DASAR-DASAR
PERENCANAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Menempuh Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan
Program Studi Magister/Manajemen Pendidikan
PPs FKIP Universitas Bengkulu Semester 1 Tahun
Akademik 2012/1013
Dosen
Dr. Manap Somantri,
M.Pd
Oleh:
JON SASTRO
PROGRAM STUDI
MAGISTER ADMINISTRASI/MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA FKIP
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Assalamualaikum
wr.wb
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan” Makalah ini berisikan informasi tentang Perencanaan Pendidikan
atau lebih rincinya tentang pengertian
perencanaan pendidikan, tujuan perencanaan pendidikan, dan tentang perencanaan
untuk menjadi guru yang professional.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Dasar-Dasar
Perencanaan Pendidikan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen mata kuliah Dr. Manap Somantri, M.Pd serta rekan-rekan seperjuangan di semester 1
Program Studi Magister/Manajemen Pendidikan Tahun Akademik 2012/1013.
Akhir
kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin
Ya robbal’Alamin.
Wassalamualaikum wr.mb
Bengkulu, Mei 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar
Belakang ..................................................................................... 1
Rumusan
Masalah ................................................................................ 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Manfaat
................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Tujuan perencanaan Pendidikan............................. 3
1.
Rngkaian pembelajaran guru ...................................................... 6
2. Kontroversi yang Belum Terselesaikan........................................ 8
3. Persiapan Awal Guru Formal..................................................... 11
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
........................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 21
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu investasi yang
sangat penting dalam upaya pengembangan dan pembentukan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Oleh karena itu perencanaan pendidikan mutlak
diperlukan dan harus disusun secara terarah, sistematis, terpadu,
berkelanjutan, bersifat aspiratif, partisipasif dan inovatif
agar dapat menempah guru-guru yang professional.
Di negara berkembang seperti
Indonesia terdapat beberapa perencanaan dalam
mengupayakan bagaimana sebuah pendidikan itu dapat berkualitas dan bagaimana
cara untuk mempertahankan guru yang professional dari masa ke masa, yang
memungkinkan guru untuk terus-menerus beradaptasi dan menyempurnakan
keterampilan mereka serta praktek guru secara langsung di dalam kelas dengan
adanya perubahan kontekstual dan ekonomi di lingkungan yang ada.
B. RumusanMasalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa
pengertian dari perencanaan pendidikan
2. Bagaimana
tujuan perencanaan pendidikan
3. Apa
point-point yang menunjukan guru profesional
4. Bagaimana
gagasan-gagasan guru masa depan
5. Bagaimana
kebijakan dan praktek guru dalam mengajar
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari perencanaan pendidikan
2. Untuk
mengetahui bagaimana tujuan perencanaan pendidikan
3. Untuk
mengetahui bagaimana point-point sebagai guru profesional
4. Untuk
mengetahui bagaimana gagasan-gagasan guru masa depan
5. Untuk
mengetahui bagaimana kebijakan dan praktek guru dalam mengajar
D.
Manfaat
Supaya
mengetahui tentang dasar-dasar perencanaan pendidikan, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, serta bisa dijadikan sebagai referensi tentang dasar-dasar
perencanaan pendidikan dan bagaimana perencanaan-perencanaan yang dilakukan
untuk menjadi seorang guru yang profesional.
BAB II
Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan
- Pengertian dan tujuan perencanaan
Untuk mengembangkan
sebuah pendidikan maka diperlukan perencanaan yang baik, dimana pendidikan akan
saat erat hubungan dengan pembangunan secara nasional. Jika pada tahun 1967
perencanaan telah mengalami perubahan substansial, yang dianggap kaku dan harus
ditinggalkan, namun tidak untuk saat ini karenanya perencanaan juga merupakan
cara untuk mengatur pembelajaran, pemetaan, target, bertindak dan bagaimana
cara untuk memperbaikinya.
