MANAJEMEN
STRES KERJA GURU
JON SASTRO
Jl.
RE. Martadinata No 82. RT 34/RW 06. Kel Pagar Dewa. Kec Selebar. Kota Bengkulu.
e-mail:
jonsastro1@gmail.com
Abstract:
The purpose of this research was to describe the stress management of teachers’
work in Public Junior High School Number 4 in Bengkulu City. This research used
qualitative method. The subjects of the research were the school manager (principal), wise
principals and all of teachers. Data
collected by using observation, interview and documentation. The collected data
then analyzed data by using qualitative technique. The steps of data analyzed
were: reduction data, display data, verifying and conclusion. The result of
this research showed that the stress management of teachers’ work in needed to raise the
motivation and performance quality of teachers’ work and stress
management of teachers’ work has been done in accordance with the planned.
Key Words: Stress
Management, Teachers’ Work
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan manajemen stres kerja
guru di SMP Negeri 4 di Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Subyek penelitian adalah manajer sekolah (kepala sekolah), wakil
kepala sekolah dan semua guru. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian data dianalisis dengan
menggunakan teknik kualitatif . Langkah-langkah menganalisis data yaitu:
reduksi data, data display, verifikasi dan kesimpulan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa manajemen stres kerja guru dibutuhkan untuk meningkatkan
motivasi dan kualitas kinerja guru dan manajemen stress kerja guru telah
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.
Kata Kunci: Manajemen
Stres, Kerja Guru
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai
individu yang mengalami stres. Stress merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi setiap individu.
Artinya stress dialami oleh setiap individu, tidak mengenal jenis kelamin,
usia, kedudukan, jabatan, atau status sosial ekonomi. Stress bisa dialami oleh
bayi, anak-anak, remaja atau dewasa, dialami oleh pejabat dan rakyat jelata,
dialami oleh pengusaha atau karyawan, dialami oleh orang tua atau anak, dialami
oleh guru maupun siswa, dan dialami oleh pria maupun wanita (Nini, 2011.
http://www.psikoterapis.com/).
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan
sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit
serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan stres dalam
bekerja. Banyak
individu yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres
tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud
agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang
mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam
bekerja. Untuk
menjaga kestabilan kerja tersebut psikis seseorang juga harus stabil agar
terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang
terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan
yang dapat mempengaruhi psikis seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dihindari
bahwa stres juga dapat kita jumpai di dunia pendidikan yaitu guru. Guru
mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan
tempat kerja. Seseorang guru yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari kepala
sekolah untuk memperhatikan setiap kondisi stres yang dialami oleh gurunya. Dalam
hal ini dapat menentukan penanganan yang
terbaik bagi guru tersebut dengan tidak mengurangi kinerja guru tersebut.
Para guru saat ini semakin
didesak untuk menjadi guru yang berprestasi dibidangnya sesuai dengan perubahan
dan tuntutan masyarakat. Banyaknya tuntutan ini lah yang membuat para guru
mengalami stress, apalagi guru merupakan pribadi yang harus berkembang dan
bersifat dinamis. Perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya
sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas
berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran (Mulyasa,
2005:9). Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya
terutama memberikan ketauladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Supardi (2013:7) berpendapat
bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di suatu
negara, maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan
perhatian besar kepada peningkatan kinerja guru. Guru dituntut memiliki kinerja
yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak
terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina
anak didik. Untuk meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting
untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik
menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Sehingga
banyaknya tuntutan ini membuat para guru mengalami stress kerja.
Berkaitan dengan hal tersebut,
penulis menyusun artikel mengenai manajemen stres kerja pada guru di SMP N 4
Kota Bengkulu.
Rumusan masalah umum penelitian
adalah “bagaimana manajemen stress kerja guru di SMP N 4 Kota Bengkulu?”.
Rumusan masalah khusus penelitian adalah: (a) Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya stress kerja guru? (b) Bagaimana upaya kepala sekolah
mengatasi stres kerja guru? (c) Bagaimana hasil pelaksanaan manajemen stress kerja
guru?
Secara umum tujuan
penelitian adalah mendeskripsikan manajemen stress kerja guru di SMP N 4 Kota
Bengkulu. Tujuan khusus penelitian adalah (a) mendeskripsikan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya stress kerja guru, (b) mendeskripsikan upaya
kepala sekolah mengatasi stres kerja guru dan (c) mendekripsikan hasil
pelaksanaan manajemen stress kerja guru.
Diharapkan hasil penelitian ini
akan memberikan manfaat yang optimal baik secara teoritis maupun secara
praktis. Dengan demikian hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan
sumbangan bagi dunia ilmu pendidikan. 1) Manfaat Teoritis (a) Menjadi masukan
untuk pihak sekolah melalui manajemen stress dalam meningkatkan motivasi dan
kinerja guru. (b) Menjadi bahan untuk menambah atau memperkaya khazanah ilmu
manajemen stress bagi guru, dan khususnya bagi manajer pendidikan atau kepala
sekolah. 2) Manfaat Praktis (a) Menjadi kerangka acuan bagi manajer pendidikan
dan pengelola kegiatan pendidikan disekolah guna meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah. (b) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan
bahan referensi bagi yang akan melakukan penelitian lanjutan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Menurut Sugiono (2013:09) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian,
sehingga penelitian ini berkehendak mengadakan akomolasi data dasar belaka.
Menurut Arikunto
(2010:89) subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat data untuk
variabel melekat, dan yang dipermasalahkan. Subjek penelitian tidak selalu
berupa orang melainkan dapat berupa benda, berupa kegiatan serta dapat
berupa tempat. Jadi yang menjadi subjek penelitian ini adalah kepala sekolah
beserta wakil sebagai mananer di SMP Negeri 4 Kota Bengkulu, dan tenaga
pendidik yang ada di SMP Negeri 4 Kota Bengkulu.
Berdasarkan apa yang akan peneliti
teliti yaitu berkaitan dengan Manajemen Stres Kerja Guru, maka dalam penelitian
ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi sebagai prosedur pengumpulan data. Menurut Miles dan
Huberman (2007:16) analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersama-sama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Secara umum hasil penelitian
menunjukan bahwa manajemen stress kerja guru telah dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan yaitu melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta
evaluasi. Secara khusus hasil penelitian
menujukan sebagai berikut:
Pertama, peneliti menemukan
ada 3 faktor yang menyebabkan stress kerja guru di SMP N 4 Kota Bengkulu yaitu
faktor individual, faktor organisasional dan faktor lingkungan. Faktor
individual meliputi: masalah keluarga, masalah ekonomi, kepribadian,
kesehatan,dan usia. Sedangkan dari
faktor organisasional meliputi seperti: beban kerja yang terlalu berat, gaya
kepemimpinan yang kurang disukai, status profesi, kesulitan dalam mengatur
waktu, kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan belajar
mengajar, serta hubungan dengan atasan, rekan kerja dan warga sekitar. Yang
terakhir faktor lingkungan meliputi: dukungan sosial dari keluarga, atasan
maupun rekan sesama kerja, ketidakmampuan menggunakan teknologi, menghadapi
kenakalan siswa, sikap masyarakat terhadap pihak sekolah dan kondisi lingkungan
kerja.
Kedua, upaya yang dilakukan
kepala sekolah dalam manajemen stress kerja guru ada empat langka yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Dalam perencanaan kepala sekolah melakukan
pendekatan-pendekatan terhadap guru untuk mengetahui lebih dalam permasalahan
yang dihadapi guru trutama masalah yang
mengakibatkan stress kerja pada guru, seperti: mengenali
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan stress, bagaimana gejalanya, serta
memahami tingkatan stress yang guru hadapi.
Kemudian dalam
pelaksanaannya ada beberapa langkah yang dilakukan kepala sekolah yaitu:
melakukan pendekatan individu, pendekatan organisasi, mengelola waktu bawahan,
seleksi dan penempatan, rancangan ulang pekerjaan, keterlibatan guru terhadap
keputusan-keputusan, membangun komunikasi, menciptakan program pengembangan
serta menerapkan reward dan punishment.
Manajemen stress kerja guru tidak
terlepas dari pengawasan, sehingga melalui pengawasan tersebut perlu di lakukan
evaluasi. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak begitu
terlalu jelas namun berdasarkan penjelasan dari kepala sekolah bahwa evaluasi
adalah bagian dari manajemen sehingga evaluasi perlu dilakukan. Dalam evaluasi
yang dilakukan kepala sekolah yaitu terus mengawasi dan memperbaiki
progam-program yang di anggap gagal serta meningkatkan terus program-program
yang sudah dianggap berhasil.
Ketiga, hasil manajemen
stress kerja guru menujukkan bahwa hal yang paling menonjol dan jelas yaitu
menurunnya persentase ketidakhadiran guru, sehingga ini mengindikasikan bahwa
guru betah berada di sekolah, dan hilangnya rasa bosan guru disekolah. Kemudian
juga ada perubahan yang lainnya seperti: meningkatnya motivasi guru, kinerja
meningkat, berkomunikasi lebih lancar, dengan atasan lebih akrab, lebih
berkeluarga, lebih kepercayaan diri, kemauan untuk sukses tinggi, prestasi
kerja meningkat serta kinerjanya memuaskan dengan prestasi-prestasi yang
membanggakan. Hal ini di buktikan bahwa akhir-akhir ini SMP N 4 Kota Bengkulu
kebanjiran penghargaan, ini tidak lepas dari kemampuan seorang kepala sekolah
dalam manajemen stress kerja guru.
Pembahasan
Banyak di antara kita yang hampir
pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan
maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat
rendah. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia
semakin sibuk. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di
lain pihak beban kerja di sekolah juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu
saja akan menuntut energi guru yang lebih besar dari yang sudah-sudah.
Menurut Robbins (2001:565-567)
ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu: faktor
individu, faktor organisasi dan faktor lingkungan. Menurut Rahayu dalam
(www.academia.edu) Studi tentang Penyebab stress pada guru telah dilakukan
(Louden 1987, Dinham 1993, Punch and Tuetteman 1996, Pithers and Soden 1999,
Kyriacou 2001,Sinclair and Ryan 1987, Dinham 1992). Pada studi mereka ini
disimpulkan bahwa stress muncul jika: Hubungan Buruk Siswa dan guru, manajemen
waktu yang buruk, adanya konflik, kondisi pekerjaan yang memprihatinkan, kepemimpinan
sekolah yang buruk, buruknya hubungan teman sejawat, perasaan ketidakmampuan
dan tekanan ekstra lainnya.
Tidak semua kepala
sekolah memiliki kemampuan dalam manajemen stress, bahkan tanpa pengalaman yang
memadai bisa salah langkah dan justru akan menambah masalah. upaya yang
dilakukan kepala sekolah dalam manajemen stress kerja guru ada empat langka
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dalam perencanaan
kepala sekolah melakukan pendekatan-pendekatan terhadap guru untuk mengetahui
lebih dalam permaslahan yang dihadapi guru trutama masalah yang mengakibatkan
stress kerja pada guru, seperti. Mengenali
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan stress, bagaimana gejalanya, serta
memahami tingkatan stress yang guru hadapi.
Kemudian dalam
pelaksanaannya ada beberapa langkah yang dilakukan kepala sekolah yaitu:
melakukan pendekatan individu, pendekatan organisasi, mengelola waktu bawahan,
seleksi dan penempatan, rancangan ulang pekerjaan, keterlibatan guru terhadap
keputusan-keputusan yang akan diambil, membangun komunikasi, menciptakan program
pengembangan serta menerapkan reward
dan punishment.
Sedangkan evaluasi
dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari manajemen stress
kerja guru, sehingga evaluasi dapat mengukur apakah manajemen stress telah
berhasil dilakukan atau belum. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu,
evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis
untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan telah
dicapai
Sedangkan menurut
Higrad dalam buku Badeni (2013) berpendapat bahwa ada beberapa pedoman untuk
menaggulangi stress, yaitu:
Mengelola waktu. Seorang
kepala sekolah harus mampu menghargai waktu, karena sering terjadi banyak waktu
yang terbuang hanya untuk beberapa kegiatan tertentu. Manejer harus bisa
membagi waktu terutama kapada tenaga kependidikan lainnya, karena tidak sedikit
guru itu yang mengalami stress kerja dan
butuh penanggulangan dari atasan.
Seleksi dan penempatan.
Seleksi dan penempatan sangat mempengaruhi tingkat stress kerja guru, apabila
terjadi seleksi dan penempatan yang tidak sesuai yang bukan kemampuan dia, maka
akan mengakibatkan beban kerja yang terlalu berat. Jadi untuk menanggulangi
stress kerja seleksi dan penempatan harus sesuai dengan pengalaman dan
kemampuan sehingga tidak akan mengakibatkan beban kerja.
Penentuan tujuan.
Penentuan tujuan yang jelas dan tepat dapat merupakan hal penting dalam
mengelola stress. Karena tujuan yang jelas akan memotivasi guru dalam
melaksanakan tugasnya dengan lebih baik.
Rancangan ulang
pekerjaan. Perancangan ulang pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan,
minat dan spesialisasi serta keinginan idividu pelaksana merupakan salah satu
usaha yang mungkin bisa dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengurangi frustasi
dan stress guru.
Keterlibatan Guru. Untuk
mengurangi stress guru, kepala sekolah harus melibatkan guru-guru lain dalam
pengambilan-pengambilan keputusan yang langsung terkait dengan kinerjanya.
Komunikasi. Peningkatan
komunikasi dengan dewan guru dapat mengurangi ketidakpastian karena mengurangi
ambiguitas peran dan konflik peran. Kepala sekolah dapat juga menggunakan
komunikasi yang efektif sebagai cara untuk membentuk persepsi guru.
Program Pengembangan. Program
pengembangan adalah usaha terencana dalam rangka memotivasi dan membantu
peningkatan kesehata fisik dan mental guru melalui kegiatan-kegiatan tertentu,
misalnya kegiatan olah raga bersama, lokakarya, menghindari rokok, dan
sebagainya.
manajemen stress di SMP N 4 Kota
Bengkulu menunjukan adanya perubahan, seperti dapat dilihat dari reaksi para
guru, yang pertama yang paling terlihat jelas yaitu menurunnya persentase
ketidak hadiran guru, sehingga ini mengindikasikan bahwa guru betah untuk
berada di sekolah, dan hilangnya rasa bosan guru disekolah. Kemudian juga ada
perubahan yang lainnya seperti: meningkatnya motivasi guru, kinerja meningkat,
berkomunikasi lebih lancar, dengan atasan lebih akrab, lebih berkeluarga,
kepercayaan diri seorang guru juga meningkat, kemauan untuk sukses tinggi,
prestasi kerja meningkat, serta kinerjanya memuaskan.
Rivai dan Mulyadi
(2011:309) berpendapat bahwa stress yang tidak teratasi dapat berdampak buruk
bagi organisasi seperti: kepuasan kerja rendah, kinerja yang menurun, semangat
dan energy menjadi hilang, komunikasi tidak lancar, pengambilan keputusan
jelek, kreatifitas dan inovasi kurang dan bergulat pada tugas-tugas yang tidak
produktif, sehingga akan menyebabkan menurunnya prestasi kerja.
Menurut Badeni
(2013:69) Stress sebagai sebuah keadaan yang dapat di alami setiap orang, dalam
hubungannya dengan pekerjaan dapat dalam keadaan tinggi atau rendah serta dapat
berpengaruh pada berbagai macam faktor. Salah satunya adalah dapat mempengaruhi
terhadap prestasi kerja. stress dapat menurunkan prestasi maupun meningkatkan
prestasi kerja.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Secara umum simpulan penelitian
menunjukan bahwa manajemen stress kerja guru telah dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan yaitu melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta
evaluasi. Simpulan secara khusus sebagai berikut: Pertama, ada 3 faktor yang menyebabkan stress kerja guru di SMP N 4 Kota
Bengkulu yaitu faktor individual, faktor organisasional dan yang terakhir
adalah faktor lingkungan.
Kedua, upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam manajemen stress kerja
guru ada empat langka yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Dalam perencanaan kepala sekolah
melakukan pendekatan-pendekatan terhadap guru untuk mengetahui masalah yang
mengakibatkan stress kerja pada guru. Kemudian dalam pelaksanaannya ada
beberapa langkah yang dilakukan kepala sekolah yaitu: melakukan pendekatan
individu, pendekatan organisasi, mengelola waktu bawahan, seleksi dan
penempatan, rancangan ulang pekerjaan, keterlibatan guru terhadap
keputusan-keputusan, membangun komunikasi, menciptakan program pengembangan
serta menerapkan reward dan punishment.
Manajemen stress kerja guru tidak
terlepas dari pengawasan, sehingga melalui pengawasan tersebut perlu di lakukan
evaluasi. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak begitu
terlalu jelas namun berdasarkan penjelasan dari kepala sekolah bahwa evaluasi
adalah bagian dari manajemen sehingga evaluasi perlu dilakukan. Dalam evaluasi
yang dilakukan kepala sekolah yaitu terus mengawasi dan memperbaiki
progam-program yang di anggap gagal serta meningkatkan terus program-program
yang sudah dianggap berhasil.
Ketiga, hasil manajemen stress kerja guru menujukkan bahwa hal yang paling
menonjol dan jelas yaitu menurunnya persentase ketidak hadiran guru, sehingga
ini mengindikasikan bahwa guru betah untuk berada di sekolah, dan hilangnya
rasa bosan guru disekolah. Kemudian juga ada perubahan yang lainnya seperti:
meningkatnya motivasi guru, kinerja meningkat, berkomunikasi lebih lancar,
dengan atasan lebih akrab, lebih berkeluarga, lebih percaya diri, kemauan untuk
sukses tinggi, prestasi kerja meningkat serta kinerjanya memuaskan.
Saran
Saran penelitian ini
Pertama, kepala sekolah hendaknya cepat tanggap terhadap penyebab-penyebab
stress kerja guru seperti: pertama, penyebab stres faktor individu, kepala
sekolah hendaknya terus melakukan pendekatan-pendekatan individu agar
mengetahui penyebab-penyebab stress pada guru. Kedua, Penyebab stress faktor
organisasi, hendaknya kepala sekolah juga melakukan pendekatan organisasional
dengan melibatkan semua pihak sekolah dalam mengatasi stress kerja guru. ketiga
penyebab stres faktor lingkungan, kepala sekolah hendaknya juga memperhatikan
lingkungan sekolah sehingga tercipta lingkungan yang sehat, serta meningkatkan
dukungan terhadap para guru.
Kedua, hendaknya kepala sekolah meningkatkan
lagi kemampuan manajemen stress kerja guru serta meningkatkan lagi
program-program dan kegiatan-kegitan yang dapat mengurangi tingkat stress kerja
guru. Dan lebih banyak lagi strategi-strategi yang diterapakan dalam manajemen
stress kerja guru.
Ketiga, hasil manajemen stress kerja guru yang
didapat hendaknya terus di tingkatkan oleh pihak sekolah agar tidak ada lagi
faktor-faktor stress yang dapat merugikan sekolah, sehingga dapat meningkatkan
kinerja dan prestasi kerja guru.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian.
Jakarta: PT. Renika Cipta
Badeni.
2013. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Bandung: Alfabeta
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
Mulyasa.
2005. Menjadi Guru Professional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nini.
2011. Proses Terjadinya Stres, http://www.psikoterapis.com/?en_proses-terjadinya-stres%2C67, (diunduh
15 Mei 2014)
Rivai,
Veithzal dan Mulyadi, Deddy. 2011. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Robbins,
Stephen P. 2003. Organization Behevior.
New Jersey: Prentice-Hall
Sugiyono.
2013. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supardi.
2013. Kinerja Guru. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar