PENDIDIKAN
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
MAKALAH
Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat
Menempuh Mata Kuliah Ekonomi dan
Pembiayaan Pendididkan
Program Studi Magister Administrasi/Manajemen
Pendidikan
PPs FKIP Universitas Bengkulu Semester 2
Tahun Akademik 2013/1014
Dosen Dr. Aliman, M.Pd
Oleh
JON SASTRO
PROGRAM
STUDI
MAGISTER
ADMINISTRASI/MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA FKIP
UNIVERSITAS
BENGKULU
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Assalamualaikum wr.wb
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pendidikan
dan Pertumbuhan Ekonomi.”
Makalah
ini berisikan tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, tentang pengaruh pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi serta
informasi tentang kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi dalam pengembangan ilmu manajemen
pendidikan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada dosen mata kuliah Dr. Aliman, M.Pd serta rekan-rekan
seperjuangan di semester 2 Program Studi
Magister/Manajemen Pendidikan Tahun Akademik 2013/1014.
Akhir
kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin Ya robbal’Alamin.
Wassalamualaikum
wr.mb
Bengkulu,
September 2013
Tim penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... I
DAFTAR
ISI ........................................................................................................... II
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang .............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah ......................................................................................... 1
C.
Tujuan
........................................................................................................... 2
D.
Manfaat
......................................................................................................... 2
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi .................................................. 3
B.
Pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi................................. 11
C.
Kondisi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia....................... 15
BAB
III. SIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 20
B.
Saran
............................................................................................................. 21
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan
dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena
melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah).
Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas,
tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat.
Pendidikan dapat menjadikan
sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan
dan pembangunan suatu Negara. Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu
pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pemerataan pendidikan yang rendah,
serta standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud pendidikan dan pertumbuhan
ekonomi?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan
terhadap pertumbuhan ekonomi?
3. Bagaimana kondisi pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi di indonesia?
C.
Tujuan Masalah
Berdasrkan
rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang pendidikan
dan pertumbuhan ekonomi
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan
terhadap pertumbuhan ekonomi
3. Untuk mengetahui kondisi pendidikan
dan pertumbuhan ekonomi di indonesia
D. Manfaat
Manfaat
pembuatan makalah ini adalah memberikan informasi tentang pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, tentang
pengaruh
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta memberikan informasi tentang kondisi pendidikan dan pertumbuhan
ekonomi di indonesia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi serta wawasan kepada kita semua tentang pendidikan dan pertumbuhan
ekonomi, dan bermanfaat bagi kita semua sehingga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai referensi bagi yang membutuhkan secara baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
tidak terlepas dari masalah pembangunan. Konsep pebangunan dalam bidang social
ekonomi sangat beragam tergantung dari penggunaannya. Ahli-ahli ekonomi
mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi tenaga
manusia di dalam proses pembangunan yang kemudian dikenal dengan istilah
invesment inhuman Capital. Saat ini
berkembang teori modal manusia ( Teori Human Capital) menjelaskan proses
pendidikan yang memiliki proses positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini
mendominasi literature pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang
dunia kedua sampai pada tahun 1970-an.
Senada dengan pendapat tersebut
Nanah Fatah mengemukakan bahwa investasi sumber daya manusia ( SDM) dan
diperkuat hasil penelitiannya yang telah membuktikan pentingnya pendidikan
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi semakin kuat setelah memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan
dengan bentuk investasi fisik lainnya.
Pendekatan di dalam analisis
hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menggunakan beberapa model,
baik yang langsung maupun tidak langsung menghubungkan indicator pendidikan dan
indicator ekonomi, seperti model fungsi produksi.
Hal inilah yang menyebabkan teori
Human Capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam
meningkatkan produktivitas masyarakat . Asumsi dasar yang melandasi keharusan
adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa
pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan dan pengetahuan untuk bekerja.
Sebagian besar ahli ekonomi sepakat bahwa
sumber daya manusia ( Human Resource) dari suatu bangsa sebagai penentu dalam
percepatan pembangunan social dan ekonomi bangsa yang bersangkutan. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Federick Harbison dalam dalam tulisan Todaro “ Sumber
daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa”. Usaha-usaha
pendidikan termasuk di dalamnya usaha pengembangan pemberdayaan manusia
merupakan human investment.
Sekarang ini kebutuhan akan pendikan
merupakan kebutuhan pokok, bahkan pemerintah telah menetapkan bahwa sejak tahun
1983 pendidikan merupakan keharusan. Argumen yang disampaikan para pendukung
teori ini adalah manusia yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikannya
yang lebih rendah. Apabila upaya mencerminkan produktivitas maka semakin banyak
orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasil
ekonomi nasional akan bertambah tinggi.
Secara implisit, pendidikan
memberikan kontribusi pada penggalian ilmu pengetahuan.ini sebenarnya tidak
hanya diperoleh dari pendidikan,akan tetapi juga melalui penelitian dan
pengembangan ide-ide,karena pada hakekatnya, pengetahuan yang sama sekali tidak
dapat diimplmentasikan dalam kehidupan manusia dan mubazir.
Isu mengenai sumber daya manusia
(human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan
oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab
kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; 1) pentingnya
skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang
kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya
pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah mempunyai peran aktif
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agar SDM yang dihasilkan dapat
menjadi sumber untuk pembangunan negara maupan daerah, dan salah satu usaha
pemerintah untuk memajukan pendidikan yaitu dengan mencanangkan program wajib
belajar sembilan tahun. Hal ini diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 7
sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, tidak boleh ada drop
out karena alasan biaya. Jika hal ini terjadi, pemerintah dinggap telah
mengingkari amanat UU dan mengingkari tugas bangsa, karena dalam ketetapan
pemerintah 20% dari APBN adalah untuk dialokasikan pada sektor pendidikan.
Hubungan investasi sumber daya
manusia (pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai.
Namun demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun
peningkatan mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak
ada program yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi
yang jelas. Namun, sesungguhnya faktor teknologi dan modal fisik tidak
independen dari faktor manusia.
Suatu bangsa dapat mewujudkan kemajuan
teknologi, termasuk ilmu pengetahuan dan manajemen, serta modal fisik seperti
bangunan dan peralatan mesin-mesin hanya jika negara tersebut memiliki modal
manusia yang kuat dan berkualitas. Apabila demikian, secara tidak langsung
kontribusi faktor modal manusia dalam pertumbuhan penduduk seharusnya lebih
tinggi dari angka 31 persen.
Perhatian terhadap faktor manusia
menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu
ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya
sepakat pada satu hal yakni modal manusia berperan secara signifikan, bahkan
lebih penting daripada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Modal manusia tersebut tidak hanya
menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi kualitas.
Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi
perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian
pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan
produktivitas masyarakat.
Pendidikan merupakan jalan menuju
kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun
pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran,
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban
sosial politik bagi pemerintah. Lalu pertanyaannya, apakah ukuran yang dapat
menentukan kualitas manusia? Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan hal ini
seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan lain sebagainya.
Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan paling
penting dalam menentukan kualitas manusia.
Lewat pendidikan, manusia dianggap
akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat
membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Dari berbagai studi tersebut
sangat jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui
berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan
ketarmpilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara
produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi
pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas.
Dalam kaitannya dengan perekonomian
secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin
tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut. Asumsi dasar
dalam menilai kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kesenjangan adalah pendidikan dapat meningkatkan produktivitas
pekerja Jika produktivitas kerja meningkat ,maka pertumbuhan ekonomi akan
meningkat pula.
Dengan kata lain,pendidikan
menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja. Namun demikian pada kenyataan
tingkat pengangguran di hampir seluruh negara bertambah 2% setiap tahunnya
(world Bank : 1980).terjadinya pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya
proses pendidikan, namun pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan
jenis pekerjaan.
Sekolah memang dapat menghasilkan
tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, tetapi sekolah bukan satu-satunya
tempat dimana keterampilan itu dapat dicapai. Terdapai berbagai macam factor
untuk mengukur bagaimana pertumbuhan ekonomi diukur dengan baik. Di antara
ukuran-ukuran tersebut,diantaranya:
a) Pendapat perkapita
b) Perubahan peta ketenaga kerjaan dari
pertanian ke industry
c) Komsumsi energi atau pemakaian
kriteria untuk menilai keberhasilan pembangunan
d) Peningkatan dalam efisiensi sistem
produksi masyarakat yang diukur dengan GDP dan GNP
e) Kepuasan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat , dan
f) Pencapaian tujuan-tujuan oleh
berbagai kelompok dalam masyarakat , yang dikaitkan dengan penggunaan sumber
daya yang terbatas.
Walaupun
sangat sulit untuk dicatat dalam dokumen statistik Todaro berkeyakinan bahwa
kesempatan pendidikan dalam segala tingkatan, telah mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui :
1. Terciptanya angkat kerja yang lebih
produktif karena bekal pengetahuan dan keterampilan mereka yang lebih baik.
2. Tersedianya kesempatan kerja yang
lebih luas.
3. Terciptanya suatu kelompok pimpinan
yang terdidik untuk mengawasi lowongan jabatan di unit usaha, lembaga,
perusahaan dan organisasi pemerintah/ swasta dan lain-lain.
4. Tersedianya berbagai program
pendidikan dan pelatihan.
Hubungan antara pendidikan dan
pembangunan di negara maju sangat jelas dilihat dari adanya karakteristik
individu yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara
non-Industri, perekonomiannya sangat tergantung pada sector pertanian sehingga
persentase tenaga kerjanya lebih banyak di sector pertanian dan bekerja di
sector non-industri.
Konsep Investasi dalam Pendidikan
Investasi berarti penanaman modal atau uang. Modal atau uang yang ditanamkan
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kegiatan yang dapat
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Biaya suatu investasi merupakan
keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan sumber daya manusia dalam berbagai
kegiatan.
Dengan demikian jelas bahwa
investasi merupakan penanaman modal atau uang yang sengaja diilakukan untuk
mendatangkan keuntungan melalui produk yang dihasilkan. Sementara pendidikan
merupakan usaha manusia untuk membangun manusia itu sendiri dengan segala
masalah dan spektrumnya yang terlepas dari dimensi waktu dan ruang. Hal ini
berarti bahwa inti pendidikan itu adalah pembelajaran seumur hidup ( Life long
learning).
Oleh sebab itu hasil pendidikan akan
menjadikan sumber daya manusia yang dapat berguna dalam pembangunan suatu
negara. Investasi pendidikan memberikan nilai balik ( rate of return) yang
lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang llain. Nilai balik pendidikan
adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus
dan memasuki dunia kerja.
Di negara- negara berkembang umumnya
menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan yang relative lebih
tinggi dari pada investasi modal fisik. Investasi dalam Pendidikan dan Ekonomi
Pendidikan memiliki daya dukung yang representative atas pertumbuhan ekonomi
ekonomi, mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja
seseorang yang kemudian akan meningkatkan perdapatannya. Peningkatan pendapatan
ini berpengaruh pula pada pendapatan nasional negara yang bersangkutan yang
keudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan
rendah.
Sementara itu Johanes ( 1984)
melihat pendidikan sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan
terlatih yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ia melihat
bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga
kerja potensial dan menjadi lebih siap dan terlatih dalam pekerjaannya yang
akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja yang secara langsung akan
meningkatkan pendapatan nasional.
Pendidikan dan pekerjaan merupakan
ukuran yang paling popular dalam melihat kontribusi pendidikan dan pertumbuhan
ekonomi. Pemikiran ini berdasarkan pada anggapan bwhwa pendidikan merupakan
Human Capital.
Pemikiran ini muncul pada era
industrialisasi dalam masyarakat modern. Argumen ini memiliki dua aspek yaitu:
1. Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi
nasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diibutuhkan dalam
pertumbuhan ekonomi modern.
2. Investasi pendidikan diharapkan
menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas
dalam kehidupan nyata.
Sebagai ilustrasi meningkatnya
tingkat pendidikan pekerja brpenghasilan rendah akan memberikan tiga pengaruh
positif yaitu:
1) Meningkatkan produktifitas kerja
dengan keahlian tinggi dan konsekuensi terhadap pendapatan.
2) Meningkatkan suplay tenaga kerja
dengan keahlian tinggi dan konsekuensinya.
3) Menciptakan kekurangan pekerja
berkeahlian rendah dengan konsekuensi mengingatkan gaji pekerja golongan ini.
B.
Pengaruh Pendidikan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Isu mengenai sumber daya manusia
(human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan
oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab
kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; 1) pentingnya
skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang
kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya
pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut Solow (1958) juga telah
melakukan analisa dari temuannya tentang residual dalam penjelasan mengenai
pertumbuhan ekonomi. Kemudian Romer (1986), Krugman (1987), dan Gupta (1999)
juga menjelaskan bahwa residual itu menujukkan tingkat pendidikan (educational
rate) dan sumber daya mansusia. Hubungan sumber daya manusia dan pertumbuhan
ekonomi tersebut menunjukkan suatu keharusan bahwa kebijakan publik
memperhatikan pengembangan pendidikan, promosi keahlian, dan pelayanan
kesehatan.
Hal ini dikatakan juga oleh Lim
(1996) bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatan besar
kemungkinan disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini
terlihat dari tingkat melek huruf (literacy rate) yang tinggi, sehingga tenaga
kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi
yang terjadi.
Kasus lain seperti yang dikemukkan
oleh Al-Samarai dan Zaman (2002) di Malawi, dalam rangka peningkatan sumber
daya manusia, pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain dengan
menghapuskan biaya untuk Sekolah Dasar dan memperbesar pengeluaran pemerintah
di bidang pendidikan. Dampak dari program ini adalah meningkatnya tingkat
enrollment rate ratio pendidikan dasar. Namun demikian masalah yang harus
diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah adalah distribusi pendidikan yang
tidak merata.
Hubungan investasi sumber daya manusia
(pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun
demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan
mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program
yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.
Studi yang dilakukan Prof ekonomi dari Harvard
Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu
1948-79 misalnya menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi adalah
disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan
pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan
teknologi.Selanjutnya, Suryadi (2001) menegaskan dari hasil penelitiannya juga
menunjukkan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai kesadaran sosial politik
dan budaya, serta memacu penguasaan dan pendayagunaan teknologi untuk kemajuan
peradaban dan kesejahteraan sosial.
Meski modal manusia memegang peranan
penting dalam pertumbuhan penduduk, para ahli mulai dari ekonomi, politik,
sosiologi bahkan engineering lebih menaruh prioritas pada faktor modal fisik
dan kemajuan teknologi. Ini beralasan
karena melihat data AS misalnya, total kombinasi kedua faktor ini menyumbang
sekitar 65 persen pertumbuhan ekonomi AS
pada periode 1948-79.
Namun, sesungguhnya faktor teknologi
dan modal fisik tidak independen dari faktor manusia. Suatu bangsa dapat
mewujudkan kemajuan teknologi, termasuk ilmu pengetahuan dan manajemen, serta
modal fisik seperti bangunan dan peralatan mesin-mesin hanya jika negara
tersebut memiliki modal manusia yang kuat dan berkualitas. Apabila demikian, secara tidak langsung
kontribusi faktor modal manusia dalam
pertumbuhan penduduk seharusnya lebih tinggi dari angka 31 persen.
Perhatian terhadap faktor manusia
menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu
ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para
ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada satu hal yakni modal manusia
berperan secara signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor
teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia tersebut tidak hanya menyangkut
kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi kualitas.
Buku terakhir William Schweke, Smart
Money: Education and Economic Development (2004), sekali lagi memberi afirmasi
atas tesis ilmiah para scholars terdahulu, bahwa pendidikan bukan saja akan
melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim
bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Karena itu, investasi di bidang
pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas
bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan
meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan
jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem
krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare
dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.
Lalu pertanyaannya, apakah ukuran
yang dapat menentukan kualitas manusia? Ada berbagai aspek yang dapat
menjelaskan hal ini seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara
dan lain sebagainya. Di antara berbagai
aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan
kualitas manusia. Lewat pendidikan,
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia
diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.
Dari berbagai studi tersebut sangat
jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan
kesehatan, pengetahuan, dan ketarmpilan, keahlian, serta wawasan mereka agar
mampu lebih bekerja secara produktif, baik secara perorangan maupun kelompok.
Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin
berkualitas. Dalam kaitannya dengan
perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu
bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.
C.
Bagaimana kondisi pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi di indonesia?
Di Indonesia, pendidikan masih belum
mendapatkan tempat yang utama sebagai prioritas program pembangunan nasional.
Hal ini ditunjukkan dengan jumlah anggaran pendidikan yang masih jauh dari
amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Padahal dalam UU tersebut, telah mengamanatkan tentang besarnya anggaran
pendidikan di berbagai level pemerintahan minimal 20%.
Anggaran pendidikan dari APBN 2006
saja baru mencapai 9% atau Rp 36,7 triliun, sedangkan pada tahun 2007
diperkirakan jumlah anggaran pendidikan baru berkisar 11%. Rendahnya pemenuhan
anggaran pendidikan dapat mengakibatkan mutu pendidikan dan perluasan akses
pendidikan menjadi terhambat. Akibatnya peningkatan pengetahuan, keterampilan,
dan penguasaan teknologi juga terpasung.
Indikasi lain yang perlu menjadi
perhatian lebih untuk menjadikan pendidikan sebagai basis perubahan dalam
meningkatkan pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi adalah tingkat melek
huruf dan angka partisipasi pendidikan. Berdasarkan laporan dari Dirjen PLS
tentang tingkat pemberantasan buta aksara secara nasional di Indonesia telah
mengalami penurunan tahun 2006 hingga menjadi sekitar 13 juta orang yang masih
buta huruf.
Jumlah tersebut masih lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2004 yang berjumlah 15,4 juta orang, dan menurun
menjadi 14,6 juta orang pada tahun 2005. Jika dilihat persentase selama 2004
s/d 2006 telah terjadi penurunan 16,15%. Bahkan menurut Ace Suryadi (2006)
diharapkan pada tahun 2015 pemberantasan buta aksara sudah bisa tuntas dengan
asumsi pengurangan setiap tahun 1,6 juta orang.
Sementara tingkat partisipasi pendidikan
menurut data Susenas 2004, APS penduduk usia 7 s/d 12 tahun meningkat dari
92,83% pada 1993 menjadi 96,775 pada 2004. Dalam rentang waktu yang sama APS
penduduk usia 13 – 15 tahun meningkat dari 68,74% menjadi 83,49%. Sedangkan APS
penduduk usia 16 – 18 tahun meningkat dari 40,23% menjadi 53,48%. Data tersebut
menunjukkan adanya masalah kesenjangan partisipasi pendidikan, sehingga
pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran pendidikan agar masyarakat lebih
banyak lagi yang mendapatkan kesempatan menikmati pendidikan.
Yang jelas, kondisi di atas akan memunculkan
fenomena tersendiri bagi pengembangan sumber daya manusia di Indonesia,
diantaranya kesenjangan pendapatan, ketertinggalan pendidikan, kemiskinan, dan
kemakmuran masyarakat. Sylwester (2002) telah merekomendasikan dari hasil
kajiannya yang menunjukkan bahwa negara yang mencurahkan banyak perhatian
terhadap public education (dilihat dari persentase GNP terhadap pendidikan)
mempunyai tingkat kesenjangan yang rendah.
Akan tetapi, di Indonesia, investasi
modal fisik masih dianggap sebagai satu-satunya faktor utama dalam pengembangan
dan akselerasi usaha. Untuk memenuhi
kebutuhan modal manusianya, di Indonesia cenderung mendatangkan tenaga kerja dari luar negeri. Dalam jangka pendek cara ini mungkin ada
benarnya, karena diharapkan dapat memberikan efek multiplier terhadap tenaga kerja
di Indonesia. Namun, dalam jangka panjang tentu sangat tidak relevan, apalagi
untuk sebuah usaha berskala besar atau yang sudah konglomerasi, akibatnya
banyak tenaga kerja sendiri tersingkirkan.
Bila
dilihat dari besarnya investasi di
bidang riset dan pengembangan,
kondisi ini tidak lebih baik di banding
China dan Singapura, Indonesia jauh lebih
kecil. Demikian juga dari
besarnya investasi pendidikan yang dilakukan di luar negeri. Singapura, yang berpenduduk tidak sampai
setengah penduduk Jakarta, mengirim mahasiswa ke AS hampir setengah jumlah
mahasiswa Indonesia di AS.
Sesuai dengan berbagai kesepakatan
regional dan internasional di bidang
ekonomi, Indonesia dihadapkan dengan situasi persaingan yang amat ketat. Dalam situasi ini, daya saing kompetitif
produk/komoditi tidak mungkin dikembangkan jika tidak diimbangi daya saing
kompetitif sumberdaya manusia. Dalam
arti, mengandalkan keunggulan komparatif sumber daya manusia yang melimpah dan
murah sudah kurang relevan.
Dengan demikian, peningkatan investasi di bidang
pendidikan, penelitian dan pengembangan
tidak bisa dihindarkan lagi, baik oleh pemerintah maupun kalangan
swasta. Sebenarnya, setiap tahun
pemerintah telah meningkatkan anggaran sektor pendidikan. Masalahnya, angka dan peningkatan ini secara
absolut relatif sangat kecil, sehingga
masih jauh bila dibanding
negara-negara tetangga yang sangat serius dalam pengembangan sumberdaya
manusia. Persentase investasi pendidikan
20 persen dari total anggaran pemerintah harus segera dipenuhi sesuai dengan
amanat undang-undang.
Demikian juga sektor swasta, selama ini belum
ada aturan yang menggariskan berapa persen biaya pengembangan sumberdaya
manusia serta penelitian dan pengembangan dari struktur biaya perusahaan dalam
industri nasional. Di sektor perbankan
sempat ada ketentuan yang menetapkan
biaya pengembangan sumberdaya manusia 5 persen dari profit. Akan tetapi, angka ini relatif sangat kecil,
karena biaya pengembangan tersebut dibebankan pada profit, tidak sebagai beban
input (Tobing, 1994).
Dari pembahasan materi diatas kami
mendapat beberapa pertanyaan, saran serta penambahan materi mengenai masalah
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi dari rekan-rekan serta dari dosen mata
kuliah sehingga dapat kami uraikan dan dapat simpulkan sebagai berikut.
1. Mengapa Negara Indonesia banyak dana
tetapi Indonesia tetap sebagai Negara miskin?
2. Menagapa pendidikan mempengaruhi
ekonomi?
3. Bagaimana cara anak didik kita bisa
belajar tidak dengan di tekan dulu?
Kekayaan
alam yang melimpah tidak menjamin penghuninya makmur dan berkecukupan. Makmur
atau tidaknya penduduk suatu negara, tergantung pada pengelola negara itu
sendiri. Begitu juga dengan Indonesia. Negara yang begitu kaya raya, tapi orang
miskin berkeliaran di mana-mana. “Apa penyebabnya? Ini terletak pada kepemimpinan yang tidak beres,”. Baiknya
tidaknya suatu negara sangat bergantung pada orang yang mengelola negara itu
sendiri, yakni para pemimpinnya. Jika mengelola negara tidak becus, maka potensi ekonomi yang ada
tidak akan bermanfaat banyak bagi rakyatnya, kemakmuran tidak merata, keadilan jomplang
dan sebagainya.“Kenapa? Karena kekayaan negara dikorupsi. Negara ini sudah
hancur. Korupsi besar-besaran terjadi di mana-mana.
Sangat
jelas dari penjelasan kami di atas bahwa pendidikan mempengaruhi ekonomi,
sebaliknya ekonomi mempengaruhi pendidikan. Seperti contoh orang sekolah tinggi-tinggi
buat apa coba? Yaa, buat memperbaiki ekonomi mereka, nah sekarang sekolah butuh
ekonomi tidak? Yaa jelas sekolah membutuhkan ekonomi. Sehingga untuk sekolah
seseorang harus di bekali dengan ekonomi yang kuat, dan orang yang ingin
memiliki ekonomi yang kuat harus di bekali dengan pendidikan yang kuat, bisa di
sebut “watmi dan watkan (Dr.Aliman.M.Pd)”.
Ini
yang menjadi banyak keluhan dari orang tua maupun guru yaitu, bagaimana biar si
anak mau belajar tanpa mesti di suruh dan di tekan?? Anak itu banyak belajar
dari orang tua dan lingkungan sekitarnya, anak yang dibesarkan di pesantren,
bisa jadi ahli ibadah. Semuanya tergantung orang tuanya mau dikemanakan arah
anak tersebut. Anak kecil itu masih labil belum mengerti apa-apa. Apalagi
mereka lebih banyak mengenali lingkunagn di luar sekolah dibandingkan dalam
sekolah. Yang perlu ditekankan disini sebagai orang tua, jangan larang mereka
untuk bermain, disinilah tugas orang tua menjadi sangat penting. Pilihlah
permainan yang bagus, menguji ketangkasan dan wawasan anak. Kalau masalah anak
mau belajar atau tidak, ya itu tadi orang tuanya harus mensupport. Belajar itu
timbul dari dalam diri seseorang, karena ada hasrat mengetahui sesuatu,
mencapai sesuatu, untuk tujuan tertentu. Banyak tujuan anak belajar yaitu jadi
pintar, brhasil dan membahagiakan orang tua. Kuncinya dalam mendidik anak
adalah sabar dan jangan paksakan mereka untuk belajar keras,,step-by-step saja,
perlahan tapi pasti.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor penting bagi dunia perekonomian
suatu bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan SDM suatu negara maka akan
berpengaruh pada tingkat perekonomian negara tersebut. Manusia yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih
baik dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah.
Sebagai ilustrasi, negara-negara
maju seperti Jepang yang merupakan negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan
perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Setelah Jepang, menyusul negara-negara
Asia Timur lain seperti Singapura, China, Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan.
Jadi jelas bahwa pertumbuhan mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Jadi meningkatnya pertumbuhan
ekonomi tentunya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,
menciptakan kesempatan kerja, serta mengurangi kemiskinan. Artinya pertumbuhan
ekonomi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
B.
Saran
Pemerintah harus mampu membangun
paradigma baru pembangunan terhadap tiga hal yang merujuk knowledge-based economy tampak kian
dominan; yaitu pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu dikembangkan
kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan.
Kedua,
hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat
dan solid, dengan bukti-bukti hasil kajian di berbagai negara. Ketiga,
menjadikan pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi,
yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang, karena
pendidikan membuahkan high rate of return di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Samarai, S. 2002. The Changing Distribution of Public
Education Expenditure in Malawi. Africa Region Working Paper Series 29.
Fattah,
Nanang, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT.Rosda
Karya,2002)
Green, William H.,“Econometric Analysis”, 2nd
ed. (New York: Macmilan Publishing Co, 1993.
Gupta, K. 1999. Public
Expenditure on Education and Literacy Lavels: A Comparative Study. State
University at Stony Book.
Hallak,
J, Analisis Biaya dan Pengeluaran Untuk Pendidikan (Paris: International
Institute For Planning, UNESCO, 1985)
Laporan Dirjen PLS Tahun 2006. Depdiknas.
http:\\www.depdiknas.go.id
Lim, D. 1996. Explaining Economic Growth: A New Aanlitical Framework. Vermont : Edwar Elgar
Publish. Co.
Solow, R. 1956. A Contribution to the Theory of Economic
Growth. Quartely Journal of Economics 70: 65 – 94
Supriadi,
Dedi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT.Rosda
Karya, 2003)
Konsep dan Analisis Biaya Pendidikan « CARI
ILMU ONLINE BORNEO.html
http://tatyhartati.blogspot.com/2012/05/pendidikan-dan-pertumbuhan-ekonomi.html
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar