KONFLIK DAN HUBUNGAN
ANTAR KELOMPOK DALAM ORGANISASI
Ringkasan Bab 11 Kepemimpinan dan Perilaku organisasi
Prof. Dr. Badeni, MA.
Ringkasan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu Dr. Osa Juarsa, M.Pd.
Oleh :
Jhon Sastro
PROGRAM
STUDI
MAGISTER
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCA SARJANA FKIP
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
KONFLIK DAN
HUBUNGAN
ANTAR KELOMPOK
DALAM ORGANISASI
1. Apakah
Konflik Itu ?
Menurut World
Book Dictionary, conflict is a fight, struggle, battle, disagreement, dispute
or quarrel (konflik adalah pertarungan, pemertahanan diri, perang,
ketidaksetujuan, atau perselisihan) (David W. Johnson/Frank P. Johnson, 1997).
Berdasarkan pengertian ini, kita dapat melihat bahwa konflik dapat berarti
mulai dari hal yang kecil, seperti perbedaan pendapat, hingga pada yang besar
yaitu perang.
2. Pandangan tentang konflik
Pandangan tradisional, konflik merupakan situasi yang merugikan
organisasi sehingga harus dihindari. Pandangan
hubungan manusia, konflik dalam organisasi merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari dan akan selalu melekat dalam hubungan antar manusia. Pandangan interactionist, mengatakan
bahwa konflik justru merupakan sesuatu yang harus distimulasi, sebab konflik
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi.
2.1.Konflik dapat
konstruktif dan destruktif
Konstruktif ; konflik tidak selalu merugikan,
menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik. Destruktif; konflik selalu merugikan, menghasilkan kemarahan,
permusuhan, mengakhiri persatuan, atau bahkan kekerasan dan perang.
2.2. Proses Konflik
Proses konflik berasal dari dalam diri
orang yang berkonflik (individu) atau bersumber dari lingkungan (organisasi)
yang dapat menimbulkan; latent konflik, perceived conflict, felt
conflict, manifest conflict, dan conflict aftermanth.
3. Klasifikasi Konflik
W.F.G. Mastenbroek, (1986), berdasarkan
sifatnya penyebab konflik dapat dibedakan menjadi tiga; (a) Konflik
instrumental, (b) Konflik sosial dan emosional, (c) Konflik kepentingan.
(a) Konflik instrumental, disebabkan
situasi lingkungan, seperti sumber daya yang langka, ragam sistem, persaingan
untuk mendapatkan sumber daya, struktur yang mengakibatkan perbedaan fungsi,
dan sasaran dari berbagai pihak.
(b) Konflik sosial dan emosional,
Terjadi akibat adanya identifikasi diri yang kuat terhadap suatu kelompok,
persepsi diri yang benar, prasangka buruk pada orang atau kelompok lain. Hal
ini besumber dari sejarah pertentangan kelompok.
(c) Konflik kepentingan.
Konflik kepentingan merupakan konflik
antara anggota kelompok yang muncul akibat adanya perbedaan kepentingan yang di
dalamnya satu orang berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya dan mencegah
atau menghambat orang lain untuk mencapai tujuannya.
Menurut Judith R. Gordo (1993),
konflik dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam konfilik dibedakan menjadi
:
1. Intrapersonal conflict, konflik terjadi
dalam diri seseorang.
2. Iterpersonal conflict, konflik terjadi
antara diri seseorang dengan lainnya.
3. Intragroup conflict, konflik terjadi antara anggota kelompok.
4. Intergroup conflict, konflik terjadi
kelompok satu dengan kelompok lain
5. Intraorganizational conflict, konflik
didalam organisasi,
6. Interorganizational conflict, konflik
antara organisasi.
Konflik juga diklasifikasikan
menurut perbedaan status atau peran seseorang atau kelompok yang berkonflik,
meliputi : konflik vertikal, konflik horizontal, konflik lini dan staf, dan
konflik peran.
(d) Konflik antar kelompok dalam organisasi
Sumber konflik antar kelompok,
adalah situasi yang menyebabkan kemungkinan terjadinya potensi konflik.
Beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya konflik, yaitu : saling ketergantungan
pekerjaan, diferensiasi horizontal yang tinggi, formalisasi, ketergantungan
sumber daya bersama yang langka, perbedaan dalam kriteria evaluasi dan sistem
imbalan, proses pengambilan keputusan partisipatif, keanekaragaman anggota,
ketidak cocokan status, ketidak puasan peran, dan distorsi komunikasi.
(e) Konflik Antar kelompok dan perilaku
Konflik dipastikan akan
memengaruhi perilaku anggota kelompok sebab konflik membentuk sikap terhadap orang lain dan terhadap diri
sendiri, misalnya keyakinan tentang kebenaran diri sendiri atau tidak suka dan
selanjutnya membentuk kecenderungan perilaku yang meliputi ;
1. Sikap dan perilaku yang terjadi dalam
masing-masing kelompok yang berkonflik; anggota kelompok menjadi kompak, berorientasi
pada tugas, kebutuhan psikologis menurun, dan pola kepemimpinan yang berubah.
2. Sikap dan perilaku yang terjadi di
antara kelompok yang berkonflik; kelompok menjadi sangat terstruktur dan
terorganisir, melihat kelompok lain sebagai musuh, terjadi penyimpangan
persepsi, dan komunikasi antara kelompok menurun.
4. Penyelesaian Konflik
Penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan beberapa cara yang meliputi :
1. Pemecahan Masalah (Problem solving) /
win-win solution,
2. Penghindaran (avoidance),
3. Pelunakan (smoothing),
4. Kompromi (compromise),
5. Perintah kekuasaan (authoritative
command),
6. Persaingan (competitian).
5. Mengurangi atau mencegah konflik
Penyelesaian konflik merujuk
kepada bagaimana menyelesaikan konflik yang terjadi. Dengan demikian ada
beberapa cara mengurangi kemungkinan terjadinya konflik melalui ;
1. Tujuan
Superordinat,
menempatkan tujuan yang sama yang harus dicapai bersama-sama setiap pihak,
melalui ; Apple system, Peningkatan interaksi, dan perluasan sumber daya.
2. Negosiasi (Proses penyelesaian konflik) dapat
dilakukan dengan pendekatan ; (a) Saling berbagi kepentingan (problem solving), dan (b) memenangkan
konflik untuk mencapai tujuan sendiri (win-lose
negotiation).
Agar negosisasi dapat dilakukan
secara optimal syaratnya adalah :
1. Participation
independence
(melibatkan semua pihak berkonflik), outcome
independence (adanya kerja sama), dan information
independence (sama-sama meberikan informasi). (David W. Johnson/Frank P.
Johnson (1997).
2. Making
contractual norm (norm of
reciprocity, norm of equity), dibuat standar untuk mencapai kesepakatan.
3. Adanya proses yang memakan cukup waktu.
4. Dalam negosiasi masing-masing pihak
menghadapi goal dilemma (dilema
tujuan).
Tanpa
mengabaikan pentingnya win-lost negotiation, problem solving negotiation
merupakan upaya penangan konflik yang paling baik. Menurut David W. Jhonson/Frank P.
Johnson (1997) untuk mencapai problem solving negotiation perlu adanya
langkah-langkah :
1. Menjelaskan apa yang menjadi keinginan
bersama,
2. Saling mempertukarkan alasan keinginan
masing-masing,
3. Memahami pandangan pihak lain,
4. Mengidentifikasi alternatif yang
menguntungkan bersama,
5. Mencari kesepakatan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar