktu yang tidak efektif dan efisien. Banyak waktu yang digunakan untuk mencari sesuatu yang justru tidak bermanfaat dan menenggelamkan manusia dalam kubangan kenistaan. Karena waktu yang hilang tidak akan kembali, waktu itu ibarat pedang siapa yang tidak dapat memanfaatkanya maka ia akan merasakan suatu penderitaan yang sangat karenanya. Kerugian dalam materi dan harta tidaklah sebanding dengan kerugian manusia karena kehilangan dan mensia-siakan waktu. Sebenarnya Allah SWT sudah memperingatkan umat manusia agar menggunakan waktu sebaik mungkin dan tidak mensia-siakanya, hal ini termaktub dalam surat Al-Ashri (demi ashar). Manusia akan mengeluh dan menyesal apabila tiba saatnya kita untuk terjun secara langsung kepada masyarakat, akan tetapi waktu kita untuk menuntut ilmu banyak yang kita buang percuma, bukan suatu kebanggan yang akan kita peroleh. Cemoohan dan sumpah serapahlah yang akan kita peroleh
2.    Amalkan Ilmu Kalau Sudah Dewasa Makin besar ilmu yang kita miliki maka makin besar pula tanggung jawab kita terhadap ilmu tersebut. Kewejibanlah bagi seseorang yang berilmu untuk mengamalkan serta mengajarkan ilmu yang ia miliki terhadap masyarakat yang ada. Akan tetapi walaupun sudah seperti itu, bukan berarti kita berhenti untuk belajar. Justru dengan keadaan semacam itu kita akan terus terpacu untuk belajar, karena ilmu yang diamalkan itu tidak akan habis akan tetapi malah akan bertambah.
3.    Sabda Rosulullah SAW :andaikata seseorang boleh merasa cukup dengan ilmunya, niscaya Nabi Musa as. Lah yang paling merasa cukup. Jangan sampai kita dibutakan oleh urusan ekonomi dan bisnis semata sehingga kewajiban kita untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu jadi terbengkalai, sehingga masyarakat tetap dalam kubangan kebodohan yang sangat. Akan tetapi semua itu tak akan berguna apabila kita tidak memiliki keikhlasan dalam menjalankanya serta banyak kesombongan yang timbul dihati kita. Do'a Nabi Ibrahim As : Ya Allah (ya tuhanku) berikanlah kepadaku Hikmah (ilmu yang bermanfaat) dan masukkan aku kedalam golongan orang-orang yang shaleh. Dan jadikan aku buah bibir yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian Menurut pendapat sebagian ulama, sebagaimana tersirat dalam doa tersebut disunnahkan bagi kita untuk mencari sebutan yang baik, karena sebutan yang baik adalah umur yang kedua.



DAFTAR  PUSTAKA
Abdullah Taufik,DR. Prof,Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,Jakarta,PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta 2002

Yatim Badri DR. MA,Sejarah Peradapan Islam,PT. Raja Grafindo,Jakarta 1999

M. Said. Download 15 november 2009. Kesejaraahan dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. http//www. google.com 10 juli 2008.
















           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar