Kamis, 13 September 2018

MANAJEMEN STRES KERJA GURU


MANAJEMEN STRES KERJA GURU






JON SASTRO
Jl. RE. Martadinata No 82. RT 34/RW 06. Kel Pagar Dewa. Kec Selebar. Kota Bengkulu.


Abstract: The purpose of this research was to describe the stress management of teachers’ work in Public Junior High School Number 4 in Bengkulu City. This research used qualitative method. The subjects of the research were the school manager (principal), wise principals and all of teachers. Data collected by using observation, interview and documentation. The collected data then analyzed data by using qualitative technique. The steps of data analyzed were: reduction data, display data, verifying and conclusion. The result of this research showed that the stress management of teachers’ work in needed to raise the motivation and performance quality of teachers’ work and stress management of teachers’ work has been done in accordance with the planned.

Key Words: Stress Management, Teachers’ Work

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan manajemen stres kerja guru di SMP Negeri 4 di Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Subyek penelitian adalah manajer sekolah (kepala sekolah), wakil kepala sekolah dan semua guru. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian data dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif . Langkah-langkah menganalisis data yaitu: reduksi data, data display, verifikasi dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen stres kerja guru dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kinerja guru dan manajemen stress kerja guru telah dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.

Kata Kunci: Manajemen Stres, Kerja Guru




PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai individu yang mengalami stres. Stress merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi setiap individu. Artinya stress dialami oleh setiap individu, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status sosial ekonomi. Stress bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja atau dewasa, dialami oleh pejabat dan rakyat jelata, dialami oleh pengusaha atau karyawan, dialami oleh orang tua atau anak, dialami oleh guru maupun siswa, dan dialami oleh pria maupun wanita (Nini, 2011. http://www.psikoterapis.com/).
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan stres dalam bekerja. Banyak individu yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja. Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikis seseorang juga harus stabil agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat mempengaruhi psikis seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dihindari bahwa stres juga dapat kita jumpai di dunia pendidikan yaitu guru. Guru mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang guru yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari kepala sekolah untuk memperhatikan setiap kondisi stres yang dialami oleh gurunya. Dalam hal ini  dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi guru tersebut dengan tidak mengurangi kinerja guru tersebut.
Para guru saat ini semakin didesak untuk menjadi guru yang berprestasi dibidangnya sesuai dengan perubahan dan tuntutan masyarakat. Banyaknya tuntutan ini lah yang membuat para guru mengalami stress, apalagi guru merupakan pribadi yang harus berkembang dan bersifat dinamis. Perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran (Mulyasa, 2005:9). Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan ketauladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Supardi (2013:7) berpendapat bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di suatu negara, maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan kinerja guru. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Untuk meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Sehingga banyaknya tuntutan ini membuat para guru mengalami stress kerja.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menyusun artikel mengenai manajemen stres kerja pada guru di SMP N 4 Kota Bengkulu.
Rumusan masalah umum penelitian adalah “bagaimana manajemen stress kerja guru di SMP N 4 Kota Bengkulu?”. Rumusan masalah khusus penelitian adalah: (a) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya stress kerja guru? (b) Bagaimana upaya kepala sekolah mengatasi stres kerja guru? (c) Bagaimana hasil pelaksanaan manajemen stress kerja guru?
Secara umum tujuan penelitian adalah mendeskripsikan manajemen stress kerja guru di SMP N 4 Kota Bengkulu. Tujuan khusus penelitian adalah (a) mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stress kerja guru, (b) mendeskripsikan upaya kepala sekolah mengatasi stres kerja guru dan (c) mendekripsikan hasil pelaksanaan manajemen stress kerja guru.
Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat yang optimal baik secara teoritis maupun secara praktis. Dengan demikian hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pendidikan. 1) Manfaat Teoritis (a) Menjadi masukan untuk pihak sekolah melalui manajemen stress dalam meningkatkan motivasi dan kinerja guru. (b) Menjadi bahan untuk menambah atau memperkaya khazanah ilmu manajemen stress bagi guru, dan khususnya bagi manajer pendidikan atau kepala sekolah. 2) Manfaat Praktis (a) Menjadi kerangka acuan bagi manajer pendidikan dan pengelola kegiatan pendidikan disekolah guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. (b) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan bahan referensi bagi yang akan melakukan penelitian lanjutan.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiono (2013:09) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci. Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga penelitian ini berkehendak mengadakan akomolasi data dasar belaka.
Menurut Arikunto (2010:89) subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat data untuk variabel melekat, dan yang dipermasalahkan. Subjek penelitian tidak selalu berupa orang       melainkan dapat berupa benda, berupa kegiatan serta dapat berupa tempat. Jadi yang menjadi subjek penelitian ini adalah kepala sekolah beserta wakil sebagai mananer di SMP Negeri 4 Kota Bengkulu, dan tenaga pendidik yang ada di SMP Negeri 4 Kota Bengkulu.
Berdasarkan apa yang akan peneliti teliti yaitu berkaitan dengan Manajemen Stres Kerja Guru, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai prosedur pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (2007:16) analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Secara umum hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen stress kerja guru telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan yaitu melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi. Secara khusus hasil penelitian menujukan sebagai berikut:
Pertama, peneliti menemukan ada 3 faktor yang menyebabkan stress kerja guru di SMP N 4 Kota Bengkulu yaitu faktor individual, faktor organisasional dan faktor lingkungan. Faktor individual meliputi: masalah keluarga, masalah ekonomi, kepribadian, kesehatan,dan  usia. Sedangkan dari faktor organisasional meliputi seperti: beban kerja yang terlalu berat, gaya kepemimpinan yang kurang disukai, status profesi, kesulitan dalam mengatur waktu, kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, serta hubungan dengan atasan, rekan kerja dan warga sekitar. Yang terakhir faktor lingkungan meliputi: dukungan sosial dari keluarga, atasan maupun rekan sesama kerja, ketidakmampuan menggunakan teknologi, menghadapi kenakalan siswa, sikap masyarakat terhadap pihak sekolah dan kondisi lingkungan kerja.
Kedua, upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam manajemen stress kerja guru ada empat langka yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Dalam  perencanaan kepala sekolah melakukan pendekatan-pendekatan terhadap guru untuk mengetahui lebih dalam permasalahan yang dihadapi guru trutama  masalah yang mengakibatkan stress kerja pada guru, seperti: mengenali faktor-faktor apa saja yang menyebabkan stress, bagaimana gejalanya, serta memahami tingkatan stress yang guru hadapi.
Kemudian dalam pelaksanaannya ada beberapa langkah yang dilakukan kepala sekolah yaitu: melakukan pendekatan individu, pendekatan organisasi, mengelola waktu bawahan, seleksi dan penempatan, rancangan ulang pekerjaan, keterlibatan guru terhadap keputusan-keputusan, membangun komunikasi, menciptakan program pengembangan serta menerapkan reward dan punishment.
Manajemen stress kerja guru tidak terlepas dari pengawasan, sehingga melalui pengawasan tersebut perlu di lakukan evaluasi. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak begitu terlalu jelas namun berdasarkan penjelasan dari kepala sekolah bahwa evaluasi adalah bagian dari manajemen sehingga evaluasi perlu dilakukan. Dalam evaluasi yang dilakukan kepala sekolah yaitu terus mengawasi dan memperbaiki progam-program yang di anggap gagal serta meningkatkan terus program-program yang sudah dianggap berhasil.
Ketiga, hasil manajemen stress kerja guru menujukkan bahwa hal yang paling menonjol dan jelas yaitu menurunnya persentase ketidakhadiran guru, sehingga ini mengindikasikan bahwa guru betah berada di sekolah, dan hilangnya rasa bosan guru disekolah. Kemudian juga ada perubahan yang lainnya seperti: meningkatnya motivasi guru, kinerja meningkat, berkomunikasi lebih lancar, dengan atasan lebih akrab, lebih berkeluarga, lebih kepercayaan diri, kemauan untuk sukses tinggi, prestasi kerja meningkat serta kinerjanya memuaskan dengan prestasi-prestasi yang membanggakan. Hal ini di buktikan bahwa akhir-akhir ini SMP N 4 Kota Bengkulu kebanjiran penghargaan, ini tidak lepas dari kemampuan seorang kepala sekolah dalam manajemen stress kerja guru.

Pembahasan
Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja di sekolah juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi guru yang lebih besar dari yang sudah-sudah.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu: faktor individu, faktor organisasi dan faktor lingkungan. Menurut Rahayu dalam (www.academia.edu) Studi tentang Penyebab stress pada guru telah dilakukan (Louden 1987, Dinham 1993, Punch and Tuetteman 1996, Pithers and Soden 1999, Kyriacou 2001,Sinclair and Ryan 1987, Dinham 1992). Pada studi mereka ini disimpulkan bahwa stress muncul jika: Hubungan Buruk Siswa dan guru, manajemen waktu yang buruk, adanya konflik, kondisi pekerjaan yang memprihatinkan, kepemimpinan sekolah yang buruk, buruknya hubungan teman sejawat, perasaan ketidakmampuan dan tekanan ekstra lainnya.
Tidak semua kepala sekolah memiliki kemampuan dalam manajemen stress, bahkan tanpa pengalaman yang memadai bisa salah langkah dan justru akan menambah masalah. upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam manajemen stress kerja guru ada empat langka yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dalam perencanaan kepala sekolah melakukan pendekatan-pendekatan terhadap guru untuk mengetahui lebih dalam permaslahan yang dihadapi guru trutama masalah yang mengakibatkan stress kerja pada guru, seperti. Mengenali faktor-faktor apa saja yang menyebabkan stress, bagaimana gejalanya, serta memahami tingkatan stress yang guru hadapi.
Kemudian dalam pelaksanaannya ada beberapa langkah yang dilakukan kepala sekolah yaitu: melakukan pendekatan individu, pendekatan organisasi, mengelola waktu bawahan, seleksi dan penempatan, rancangan ulang pekerjaan, keterlibatan guru terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil, membangun komunikasi, menciptakan program pengembangan serta menerapkan reward dan punishment.
Sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari manajemen stress kerja guru, sehingga evaluasi dapat mengukur apakah manajemen stress telah berhasil dilakukan atau belum. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan telah dicapai
Sedangkan menurut Higrad dalam buku Badeni (2013) berpendapat bahwa ada beberapa pedoman untuk menaggulangi stress, yaitu:
Mengelola waktu. Seorang kepala sekolah harus mampu menghargai waktu, karena sering terjadi banyak waktu yang terbuang hanya untuk beberapa kegiatan tertentu. Manejer harus bisa membagi waktu terutama kapada tenaga kependidikan lainnya, karena tidak sedikit guru  itu yang mengalami stress kerja dan butuh penanggulangan dari atasan.
Seleksi dan penempatan. Seleksi dan penempatan sangat mempengaruhi tingkat stress kerja guru, apabila terjadi seleksi dan penempatan yang tidak sesuai yang bukan kemampuan dia, maka akan mengakibatkan beban kerja yang terlalu berat. Jadi untuk menanggulangi stress kerja seleksi dan penempatan harus sesuai dengan pengalaman dan kemampuan sehingga tidak akan mengakibatkan beban kerja.
Penentuan tujuan. Penentuan tujuan yang jelas dan tepat dapat merupakan hal penting dalam mengelola stress. Karena tujuan yang jelas akan memotivasi guru dalam melaksanakan tugasnya dengan lebih baik.
Rancangan ulang pekerjaan. Perancangan ulang pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan, minat dan spesialisasi serta keinginan idividu pelaksana merupakan salah satu usaha yang mungkin bisa dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengurangi frustasi dan stress guru.
Keterlibatan Guru. Untuk mengurangi stress guru, kepala sekolah harus melibatkan guru-guru lain dalam pengambilan-pengambilan keputusan yang langsung terkait dengan kinerjanya.
Komunikasi. Peningkatan komunikasi dengan dewan guru dapat mengurangi ketidakpastian karena mengurangi ambiguitas peran dan konflik peran. Kepala sekolah dapat juga menggunakan komunikasi yang efektif sebagai cara untuk membentuk persepsi guru.
Program Pengembangan. Program pengembangan adalah usaha terencana dalam rangka memotivasi dan membantu peningkatan kesehata fisik dan mental guru melalui kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya kegiatan olah raga bersama, lokakarya, menghindari rokok, dan sebagainya.
manajemen stress di SMP N 4 Kota Bengkulu menunjukan adanya perubahan, seperti dapat dilihat dari reaksi para guru, yang pertama yang paling terlihat jelas yaitu menurunnya persentase ketidak hadiran guru, sehingga ini mengindikasikan bahwa guru betah untuk berada di sekolah, dan hilangnya rasa bosan guru disekolah. Kemudian juga ada perubahan yang lainnya seperti: meningkatnya motivasi guru, kinerja meningkat, berkomunikasi lebih lancar, dengan atasan lebih akrab, lebih berkeluarga, kepercayaan diri seorang guru juga meningkat, kemauan untuk sukses tinggi, prestasi kerja meningkat, serta kinerjanya memuaskan.
Rivai dan Mulyadi (2011:309) berpendapat bahwa stress yang tidak teratasi dapat berdampak buruk bagi organisasi seperti: kepuasan kerja rendah, kinerja yang menurun, semangat dan energy menjadi hilang, komunikasi tidak lancar, pengambilan keputusan jelek, kreatifitas dan inovasi kurang dan bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif, sehingga akan menyebabkan menurunnya prestasi kerja.
Menurut Badeni (2013:69) Stress sebagai sebuah keadaan yang dapat di alami setiap orang, dalam hubungannya dengan pekerjaan dapat dalam keadaan tinggi atau rendah serta dapat berpengaruh pada berbagai macam faktor. Salah satunya adalah dapat mempengaruhi terhadap prestasi kerja. stress dapat menurunkan prestasi maupun meningkatkan prestasi kerja.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum simpulan penelitian menunjukan bahwa manajemen stress kerja guru telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan yaitu melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi. Simpulan secara khusus sebagai berikut: Pertama, ada 3 faktor yang menyebabkan stress kerja guru di SMP N 4 Kota Bengkulu yaitu faktor individual, faktor organisasional dan yang terakhir adalah faktor lingkungan.
Kedua, upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam manajemen stress kerja guru ada empat langka yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Dalam  perencanaan kepala sekolah melakukan pendekatan-pendekatan terhadap guru untuk mengetahui masalah yang mengakibatkan stress kerja pada guru. Kemudian dalam pelaksanaannya ada beberapa langkah yang dilakukan kepala sekolah yaitu: melakukan pendekatan individu, pendekatan organisasi, mengelola waktu bawahan, seleksi dan penempatan, rancangan ulang pekerjaan, keterlibatan guru terhadap keputusan-keputusan, membangun komunikasi, menciptakan program pengembangan serta menerapkan reward dan punishment.
Manajemen stress kerja guru tidak terlepas dari pengawasan, sehingga melalui pengawasan tersebut perlu di lakukan evaluasi. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak begitu terlalu jelas namun berdasarkan penjelasan dari kepala sekolah bahwa evaluasi adalah bagian dari manajemen sehingga evaluasi perlu dilakukan. Dalam evaluasi yang dilakukan kepala sekolah yaitu terus mengawasi dan memperbaiki progam-program yang di anggap gagal serta meningkatkan terus program-program yang sudah dianggap berhasil.
Ketiga, hasil manajemen stress kerja guru menujukkan bahwa hal yang paling menonjol dan jelas yaitu menurunnya persentase ketidak hadiran guru, sehingga ini mengindikasikan bahwa guru betah untuk berada di sekolah, dan hilangnya rasa bosan guru disekolah. Kemudian juga ada perubahan yang lainnya seperti: meningkatnya motivasi guru, kinerja meningkat, berkomunikasi lebih lancar, dengan atasan lebih akrab, lebih berkeluarga, lebih percaya diri, kemauan untuk sukses tinggi, prestasi kerja meningkat serta kinerjanya memuaskan.

Saran
Saran penelitian ini Pertama, kepala sekolah hendaknya cepat tanggap terhadap penyebab-penyebab stress kerja guru seperti: pertama, penyebab stres faktor individu, kepala sekolah hendaknya terus melakukan pendekatan-pendekatan individu agar mengetahui penyebab-penyebab stress pada guru. Kedua, Penyebab stress faktor organisasi, hendaknya kepala sekolah juga melakukan pendekatan organisasional dengan melibatkan semua pihak sekolah dalam mengatasi stress kerja guru. ketiga penyebab stres faktor lingkungan, kepala sekolah hendaknya juga memperhatikan lingkungan sekolah sehingga tercipta lingkungan yang sehat, serta meningkatkan dukungan terhadap para guru.
Kedua, hendaknya kepala sekolah meningkatkan lagi kemampuan manajemen stress kerja guru serta meningkatkan lagi program-program dan kegiatan-kegitan yang dapat mengurangi tingkat stress kerja guru. Dan lebih banyak lagi strategi-strategi yang diterapakan dalam manajemen stress kerja guru.
Ketiga, hasil manajemen stress kerja guru yang didapat hendaknya terus di tingkatkan oleh pihak sekolah agar tidak ada lagi faktor-faktor stress yang dapat merugikan sekolah, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan prestasi kerja guru.

DAFTAR RUJUKAN
Apriliaswati, Rahayu. 2013. Stres Pada Guru.  https://www.academia.edu (diunduh 04 Mei 2014)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Renika Cipta
Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nini. 2011. Proses Terjadinya Stres, http://www.psikoterapis.com/?en_proses-terjadinya-stres%2C67, (diunduh 15 Mei 2014)
Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. 2011. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Robbins, Stephen P. 2003. Organization Behevior. New Jersey: Prentice-Hall
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada





































Tidak ada komentar:

Posting Komentar