Rabu, 12 September 2018

PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI




PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI




MAKALAH

Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Menempuh Mata Kuliah Ekonomi dan Pembiayaan Pendididkan
Program Studi Magister Administrasi/Manajemen Pendidikan
PPs FKIP Universitas Bengkulu Semester 2 Tahun Akademik 2013/1014
Dosen Dr. Aliman, M.Pd


 






Oleh


JON SASTRO


PROGRAM STUDI
MAGISTER ADMINISTRASI/MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA FKIP
UNIVERSITAS BENGKULU
2013






KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi.
Makalah ini berisikan tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, tentang pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta informasi tentang kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi dalam pengembangan ilmu manajemen pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada dosen mata kuliah Dr. Aliman, M.Pd serta rekan-rekan seperjuangan di semester 2 Program Studi Magister/Manajemen Pendidikan Tahun Akademik 2013/1014.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin Ya robbal’Alamin.
Wassalamualaikum wr.mb


Bengkulu,      September 2013

Tim  penyusun





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...........................................................................................  I
DAFTAR ISI ...........................................................................................................  II

BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C.     Tujuan ........................................................................................................... 2
D.    Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi .................................................. 3
B.     Pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi................................. 11
C.     Kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia....................... 15

BAB III. SIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan.................................................................................................... 20
B.     Saran ............................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
               Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah). Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat.
              Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu Negara. Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Apa  yang dimaksud pendidikan dan pertumbuhan ekonomi?
2.      Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi?
3.      Bagaimana kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia?
C.    Tujuan Masalah
Berdasrkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
2.      Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi
3.      Untuk mengetahui kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia

D.   Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah  memberikan informasi tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, tentang pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta memberikan informasi tentang kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia.  Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi serta wawasan kepada kita semua tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, dan bermanfaat bagi kita semua sehingga makalah ini dapat dipergunakan sebagai referensi bagi yang membutuhkan secara baik dan benar.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari masalah pembangunan. Konsep pebangunan dalam bidang social ekonomi sangat beragam tergantung dari penggunaannya. Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses pembangunan yang kemudian dikenal dengan istilah invesment inhuman Capital. Saat  ini berkembang teori modal manusia ( Teori Human Capital) menjelaskan proses pendidikan yang memiliki proses positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini mendominasi literature pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang dunia kedua sampai pada tahun 1970-an.
Senada dengan pendapat tersebut Nanah Fatah mengemukakan bahwa investasi sumber daya manusia ( SDM) dan diperkuat hasil penelitiannya yang telah membuktikan pentingnya pendidikan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat setelah memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dengan bentuk investasi fisik lainnya.
Pendekatan di dalam analisis hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menggunakan beberapa model, baik yang langsung maupun tidak langsung menghubungkan indicator pendidikan dan indicator ekonomi, seperti model fungsi produksi.
Hal inilah yang menyebabkan teori Human Capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat . Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan dan pengetahuan untuk bekerja.
Sebagian besar ahli ekonomi sepakat bahwa sumber daya manusia ( Human Resource) dari suatu bangsa sebagai penentu dalam percepatan pembangunan social dan ekonomi bangsa yang bersangkutan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Federick Harbison dalam dalam tulisan Todaro “ Sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa”. Usaha-usaha pendidikan termasuk di dalamnya usaha pengembangan pemberdayaan manusia merupakan human investment.
Sekarang ini kebutuhan akan pendikan merupakan kebutuhan pokok, bahkan pemerintah telah menetapkan bahwa sejak tahun 1983 pendidikan merupakan keharusan. Argumen yang disampaikan para pendukung teori ini adalah manusia yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikannya yang lebih rendah. Apabila upaya mencerminkan produktivitas maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasil ekonomi nasional akan bertambah tinggi.
Secara implisit, pendidikan memberikan kontribusi pada penggalian ilmu pengetahuan.ini sebenarnya tidak hanya diperoleh dari pendidikan,akan tetapi juga melalui penelitian dan pengembangan ide-ide,karena pada hakekatnya, pengetahuan yang sama sekali tidak dapat diimplmentasikan dalam kehidupan manusia dan mubazir.
Isu mengenai sumber daya manusia (human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah mempunyai peran aktif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agar SDM yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan negara maupan daerah, dan salah satu usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan yaitu dengan mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Hal ini diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, tidak boleh ada drop out karena alasan biaya. Jika hal ini terjadi, pemerintah dinggap telah mengingkari amanat UU dan mengingkari tugas bangsa, karena dalam ketetapan pemerintah 20% dari APBN adalah untuk dialokasikan pada sektor pendidikan.
Hubungan investasi sumber daya manusia (pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas. Namun, sesungguhnya faktor teknologi dan modal fisik tidak independen dari faktor manusia.
 Suatu bangsa dapat mewujudkan kemajuan teknologi, termasuk ilmu pengetahuan dan manajemen, serta modal fisik seperti bangunan dan peralatan mesin-mesin hanya jika negara tersebut memiliki modal manusia yang kuat dan berkualitas. Apabila demikian, secara tidak langsung kontribusi faktor modal manusia dalam pertumbuhan penduduk seharusnya lebih tinggi dari angka 31 persen.
Perhatian terhadap faktor manusia menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada satu hal yakni modal manusia berperan secara signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Modal manusia tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi kualitas. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat.
Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah. Lalu pertanyaannya, apakah ukuran yang dapat menentukan kualitas manusia? Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan hal ini seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan lain sebagainya. Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia.
Lewat pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Dari berbagai studi tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan ketarmpilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas.
Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut. Asumsi dasar dalam menilai kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kesenjangan adalah pendidikan dapat meningkatkan produktivitas pekerja Jika produktivitas kerja meningkat ,maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula.
Dengan kata lain,pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja. Namun demikian pada kenyataan tingkat pengangguran di hampir seluruh negara bertambah 2% setiap tahunnya (world Bank : 1980).terjadinya pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya proses pendidikan, namun pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan jenis pekerjaan.
Sekolah memang dapat menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, tetapi sekolah bukan satu-satunya tempat dimana keterampilan itu dapat dicapai. Terdapai berbagai macam factor untuk mengukur bagaimana pertumbuhan ekonomi diukur dengan baik. Di antara ukuran-ukuran tersebut,diantaranya:
a)      Pendapat perkapita
b)      Perubahan peta ketenaga kerjaan dari pertanian ke industry
c)      Komsumsi energi atau pemakaian kriteria untuk menilai keberhasilan pembangunan
d)     Peningkatan dalam efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP dan GNP
e)      Kepuasan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat , dan
f)       Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat , yang dikaitkan dengan penggunaan sumber daya yang terbatas.
Walaupun sangat sulit untuk dicatat dalam dokumen statistik Todaro berkeyakinan bahwa kesempatan pendidikan dalam segala tingkatan, telah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui :
1.      Terciptanya angkat kerja yang lebih produktif karena bekal pengetahuan dan keterampilan mereka yang lebih baik.
2.      Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas.
3.      Terciptanya suatu kelompok pimpinan yang terdidik untuk mengawasi lowongan jabatan di unit usaha, lembaga, perusahaan dan organisasi pemerintah/ swasta dan lain-lain.
4.      Tersedianya berbagai program pendidikan dan pelatihan.

Hubungan antara pendidikan dan pembangunan di negara maju sangat jelas dilihat dari adanya karakteristik individu yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara non-Industri, perekonomiannya sangat tergantung pada sector pertanian sehingga persentase tenaga kerjanya lebih banyak di sector pertanian dan bekerja di sector non-industri.
Konsep Investasi dalam Pendidikan Investasi berarti penanaman modal atau uang. Modal atau uang yang ditanamkan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kegiatan yang dapat memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Biaya suatu investasi merupakan keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan sumber daya manusia dalam berbagai kegiatan.
Dengan demikian jelas bahwa investasi merupakan penanaman modal atau uang yang sengaja diilakukan untuk mendatangkan keuntungan melalui produk yang dihasilkan. Sementara pendidikan merupakan usaha manusia untuk membangun manusia itu sendiri dengan segala masalah dan spektrumnya yang terlepas dari dimensi waktu dan ruang. Hal ini berarti bahwa inti pendidikan itu adalah pembelajaran seumur hidup ( Life long learning).
Oleh sebab itu hasil pendidikan akan menjadikan sumber daya manusia yang dapat berguna dalam pembangunan suatu negara. Investasi pendidikan memberikan nilai balik ( rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang llain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
Di negara- negara berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan yang relative lebih tinggi dari pada investasi modal fisik. Investasi dalam Pendidikan dan Ekonomi Pendidikan memiliki daya dukung yang representative atas pertumbuhan ekonomi ekonomi, mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja seseorang yang kemudian akan meningkatkan perdapatannya. Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula pada pendapatan nasional negara yang bersangkutan yang keudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah.
Sementara itu Johanes ( 1984) melihat pendidikan sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ia melihat bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja potensial dan menjadi lebih siap dan terlatih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja yang secara langsung akan meningkatkan pendapatan nasional.
Pendidikan dan pekerjaan merupakan ukuran yang paling popular dalam melihat kontribusi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Pemikiran ini berdasarkan pada anggapan bwhwa pendidikan merupakan Human Capital.
Pemikiran ini muncul pada era industrialisasi dalam masyarakat modern. Argumen ini memiliki dua aspek yaitu:
1.      Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi nasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi modern.
2.      Investasi pendidikan diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas dalam kehidupan nyata.
Sebagai ilustrasi meningkatnya tingkat pendidikan pekerja brpenghasilan rendah akan memberikan tiga pengaruh positif yaitu:
1)      Meningkatkan produktifitas kerja dengan keahlian tinggi dan konsekuensi terhadap pendapatan.
2)      Meningkatkan suplay tenaga kerja dengan keahlian tinggi dan konsekuensinya.
3)      Menciptakan kekurangan pekerja berkeahlian rendah dengan konsekuensi mengingatkan gaji pekerja golongan ini.

B.     Pengaruh Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Isu mengenai sumber daya manusia (human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut Solow (1958) juga telah melakukan analisa dari temuannya tentang residual dalam penjelasan mengenai pertumbuhan ekonomi. Kemudian Romer (1986), Krugman (1987), dan Gupta (1999) juga menjelaskan bahwa residual itu menujukkan tingkat pendidikan (educational rate) dan sumber daya mansusia. Hubungan sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan suatu keharusan bahwa kebijakan publik memperhatikan pengembangan pendidikan, promosi keahlian, dan pelayanan kesehatan.
Hal ini dikatakan juga oleh Lim (1996) bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatan besar kemungkinan disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat melek huruf (literacy rate) yang tinggi, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi.
Kasus lain seperti yang dikemukkan oleh Al-Samarai dan Zaman (2002) di Malawi, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain dengan menghapuskan biaya untuk Sekolah Dasar dan memperbesar pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan. Dampak dari program ini adalah meningkatnya tingkat enrollment rate ratio pendidikan dasar. Namun demikian masalah yang harus diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah adalah distribusi pendidikan yang tidak merata.
Hubungan investasi sumber daya manusia (pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.
 Studi yang dilakukan Prof ekonomi dari Harvard Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu 1948-79 misalnya menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan teknologi.Selanjutnya, Suryadi (2001) menegaskan dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai kesadaran sosial politik dan budaya, serta memacu penguasaan dan pendayagunaan teknologi untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan sosial.
Meski modal manusia memegang peranan penting dalam pertumbuhan penduduk, para ahli mulai dari ekonomi, politik, sosiologi bahkan engineering lebih menaruh prioritas pada faktor modal fisik dan kemajuan teknologi.  Ini beralasan karena melihat data AS misalnya, total kombinasi kedua faktor ini menyumbang sekitar 65 persen pertumbuhan ekonomi AS  pada periode 1948-79.
Namun, sesungguhnya faktor teknologi dan modal fisik tidak independen dari faktor manusia. Suatu bangsa dapat mewujudkan kemajuan teknologi, termasuk ilmu pengetahuan dan manajemen, serta modal fisik seperti bangunan dan peralatan mesin-mesin hanya jika negara tersebut memiliki modal manusia yang kuat dan berkualitas.  Apabila demikian, secara tidak langsung kontribusi faktor modal manusia  dalam pertumbuhan penduduk seharusnya lebih tinggi dari angka 31 persen.
Perhatian terhadap faktor manusia menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi.  Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada satu hal yakni modal manusia berperan secara signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi,  dalam memacu pertumbuhan ekonomi.  Modal manusia tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi kualitas.
Buku terakhir William Schweke, Smart Money: Education and Economic Development (2004), sekali lagi memberi afirmasi atas tesis ilmiah para scholars terdahulu, bahwa pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.
Lalu pertanyaannya, apakah ukuran yang dapat menentukan kualitas manusia? Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan hal ini seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan lain sebagainya.  Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia.  Lewat pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.
Dari berbagai studi tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan ketarmpilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas.  Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.

C.    Bagaimana kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia?
Di Indonesia, pendidikan masih belum mendapatkan tempat yang utama sebagai prioritas program pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah anggaran pendidikan yang masih jauh dari amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal dalam UU tersebut, telah mengamanatkan tentang besarnya anggaran pendidikan di berbagai level pemerintahan minimal 20%.
Anggaran pendidikan dari APBN 2006 saja baru mencapai 9% atau Rp 36,7 triliun, sedangkan pada tahun 2007 diperkirakan jumlah anggaran pendidikan baru berkisar 11%. Rendahnya pemenuhan anggaran pendidikan dapat mengakibatkan mutu pendidikan dan perluasan akses pendidikan menjadi terhambat. Akibatnya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan teknologi juga terpasung.
Indikasi lain yang perlu menjadi perhatian lebih untuk menjadikan pendidikan sebagai basis perubahan dalam meningkatkan pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi adalah tingkat melek huruf dan angka partisipasi pendidikan. Berdasarkan laporan dari Dirjen PLS tentang tingkat pemberantasan buta aksara secara nasional di Indonesia telah mengalami penurunan tahun 2006 hingga menjadi sekitar 13 juta orang yang masih buta huruf.
Jumlah tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan tahun 2004 yang berjumlah 15,4 juta orang, dan menurun menjadi 14,6 juta orang pada tahun 2005. Jika dilihat persentase selama 2004 s/d 2006 telah terjadi penurunan 16,15%. Bahkan menurut Ace Suryadi (2006) diharapkan pada tahun 2015 pemberantasan buta aksara sudah bisa tuntas dengan asumsi pengurangan setiap tahun 1,6 juta orang.
 Sementara tingkat partisipasi pendidikan menurut data Susenas 2004, APS penduduk usia 7 s/d 12 tahun meningkat dari 92,83% pada 1993 menjadi 96,775 pada 2004. Dalam rentang waktu yang sama APS penduduk usia 13 – 15 tahun meningkat dari 68,74% menjadi 83,49%. Sedangkan APS penduduk usia 16 – 18 tahun meningkat dari 40,23% menjadi 53,48%. Data tersebut menunjukkan adanya masalah kesenjangan partisipasi pendidikan, sehingga pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran pendidikan agar masyarakat lebih banyak lagi yang mendapatkan kesempatan menikmati pendidikan.
 Yang jelas, kondisi di atas akan memunculkan fenomena tersendiri bagi pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, diantaranya kesenjangan pendapatan, ketertinggalan pendidikan, kemiskinan, dan kemakmuran masyarakat. Sylwester (2002) telah merekomendasikan dari hasil kajiannya yang menunjukkan bahwa negara yang mencurahkan banyak perhatian terhadap public education (dilihat dari persentase GNP terhadap pendidikan) mempunyai tingkat kesenjangan yang rendah.
Akan tetapi, di Indonesia, investasi modal fisik masih dianggap sebagai satu-satunya faktor utama dalam pengembangan dan akselerasi usaha.  Untuk memenuhi kebutuhan modal manusianya, di Indonesia cenderung mendatangkan tenaga  kerja dari luar negeri.  Dalam jangka pendek cara ini mungkin ada benarnya, karena diharapkan dapat memberikan efek multiplier terhadap tenaga kerja di Indonesia. Namun, dalam jangka panjang tentu sangat tidak relevan, apalagi untuk sebuah usaha berskala besar atau yang sudah konglomerasi, akibatnya banyak tenaga kerja sendiri tersingkirkan.
Bila  dilihat dari besarnya investasi di  bidang  riset dan pengembangan, kondisi ini tidak lebih baik   di banding China dan Singapura, Indonesia jauh lebih  kecil.  Demikian juga dari besarnya investasi pendidikan yang dilakukan di luar negeri.  Singapura, yang berpenduduk tidak sampai setengah penduduk Jakarta, mengirim mahasiswa ke AS hampir setengah jumlah mahasiswa Indonesia di AS.
Sesuai dengan berbagai kesepakatan regional dan internasional  di bidang ekonomi, Indonesia dihadapkan dengan situasi persaingan yang amat ketat.  Dalam situasi ini, daya saing kompetitif produk/komoditi tidak mungkin dikembangkan jika tidak diimbangi daya saing kompetitif sumberdaya manusia.  Dalam arti, mengandalkan keunggulan komparatif sumber daya manusia yang melimpah dan murah sudah kurang relevan.
Dengan  demikian, peningkatan investasi di bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan  tidak bisa dihindarkan lagi, baik oleh pemerintah maupun kalangan swasta.  Sebenarnya, setiap tahun pemerintah telah meningkatkan anggaran sektor pendidikan.  Masalahnya, angka dan peningkatan ini secara absolut relatif sangat kecil, sehingga  masih jauh  bila dibanding negara-negara tetangga yang sangat serius dalam pengembangan sumberdaya manusia.  Persentase investasi pendidikan 20 persen dari total anggaran pemerintah harus segera dipenuhi sesuai dengan amanat undang-undang.
 Demikian juga sektor swasta, selama ini belum ada aturan yang menggariskan berapa persen biaya pengembangan sumberdaya manusia serta penelitian dan pengembangan dari struktur biaya perusahaan dalam industri nasional.  Di sektor perbankan sempat ada ketentuan  yang menetapkan biaya pengembangan sumberdaya manusia 5 persen dari profit.  Akan tetapi, angka ini relatif sangat kecil, karena biaya pengembangan tersebut dibebankan pada profit, tidak sebagai beban input (Tobing, 1994).
Dari pembahasan materi diatas kami mendapat beberapa pertanyaan, saran serta penambahan materi mengenai masalah pendidikan dan pertumbuhan ekonomi dari rekan-rekan serta dari dosen mata kuliah sehingga dapat kami uraikan dan dapat simpulkan sebagai berikut.
1.      Mengapa Negara Indonesia banyak dana tetapi Indonesia tetap sebagai Negara miskin?
2.      Menagapa pendidikan mempengaruhi ekonomi?
3.      Bagaimana cara anak didik kita bisa belajar tidak dengan di tekan dulu?
Kekayaan alam yang melimpah tidak menjamin penghuninya makmur dan berkecukupan. Makmur atau tidaknya penduduk suatu negara, tergantung pada pengelola negara itu sendiri. Begitu juga dengan Indonesia. Negara yang begitu kaya raya, tapi orang miskin berkeliaran di mana-mana. “Apa penyebabnya? Ini terletak  pada kepemimpinan yang tidak beres,”. Baiknya tidaknya suatu negara sangat bergantung pada orang yang mengelola negara itu sendiri, yakni para pemimpinnya. Jika mengelola negara  tidak becus, maka potensi ekonomi yang ada tidak akan bermanfaat banyak bagi rakyatnya, kemakmuran tidak merata, keadilan jomplang dan sebagainya.“Kenapa? Karena kekayaan negara dikorupsi. Negara ini sudah hancur. Korupsi besar-besaran terjadi di mana-mana.
Sangat jelas dari penjelasan kami di atas bahwa pendidikan mempengaruhi ekonomi, sebaliknya ekonomi mempengaruhi pendidikan. Seperti contoh orang sekolah tinggi-tinggi buat apa coba? Yaa, buat memperbaiki ekonomi mereka, nah sekarang sekolah butuh ekonomi tidak? Yaa jelas sekolah membutuhkan ekonomi. Sehingga untuk sekolah seseorang harus di bekali dengan ekonomi yang kuat, dan orang yang ingin memiliki ekonomi yang kuat harus di bekali dengan pendidikan yang kuat, bisa di sebut “watmi dan watkan (Dr.Aliman.M.Pd)”.
Ini yang menjadi banyak keluhan dari orang tua maupun guru yaitu, bagaimana biar si anak mau belajar tanpa mesti di suruh dan di tekan?? Anak itu banyak belajar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya, anak yang dibesarkan di pesantren, bisa jadi ahli ibadah. Semuanya tergantung orang tuanya mau dikemanakan arah anak tersebut. Anak kecil itu masih labil belum mengerti apa-apa. Apalagi mereka lebih banyak mengenali lingkunagn di luar sekolah dibandingkan dalam sekolah. Yang perlu ditekankan disini sebagai orang tua, jangan larang mereka untuk bermain, disinilah tugas orang tua menjadi sangat penting. Pilihlah permainan yang bagus, menguji ketangkasan dan wawasan anak. Kalau masalah anak mau belajar atau tidak, ya itu tadi orang tuanya harus mensupport. Belajar itu timbul dari dalam diri seseorang, karena ada hasrat mengetahui sesuatu, mencapai sesuatu, untuk tujuan tertentu. Banyak tujuan anak belajar yaitu jadi pintar, brhasil dan membahagiakan orang tua. Kuncinya dalam mendidik anak adalah sabar dan jangan paksakan mereka untuk belajar keras,,step-by-step saja, perlahan tapi pasti.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor penting bagi dunia perekonomian suatu bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan SDM suatu negara maka akan berpengaruh pada tingkat perekonomian negara tersebut. Manusia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah.
Sebagai ilustrasi, negara-negara maju seperti Jepang yang merupakan negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Setelah Jepang, menyusul negara-negara Asia Timur lain seperti Singapura, China, Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan. Jadi jelas bahwa pertumbuhan mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap pertumbuhan ekonomi.
Jadi meningkatnya pertumbuhan ekonomi tentunya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja, serta mengurangi kemiskinan. Artinya pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.



B.     Saran
Pemerintah harus mampu membangun paradigma baru pembangunan terhadap tiga hal yang  merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan; yaitu pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan.
Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid, dengan bukti-bukti hasil kajian di berbagai negara. Ketiga, menjadikan pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang, karena pendidikan membuahkan high rate of return di masa yang akan datang.


            DAFTAR PUSTAKA

Al-Samarai, S. 2002. The Changing Distribution of Public Education Expenditure in Malawi. Africa Region Working Paper Series 29.
Fattah, Nanang, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT.Rosda Karya,2002)
Green, William H.,“Econometric Analysis”, 2nd ed. (New York: Macmilan Publishing Co, 1993.
Gupta, K. 1999. Public Expenditure on Education and Literacy Lavels: A Comparative Study. State University at Stony Book.
Hallak, J, Analisis Biaya dan Pengeluaran Untuk Pendidikan (Paris: International Institute For Planning, UNESCO, 1985)
Laporan Dirjen PLS Tahun 2006. Depdiknas. http:\\www.depdiknas.go.id
Lim, D. 1996. Explaining Economic Growth: A New Aanlitical Framework. Vermont: Edwar Elgar Publish. Co.
Solow, R. 1956. A Contribution to the Theory of Economic Growth. Quartely Journal of Economics 70: 65 – 94
Supriadi, Dedi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT.Rosda Karya, 2003)
Konsep dan Analisis Biaya Pendidikan « CARI ILMU ONLINE BORNEO.html
http://tatyhartati.blogspot.com/2012/05/pendidikan-dan-pertumbuhan-ekonomi.html 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional



Tidak ada komentar:

Posting Komentar