Tujuan dari perencanaan yaitu
untuk memantau perkembangan
dan perubahan serta pengaruh yang ada pada pendidikan ,menyoroti isu-isu pendidikan dan menganalisis dalam konteks historis dan peraturan sosial, yang dapat dikembangkan di negara-negara berkembang. Perencanaan pendidikan pertama merupakan persiapan guru, yang menjadi perencanaan seluruh dunia dengan menjadikan guru profesional, yang memungkinkan guru untuk terus beradaptasi dan menyempurnakan keterampilan mereka dalam praktek di dalam kelas sesuai dengan perubahan kontekstual dan ekonomi. Sementara semua orang setuju bahwa pendidikan guru dan pelatihan guru sangat penting, pertanyaannya adalah berapa banyak persiapan guru yang dibutuhkan? Jawabannya tergantung pada beberapa faktor, seperti tingkat sumber daya finansial, jumlah guru untuk dilatih, tingkat pengetahuan guru, dan daya tarik pengajaran profesi. Proses persiapan guru dimulai saat masa guru yang dipilih melakukan pelatihan pra-jabatan, sampai mereka di sekolah, yang akhirnya mereka mencapai titik penghujung dari karir mereka.
dan perubahan serta pengaruh yang ada pada pendidikan ,menyoroti isu-isu pendidikan dan menganalisis dalam konteks historis dan peraturan sosial, yang dapat dikembangkan di negara-negara berkembang. Perencanaan pendidikan pertama merupakan persiapan guru, yang menjadi perencanaan seluruh dunia dengan menjadikan guru profesional, yang memungkinkan guru untuk terus beradaptasi dan menyempurnakan keterampilan mereka dalam praktek di dalam kelas sesuai dengan perubahan kontekstual dan ekonomi. Sementara semua orang setuju bahwa pendidikan guru dan pelatihan guru sangat penting, pertanyaannya adalah berapa banyak persiapan guru yang dibutuhkan? Jawabannya tergantung pada beberapa faktor, seperti tingkat sumber daya finansial, jumlah guru untuk dilatih, tingkat pengetahuan guru, dan daya tarik pengajaran profesi. Proses persiapan guru dimulai saat masa guru yang dipilih melakukan pelatihan pra-jabatan, sampai mereka di sekolah, yang akhirnya mereka mencapai titik penghujung dari karir mereka.
Di berbagai negara berkembang
seperti Indonesia, Amerika Latin, Arab terdapat beberapa kontroversi dalam
mengupayakan bagaimana sebuah pendidikan itu dapat berkualitas dan bagaimana
cara untuk mempertahankan guru yang professional dari masa ke masa, yang
memungkinkan guru untuk terus-menerus beradaptasi dan menyempurnakan
keterampilan mereka serta praktek guru secara langsung di dalam kelas dengan
adanya perubahan kontekstual dan ekonomi di lingkungan yang ada. Dimana, Mark
Bray mengatakan salah satu upaya bagi negara berkembang dalam meningkatkan
kualitas dari belajar mengajar adalah dengan mendistribusikan buku-buku
pelajaran dan teknologi (ICT) di sekolah-sekolah.
Ada beberapa point yang dapat menunjukan
bahwa seorang guru itu dapat dikatakan sebagai guru profesional. Pertama, guru
bertindak sebagai mediator dan efektifitas inovasi bagi siswa di dalam maupun
di luar kelas. Kedua, guru yang mampu memacu minat siswa dalam belajar sehingga
siswa mampu dengan mudah dalam menguasai topik pelajaran, dimana seorang guru
menjadi dorongan dan antusiasme seorang siswa dalam belajar, dan yang ketiga
adalah guru yang akan selalu memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada
siswanya, dengan begitu berarti guru akan selalu menyuruh siswa belajar tanpa
didampingi oleh guru di rumah. Dari ketiga pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa guru professional itu adalah guru yang jika berpikir secara
analitis, inisiatif , memilki rasa ingin tahu yang besar, motivasi untuk
belajar kembali, adanya kepercayaan yang dimiliki oleh siswa kepada guru, dan
rasa adil dari setiap siswa serta dapat menghormati orang lain.
Selanjutnya adalah bagaimana
persiapan dari seorang guru dalam mengajar? Tentu saja setiap guru akan
memiliki persiapan-persiapan yang berbeda sesuai dengan apa yang mereka
butuhkan saat mengajar. Namun yang menjadi masalah atau kendala saat ini adalah
tidak sedikit guru yang tidak melakukan persiapan sama sekali untuk mengajar di
dalam kelas. Mereka hanya bermodalkan pengalaman yang didapatkan saat
memperoleh pendidikan sebagai seorang guru tanpa harus melakukan persiapan
kembali ketika sekarang telah benar-benar menjadi seorang guru. Anggapan dari
mereka yang merasa cukup dari pendidikan selama ini benar-benar bertolak
belakang dari bagaimana pencapaian seorang guru professional dalam
mempersiapkan diri sebelum mengajar.
Hal ini dikarenakan atas ketidak
tahuan mereka atau adanya penyebab lain. Oleh karena itu, pengembangan guru
professional harus diberikan sejak dini, dengan maksud untuk mempertahankan
kualitas guru. Sehingga jika ada guru professional yang meninggal dan pesiun
maka akan cepat tergantikan dengan guru baru dengan kualitas sama. Salah satu
cara untuk mempertahankan kualitas guru tersebut dengan sering diadakannya
pelatihan-pelatihan guru professional. Di Indonesia pemerintah seharusnya telah
mempersiapkan bagaimana menjaga kualitas guru dan pengembangan professional
berkelanjutan guru SD yang merupakan dasar pertama siswa untuk mendapatkan
pendidikan secara baik. Di bawah ini beberapa hal yang dapat membantu kita
untuk mempertahankan guru professional secara berkelanjutan:
1. Rangkaian Pembelajaran Guru: Sebuah Kerangka
Konseptual
Untuk mempertahankan guru
professional yang berkelanjutan secara optimal maka guru harus memiliki
kerangka kerja yang komprehensif, dengan begitu akan lebih mudah untuk mengatur
dan memahami bagaimana guru dapat mengajar secara professional. Selain itu
dengan adanya kerangka Konseptual maka guru juga akan mengetahui apa yang telah
dipelajari sebelumnya dan apa yang akan dipelajari selanjutnya. Hal ini sangat
memudahkan bagi seorang guru dalam memberikan materi, sehingga siswa tidak
merasa bosan di dalam kelas. Dengan begitu masing-masing guru telah memiliki
agenda yang akan mereka berikan kepada siswa disetiap pertemuannya. Semua
agenda tersebut akan terstruktur dengan baik.
Apabila kita telah memiliki
rangkaian pembelajaran dengan baik maka saya yakin untuk guru-guru selajutnya
tidak begitu sulit dalam membimbing mereka menjadi guru professional, Lortie
(1975), mengatakan bahwa guru belajar tentang mengajar dengan mengamati
guru-guru mereka sebelumnya, sebagian mereka akan mengajar seperti bagaimana
guru mereka mengajar dahulu. Hal ini, menunjukan jika rangkaian pembelajaran
pada guru itu akan sangat erat hubungannya dengan guru yang akan datang. Oleh
sebab itu, rangakain pembelajaran guru sangat berpengaruh kuat untuk guru
dimasa mendatang, selain pendidikan yang akan mereka peroleh pada saat sekolah
tentunya.
Ada beberapa bentuk dari
pembelajaran guru yang diikuti oleh guru selanjutnya yaitu mentode guru dalam
mengajar dengan metode ceramah, metode diskusi dan metode CBSA. Metode-merode
tersebut akan sangat membosankan jika dilakukan secara berkelanjutan tanpa
disertai dengan ide-ide cemerlang yang diberikan oleh guru professional.
Sehingga ini memperkuat bahwa kelas merupakan tempat belajar yang tidak
mengasyikkan bagi sebagian siswa namun upaya menentang dari siswa pun tidak
ada. Untuk itu perlu adanya rangkaian pembelajaran guru secara terstuktur
dengan konsep yang membuat siswa tertarik untuk belajar.
Jika sebelumnya kita membahasa
tetang bagaimana seorang calon guru itu akan mengajar dengan melihat bagaimana
dahulu gurunya mengajar maka hal ini disebut dengan istilah fase atau tahap
pra-service, namun setelah calon guru itu benar-benar mengambil tanggung jawab
penuh untuk mengajar baik di Sekolah Dasar (SD) atau sekolah menengah (SMP)
maka guru tersebut telah memasuki fase atau tahap induksi dari seorang guru.
Fase induksi adalah proses formal maupun informal dimana seorang guru mulai
berlatih beradaptasi dan telah berperan sebagimana selayaknya seorang guru
professional. Jika pada fase pra-service calon guru masih dibiarkan untuk
belajar sendiri dari pengalaman, hal ini tidak untuk fase induksi yang telah
melibatkan orang lain atau organisasi sebagai mentor dalam meningkatkan
pembelajaran guru professional. Dan akhirnya seorang calon guru akan masuk
ketahapan professional, yaitu tahap dimana seorang guru benar-benar bertanggung
jawab atas pembelajaran yang diberikan dengan karakteristik guru professional.
Contoh dari praktek pengembangan
guru professional dapat kita lihat di negara Cina dan Jepang, yang pada fase pra-service mereka telah
mempersiapkan universitas untuk memberikan kredit mata kuliah “praktek mengajar
di kelas”. Mereka telah belajar bagaimana menjadi seorang guru professional dan
penting bagi mereka untuk bekerja sama dalam pengembangan guru professional.
Kedua negara tersebut merupakan negara yang pengembangan professional gurunya
sangat baik, dimana terdapat pusat-pusat pelayanan yang baik, dengan bangunan,
peralatan dan ketenagaan yang sangat memadai, yang semua infrastruktur tersebut
jarang terdapat di negara-negara lain.
2. Kontroversi yang Belum Terselesaikan
Kita ketahui bersama masih banyak
terdapatkan kontroversi-kontroversi mengenai bagaimana cara mencetak atau
menghasilkan seorang guru professional dikemudian hari. Salah satu kontroversi
yang masih berlangsung adalah apakah program fase pra-service untuk pengembangan
guru professional itu masih diperlukan atau tidak? Karena di universitas atau
pasca-sekunder perguruan tinggi di Amerika dan Inggris gencar dilakukan
penghapusan pra-service pada lembaga pendidikan guru .
Ada beberapa asumsi yang menyatakan
bahwa fase pra-service tidak dibutuhkan dalam pendidikan guru. Asumsi pertama,
dimana Kennedy dan Hundersmarck (dikuti dalam Wilson dan Youngs, 2005)
mengatakan bahwa perdebatan tentang kebijakan perlunya pendidikan guru telah
didorong dengan asumsi yang berbeda tentang karakteristik apa yang sangat
dibutuhkan untuk mempersiapkan guru baru. Asumsi kedua menyebutkan bahwa guru
yang dibutuhkan adalah guru yang memiliki pengetahuan umum secara mendasar,
guru yang professional dalam pengetahuan subjek dan padagogi mereka yang sangat
bagus. Selanjutnya di asumsi yang ketiga adalah meningkatkan kebijakan dari
karakter seorang guru dengan mempunyai nilai-nilai professional sebagai calon
seorang guru, seperti toleransi dan kesabaran.
Namun pada akhirnya seorang guru yang
professional itu terlahir dari individu dan karakter kepribadian yang baik.
Jika itu terjadi, maka apapun pendidikan yang mereka capai akan tetap
menjadikan mereka sebagai seorang guru professional. Guru merupakan pekerjaan
yang membutuhkan keterampilan dengan memperdalam karakteristik pendidikan. Oleh
karena itu fase pre-service yang diperdebatkan tidak akan menjadi masalah besar
dalam membentuk kepribadian guru professional, seandainya karekteristik
kepribadian yang baik telah ada pada diri mereka masing-masing.
Kontroversi lain yang masih hangat
diperbincangkan adalah berapa banyak persiapan normal yang dibutuhkan dari
seorang guru? Dimana sistem pendidikan tidak akan mampu menyediakan guru dengan
gaji dan kondisi kerja yang benar-benar kompetitif seperti pekejaan lainnya.
Menurut statistik dari lembaga internasional (OECD, 2001) ada 59 juta guru
sekolah dasar (SD) dan Menengah (SMP), lebih dari dua pertiga diantaranya
berada di negara berkembang, Tiyab dan Vianou (2004) menunjukan sebagai
antisipasi pada tahun 2015, maka 180 juta anak-anak akan bersekolah. Negara-negara yang sudah memiliki guru dalam
jumlah besar adalah negara China (6,4 juta guru), India (2,8 juta guru),
Indonesia (1,4 juta guru), Brasil (0,8 juta guru) dan Nigeria (0,5 juta guru).
Apabila disebuah negara tersebut
telah memiliki jumlah guru dalam jumlah besar maka secara otomatis persiapan mengajar
yang dibutuhkan oleh guru tidaklah begitu banyak, karena mereka akan saling
berbagi, namun gaji dan kondisi mereka bekerja pun juga akan terbagi khususnya
di negara berkembang.
Masih dengan kontroversi yang ada
pada pengembangan pengajaran dalam mencapai guru professional, yaitu apakah di
dalam mengajar posisi dan karir itu perlu di capai? Dimana ada yang beranggapan
bahwa guru sebagai karir atau guru
sebagai pekerjaan. Jika guru menempatkan dirinya sebagai karir maka guru
diharapkan untuk tetap berada dipelayanan publik selama masa kerja nya. Guru
sebagai karir akan sangat dilihat dari bagaimana mereka mengajar, pengetahuan
yang mereka miliki. Sebaliknya jika guru memposisikan profesi dirinya sebagai
sebuah pekerjaan.
Untuk meningkatkan pendidikan
khususnya di negara-negara berkembang, maka pemerintah memberikan solusi dengan
adanya pengajar sukarelawan yang diberikan pelatihan hanya tiga bulan lalu
selanjutnya pelatihan selama enam bulan. Dari pengajar sukarelawan tersebut
maka diberi kebijakan oleh pemerintah dengan menciptakan kategori baru yaitu
guru kontrak. Guru kontrak ini sangat sedikit sekali mendapatkan pre-service
pengajaran berbeda sekali dengan guru PNS, namun hasil yang mereka berikan
tidak begitu mengecewakan. Sehingga, ada asumsi yang menyebutkan kalau
pre-service untuk tenaga pengajar (guru) itu tidak penting.
3. Persiapan Awal Guru Formal: Kebijakan, Institusi dan
Praktek
Persiapan untuk guru-guru yang
berada pada negara berkembang akan sangat berbeda dengan persiapan guru yang
berada di negara maju. Sehinggah banyak di negara berkembang yang mengurangi
durasi program persiapan guru mereka, pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
cara kerja professional bagi seorang guru pun juga banyak ditiadakan. Sehingga,
kurang adanya penyaringan bagi guru yang sangat penting dalam mencari guru
professional di negara-negara berkembang. Bahkan mereka menjadikan seorang
mantan guru menjadi guru kembali tanpa memperdulikan akibat dimasa mendatang.
Kita dapat meneliti bagaimana cara
penyaringan guru professional yang ada di negara-negara maju. Salah satunya di
Negara Republik Korea yang sangat ketat penyaringannya untuk masuk ke program
pendidikan guru, sehingga keluar dari pendidikan guru mereka akan langsung bisa
praktek dan mengembangkan keprofessionalan seorang guru. Bila di Amerika
Serikat hanya satu saringan dalam pengembangan professional guru yaitu dengan
sertifikasi guru.
Meskipun di negara-negara maju
sangat ketat dalam penyaringan untuk menjadi seorang guru namun, tidak semua proses
penyaringan yang ada di negara maju bisa
dijadikan pedoman dalam merekrut guru yang professional di negara
berkembang. Hal ini masih dapat kita lihat apakah strategi itu benar-benar
dapat digunakan di negara berkembang atau tidak. Dengan kata lain kita juga
harus selektif untuk menentukan strategi pengembangan guru professional.
Dibawah ini terdapat beberapa
pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai acuan penyaringan guru professional.
1.
Apakah visi mereka dalam mengajar yang baik dan
bagaimana visi mereka untuk menjadi seorang guru yang baik?
2.
Seberapa besar pemahaman yang dicapai oleh seorang
calon guru dalam belajar dan mengajar?
3.
Berapa banyak pengalaman yang mereka miliki dalam
mempersiapkan diri mereka sebagai calon seorang guru?
4.
Apakah mereka mencipakan kerjasama yang baik diantara
guru dan siswa yang merupakan guru masa depan?
5.
Apa yang dapat mereka lakukan jika mereka kekurangan
sesuatu dalam mengajar?
Dari pertanyaan di atas maka seorang
guru akan menerima tanggung jawab untuk membangun pengetahuan dan bangsanya
sebagai persiapan menciptakan generasi di masa mendatang.
Dalam meningkatkan kebijakan
pengembangan guru professional tentu saja mengalami beberapa kegagalan, namun
sebuah kegagalan akan menjadi sebuah kebijakan dan perencanaan untuk
mengalokasikan sumber daya secara langsung terhadap peningkatan pengembangan
guru professional. Ada empat gagasan besar yang mampu menciptakan rasa luas
bahwa guru masa depan harus bisa mencari pengetahuan sendiri, sehinggah,
gagasan yang pertama adalah mereka harus memiliki tanggung jawab lebih dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Dimana, ini akan membentuk karakter guru
untuk lebih bisa mandiri, menetapkan norma-norma mereka sendiri, dan menegakkan
norma-norma itu sendiri pula.
Kebijakan kedua adalah bahwa
mengajar yang baik itu membutuhkan tindakan, guru harus memiliki kebiasaan
untuk berpikir kritis dan mendalam, dan bagaimana seorang guru dapat
memperbaiki kondisi pendidikan yang sudah hilang nama baiknya. Menurut
(Feimen-Nemser, 2001) ada empat tradisi yang harus dilakukan dalam mengajar
efektif yaitu akademik, sosial, developmatis, dan rekontruksi. Ketiga,
menekankan bahwa semua peserta didik membangun diri mereka sendiri, gerakan
untuk konstruktivisme dalam pengajaran dan pembelajaran bagi calon guru yang
merupakan pengalaman pribadi bagi mereka nantinya. Dan yang terakhir adalah
meningkatkan kebijakan dan praktek yang dipelajari, dalam mengajar ada sebuah
perencanaan sehingga pelajaran yang disampaikan dicerna secara baik.
Selain itu cara lain yang dapat meningkatkan
pengembangan guru secara professional diantaranya adalah pendidikan jarak jauh,
dimana kita ketahui pendidikan jarak jauh tentu memakan dana yang tidak sedikit
namun pengalaman yang diperoleh bagi seorang guru akan sangat banyak. Program
pendidikan jarak jauh sangat bervariasi tidak hanya dalam penggunaan metode
tatap muka, tetapi juga dalam isi pembelajaran dan penekanan relatif untuk
materi pembelajaran, pedagogi dan pengetahuan pada umumnya.
Setelah kita mempelajari penelitian
yang dilakukan di negara-negara berkembang dan maju guna untuk meningkatkan
pemgembangan guru professional di masing-masing negara. Dan pada akhirnya
pengembagan guru professional itu dapat dilakukan juga melalui tingkat provinsi
atau kabupaten pada setiap negara. Biasanya sebagai guru pemula, ketika mulai
mengajar maka dibutuhkan tentor untuk mendampingi agar dapat mengamati apakah
sebagai pemula kita dapat menyampaikan materi ajar seperti guru professional
lainnya. Selanjutnya seorang guru pemula akan siap menerima komentar, kritikan,
dan saran dari mentor. Dengan kata lain sebagai seorang guru pemula kita
membutuhkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam
mengajar.
Dengan menggunakan Rencana Pelaksaan
Pembelajaran maka guru akan memiliki waktu cukup dalam mengajar, misalnya
dengan topik “berbicara” seorang guru memilki waktu sepuluh menit untuk membuka
pelajaran dan menyapa siswa, serta mengarahkan setiap siswa materi apa yang
akan dipelajari hari ini. Lima menit untuk guru menyiapakan multimedia yang
ingin digunakan, dan empat puluh menit untuk menyampaikan materi, serta dua
puluh menit untuk latihan. Sehingga, proses pembelajaran akan tersusun dengan
efektif.
Selain dari adanya mentor yang
dibutuhkan dalam memberi penilaian untuk guru baru, masih banyak hal-hal
penting yang perlu diperhatikan diantaranya adalah: 1) memberikan kesempatan
kepada guru baru dalam mengamati guru lain dalam mengajar, 2) menugaskan mentor
untuk mendampingi guru baru, 3) menyediakan kelas untuk guru baru sebagai
obeservasi kelas, 4) Adanya co-perencaaan untuk guru baru. Serta strategi yang
paling bagus untuk guru baru yang akan menjadi guru professional adalah : 1)
memegang sesi orientasi khusus sebelum awal tahun, 2) menyediakan buku panduan
khusus untuk mengajar, 3) memengang pengembangan professional dalam satu tahu,
4) mengurangi tugas non mengajar, 5) mengadakan pertemuan informal khusus untuk
guru baru, 6) menawarkan atau mengadakan perjalanan (studi banding) sebagai
bahan perbandingan dalam mengajar.
Sebagai seorang guru tentu kita tahu
untuk menjadi guru professional tidaklah mudah, telah banyak strategi yang
dipaparkan di atas dan bagaimana cara melakukannya. Namun upaya untuk menjadi
guru professional masih mengalami kendala, hal ini disebabkan oleh guru yang
masih terlalu sering kembali ke kelas tanpa ada kesempatan memberikan umpan
balik dari lingkungan dan aplikasi yang ada. Lingkungan akan sangat besar
pengaruhnya untuk meningkatkan kualitas mengajar demi tercapainya tingkat
professional dari seorang guru. Dimana sebuah pengembangan professional itu
terjadi melalui proses partisipatif dan meningkatkan keterampilan serta
pengetahuan dari kita semua (guru dan siswa). Dengan demikian, semua akan
terlibat dalam meningkatkan pengembangan professional guru dalam mengajar.
Sehingga untuk meningkatkan
perspektif global pada pembelajaran guru maka perlu adanya kebijakan dan
praktek mengajar dalam bentuk:
1.
Fokus pada konten
Meningkatkan
dan memperdalam pengatahuan dari setiap metode mengajar guru
2.
Belajar aktif
Guru hanya
berpeluang dalam menganalisi kegiatan belajar mengajar, sedangkan keaktifan
diciptakan oleh siswa.
3.
Koherensi
Terus
terjadinya komunikasi yang baik antara guru dan siswa yang selaras dengan
standar kurikulum siswa.
Kita ambil satu kasus dari
penelitian ini demi memperjelas bagaimana pengembangan professional yang
efektif di negara maju seperti Jepang dan Cina dan apa pengaruhnya untuk negara
yang sedang berkembang seperti Guinea. Penelitiaan terbaru pada negara Cina dan
Guinea tentang “Lesson Study” atau Rencana Pembelajaran yang dilakukan oleh
negara Cina berdampak positif bagi negara Guinea. Adapun praktek yang dilakukan
oleh negara Cina dalam mengembangkan professional Guru mereka adalah:
Guru menggunakan kelas mereka sendiri sebagai
laboratorium untuk mengembangan professional mereka.
Sifat publik yang mereka miliki, bahwa Guru di negara
Jepang dan Cina terbiasa untuk diamati oleh rekan-rekan mereka dari pihak luar,
sehingga ini merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam mendiskusikan
kelebihan dan kelemahan diri mereka pada saat mengajar.
Guru di negara Jepang dan Cina sangat suka untuk
bekerja sama, atau mereka sering melakukan segala sesuatu secara berkelompok
dan hasil yang diperoleh pun sangat memuaskan, dan masalah yang ada akan
terselesaikan dengan baik.
Rencana pembelajaran bukan hanya dikembangkan untuk
kurikulum melainkan juga untuk penelitian-penelitian. Dimana guru bersama-sama
melakukan eksperimen, membuat hipotesis bagaimana mereka akan bekerja dan
mengumpulkan data apakah sebenarnya mereka telah bekerja sesuai dengan
hipotesis yang ada.
Penekanan pada pemahaman berpikir siswa, hal ini
secara tidak langsung akan membuat siswa berpikir di dalam kelas.
Dampak kumulatif bagi seorang guru dalam menulis
laporan, salah satu aspek yang sangat penting di Barat yang mereka sangat sulit
dalam menulis laporan.
Kesimbangan antara inisiatif guru dan saran yang
diperoleh dari luar. Sementara proses dari rencana pembelajaran adalah
pengetahuan tambahan yang diperoleh dari luar.
Dari penelitian di atas sangat besar
sekali manfaat bagi negara berkembang bukan saja untuk negara Guinea namun
negara berkembang lainnya seperti Indonesia, jika apa yang dilakukan oleh
negara Cina untuk mengembangkan professional guru juga diterapkan di Indonesia.
Karena hampir dari semua guru SD di setiap negara (89 persen tenaga pengajar)
sekitar 6.000 guru atau 35 persen dari tenaga pengajar di seluruh negara mampu
berpartisipasi di dalamnya.
Program di atas didasarkan pada
asumsi bahwa guru mengejar pengembangan professional yang efektif. Sebuah titik
awal untuk mewujudkan guru professional. Hal ini memungkinkan guru dalam
melakukan tindakan secara alami dengan hasil respon yang baik. Sehingga guru
akan diakui sebagai kunci dalam perbaikan sistem belajar mengajar.
Sekarang yang perlu kita sadari,
bagaimana sebuah negara kecil dan berkembang seperti Guinea dapat mengubah
rencana pembelajarannya seperti Cina, hal ini pasti disebabkan oleh beberapa
kesamaan yang mereka miliki yaitu:
1.
Keduanya memiliki kesamaan atas kebutuhan guru.
2.
Keduanya berupaya untuk mempertahankan kefokusan siswa
pada saat belajar.
3.
Keduanya menyediakan akses keahlian eksternal, dan
lain sebagainya.
Semoga penelitian yang dilakukan
antara negara Cina dan Guinea tersebut menjadi bahan tolak ukur untuk Indonesia
dalam mengembangkan professional guru. Sehingga akan lebih banyak guru yang
mempertahankan model pembelajaran sebagai tanggung jawab dari seorang pendidik.
Tentu masih banyak contoh lain yang bisa dijadikan pembelajaran untuk guru-guru
di Indonesia, namun kita juga harus selektif dalam memilihnya, yang dapat
digunakan oleh setiap guru, finansial yang memadai dan apakah metode tersebut
cocok dilakukan di negara kita.
BAB III
SIMPULAN
Jelas sekali dengan apa yang telah
dijelaskan diatas bahwa pendidikan itu cenderung dengan dua arah yang
berlawanan, satu kelompok menekankan kepada sesuatu ketidaefektifan peraturan
yang telah dibuat, dengan menitikberatkan pada peningkatan kualitas pendidikan
dan professionalisme dari seorang guru.
Namun kelompok lain tetap cenderung dengan gaya berhati-hati dan lambat
dalam mengubah peraturan yang ada, walaupun mereka difungsionalkan. Pengembangan
professional guru tetap bermasalah, namun rasa optimisme yang ada pada
negara-negara berkembang khusunya: Pakistan, Guinea, Kenya, Tanzania, dan
Namibia tetap mengesankan. Ada tiga kelompok yang mendorong peningkatan
pengembangan yang mendasari professional guru yaitu:
1.
Beberapa pertanyaan yang akan disampaikan untuk
mengetahui persiapan awal dalam melanjutkan pengembangan professional guru,
yaitu;
a.
Apakah ada visi pengajaran yang baik yang diwujudkan
dalam nasional dan dokumen kebijakan institusi, dan jika ada seberapa baik itu
diimplementasikan?
b.
Apa bakat yang paling memungkinkan dalam mengajar?
Berapa banyak orang-orang yang memiliki kemampuan dan kualitas dalam mengajar?
Dan apa jenis perubahan yang diinginkan sebagai calon guru baru?
c.
Apakah antara guru baru dan guru kontrak perlu diubah
cara perekrutannya di dalam sumber daya yang tersedia?
d.
Apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
perekrutan, persiapan kinerja pada guru?
e.
Apa inisiatif dan disinsentif bagi administrator untuk
pendidikan awal bagi guru yang baik?
2.
Menjadikan kontroversi yang ada dalam pengembangan
professional guru sebagai bahan acuan untuk menjadi lebih baik lagi. Bahwa
setiap kontroversi yang timbul pasti disebabkan oleh pola pikir dan niat yang
baik, dengan tujuan yang sama yaitu menuju pendidikan berkualitas.
3.
Dibutuhkannya persiapan guru secara matang, agar
proses mengajar dan belajar berjalan dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Feimen, Nemser, S.
2001. From Preparation to Practice:
Designing a Continuum to Strengthen and Sustain Teaching. Teacher College
Record. 103, 1013-1055.
Kennedy, M. 1999. The
Role of Pre-Service Teacher Education, In: L. Darling-Hammond and G.Syker
(Eds). Teaching as the Learning
Prefession Hand Book of Policy and Practice (PP-54-85). San Fransisco:
Jossey-Bass.
Lotie, D. 1975. Schoolteacher: a Sociological Study. Chiago:
University of Chicago Press.
Schwille, John and Dembele, Martial. 2007. Fundamentals of Education Planning. Paris: International Institute
for Education Planning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar