DASAR KONSEP KEPEMIMPINAN PERSPEKTIF ISLAM
MAKALAH
Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat
Menempuh Mata Kuliah Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi
Program Studi Magister Administrasi
Pendidikan
PPs FKIP Universitas Bengkulu Semester 3
Tahun Akademik 2013/1014
Dosen Dr. Aliman, M.Pd
Oleh
Jon Sastro
PROGRAM
STUDI
MAGISTER
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA FKIP
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
KATA
PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Assalamualaikum wr.wb
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Dasar
Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam.”
Makalah
ini berisikan tentang Kepemimpinan islam
seperti, tentang pengertian kepemimpinan
islam, dasar konseptual kepemimpinan perspektif islam, pribadi seorang pemimpin
yang ideal, tentang kepemimpinan islam di Indonesia serta tentang model
kepemimpinana rasulullah. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi terutama dalam
kepemimpinan Islam.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada dosen mata kuliah Dr. Aliman, M.Pd serta rekan-rekan seperjuangan di semester 3
Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Tahun Akademik 2013/1014.
Akhir
kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin Ya robbal’Alamin.
Wassalamualaikum
wr.wb
|
Bengkulu,
Maret 2014
Tim penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................... ii
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang .............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah ......................................................................................... 2
C.
Tujuan
........................................................................................................... 2
D.
Manfaat
......................................................................................................... 2
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan ........................................................................ 3
B.
Pengertian Kepemimpinan Islam................................................................... 4
C.
Dasar Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam...................................... 5
D.
Pribadi Seorang Pemimpin yang Ideal........................................................... 6
E.
Kepemimpinana Islam di Indonesia.............................................................. 8
F.
Model Kepemimpinan Rasulullah.................................................................. 9
BAB
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 13
B.
Saran
............................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama bukan hanya sekedar lambang kesalehan
umat atau topik dalam kitab suci umat beragama, namun secara konsepsional
kehadiran agama semakin dituntut aktif untuk menunjukkan cara-cara paling
efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Tuntutan yang demikian itu akan
mudah dijawab oleh kita sebagai kalangan intelektual muslim dan siapa saja
tatkala kita sebagai muslim memahami “agama kita sendiri”.bukan hanya sekedar
pemahaman dengan pendekatan normatif namun juga harus dilengkapi dengan
pendekatan lain (pendekatan historis dan pendekatan teoretik), yang secara
operasional konseptual dapat memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan
umat.
Adapun yang dimaksud dengan
pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu
bidang ilmu pengetahuan yang selanjutnya digunakan dalam memahami dasar
konseptual kepemimpinan perspektif islam.
Berdasarkan latar belakang
persoalan diatas, maka dirasa penting untuk mengetahui dasar konseptual
kepemimpinan perspektif islam dengan berbagai pendekatan yang dapat digunakan
dalam memahami agama sekaligus menjawab permasalahan-permasalahan umat manusia
. Sehingga agama akan terasa lebih bermakna dan hadir kokoh dalam masyarakat
tatkala kita paham akan agama kita. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan
tersebut, agama akan menjadi sulit untuk difahami oleh masyarakat, tidak
fungsional dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain
agama (Naudzubillahi Min Dzalik). Oleh karna itu dalam hal ini kami akan
mencoba menggali dan mengemukakan sebuah dasar konseptual kepemimpinan
perspektif islam yaitu memalui pendekatan normative, pendekatan historis dan
pendekatan teotetik.
B.
Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada dan untuk
mengetahui gambaran yang lebih jelas, maka penulis mencoba mengidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian Kepemimpinan?
2.
Apa Pengertian Kepemimpinan Islam?
3.
Apa Dasar Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam?
4.
Bagaimana Pribadi Seorang Pemimpin yang Ideal?
5.
Bagaimana Kepemimpinana Islam di Indonesia?
6.
Bagaimana Model Kepemimpinan Rasulullah?
C.
Tujuan masalah
Berdasrkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui Pengertian
Kepemimpinan
2.
Untuk mengetahui Pengertian Kepemimpinan Islam
3.
Untuk mengetahui Dasar Konseptual Kepemimpinan
Perspektif Islam
4.
Untuk mengetahui Pribadi Seorang Pemimpin yang Ideal
5.
Untuk mengetahui Kepemimpinana Islam di Indonesia
6.
Untuk mengetahui Model Kepemimpinan Rasulullah
D.
Manfaat
Manfaat pembuatan
makalah ini adalah memberikan informasi tentang Kepemimpinan islam seperti, tentang
pengertian kepemimpinan islam, dasar konseptual kepemimpinan perspektif islam,
pribadi seorang pemimpin yang ideal, tentang kepemimpinan islam di Indonesia
serta tentang model kepemimpinana rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan
Menurut Mc, Farland (1997)
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan
akan memberikan perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan
orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 0tt (1996) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi
sikap, kepercayaan dan prilaku orang
lain.
Dilihat dari berbagai sisi, kepemimpinan
dapat diartikan sebagai :
Ø Fokus
proses-proses kelompok
Ø Suatu
kepribadian dan akibatnya
Ø Seni
mempengaruhi orang lain
Ø Penggunaan
pengaruh
Ø Tindakan
atau tingkah laku
Ø Bentuk
persuasi
Ø Alat
mencapai tujuan
Ø Akibat
dari interaksi
Ø Perbadaan
peran
Ø Inisiasi
struktur
Dari berbagai macam pendapat
tentang pengertian kepemimpinan terdapat dua hal yang dominan yaitu
mempengaruhi dan saling mempengaruhi. Atas dasar itu dapatlah disusun definisi
kepeminpinan yang mudah difahami, yaitu rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi prilaku orang
lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
B.
Pengertian
Kepemimpinan Islam
Dalam Islam istilah kepemimpinan
dikenal dengan istilah khilafah, imamah, dan ulil amri juga ada istilah ra’in.
Kata khalifah mengandung makna ganda. Di satu pihak khalifah diartikan
diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan islam di masa
lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannnya sama dengan sulthan. Selain
itu dikenal pula istilah khalifatur Rasul atau khalifatun nubuwwah yaitu
pengganti Nabi sebagai pembawa risalah atau syariat, memberantas kedhaliman dan
menegakkan keadilan. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30 dijelaskan
bahwasanya tidak sekedar menunjuk pada para khalifah pengganti Rasulullah,
tetapi adalah penciptaan
manusia yang diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Tugasnya adalah
menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam surat Yunus ayat 4 dijelaskan bahwa
perbuatan manusia yang disebut kepemimpinan tidak pernah lepas dari perhatian
dan penilaian Allah. Oleh karena itu secara spiritual kepemimpinan harus
diartikan sebagai kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan
Allah baik secara bersama-sama maupun perseorangan. Kepemimpinan dalam arti
spiritual tiada lain daripada ketaatan atau kemampuan mentaati perintah dan
larangan Allah dan RasilNya dalam semua aspek Kehidupan. Dalam pengertian
spiritual ini kita dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan Islam secara mutlak
adalah bersumber dari Allah yang telah menjadikan manusia sebagi khalifah di
bumi sehingga dimensi control tidak terbatas pada interaksi antara yang
memimpin dengan yang dipimpin, tetapi baik antara pemimpin dan yang dipimpin
harus sama-sama mempertanggung jawabkan amanah yang diembannya sebagai seorang
khalifah di bumi.
Secara empiris kepemimpinan
merupakan proses, yang berisi rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi,
berkesinambungan dan terarah pada satu tujuan. Rangkaian kegiatan itu berwujud
kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain agar bersedia melakukan sesuatu
yang diinginkan pemimpin dan terarah pada
tujuan yang telah disepakati bersama.
C.
Dasar
Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam
Dalam
memahami dasar konsep kepemimpinana perspektif islam ada tiga pendekatan yang
digunakan yaitu: pendekatan normative, pendekatan historis dan pendekatan
teoretik.
1. Pendekatan Normatif
Normatif adalah peraturan yang mengatur tentang baik
buruknya perbuatan berdasarkan norma yang berlaku. Norma adalah aturan yang
berlaku di kehidupan bermasyarakat yang bertujuan untuk mencapai kehidupan
masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Menurut Lubis (2011) Pendekatan
normatif adalah sebuah pendekatan yang lebih menekankan aspek norma-norma dalam
ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Alqur’an dan Sunnah.
Dasar konseptual
kepemimpian Islam secara normative bersumber pada al-Qur’an dan Hadits yang
terbagi atas empat prinsip pokok ,
- Prinsip tanggung jawab
Memahami makna
tanggung jawab adalah substansi utama yang harus difahami oleh seorang pemimpin
agar dapat menjalankan amanh yang diberikan kepadanya.
- Prinsip etika tauhid
Kepemimpinan islam
harus dikembangkan di atas prinsip-prinsip etika tauhid. Tidak mengambil orang
kafir atau orang yang tidak beriman sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim,
karena bagaimanapun akan mempengaruhi kualitas keberagamaan rakyatnya.
- Prinsip kesederhanaan
Sebagai seorang
pemimpin harus bersikap sederhana dan mementingkan pengabdiannya terhadap
masyarakat.
- Prinsip keadilan
Untuk menjaga
keseimbangan kepemimpinan, maka keadilan harus benar-benar dijaga agar tidak
muncul stigma-stigma ketidakadilan seperti kelompok marginal dll.
2. Pendekatan historis
Historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai
peristiwa dengan menggunakan unsur-unsur tempat, waktu, objek, latar belakang
dan perilaku dari peristiwa tersebut. Pendekatan historis adalah salah satu
upaya memahami agama dengan menumbuhkan perenungan untuk memperoleh hikmah
dengan cara mempelajari sejarah nilai-nilai Islam yang berisikan kisah dan
perumpamaan.
Al-Qur’an begitu kaya akan
kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran dan bahan perenungan bagi umat
yang akan dating. Dengan pendekatan
historis ini diharapkan akan lahir output pemimpin islam yang memiliki
sifat-sifat pemimpin yang ideal. Al Quran terdiri dari dua bagian yaitu tentang
konsep-konsep dan kisah sejarah perumpamaan. Dari sejarah perumpamaan inilah
seseorang bisa mengambil hikmah.
3. Pendekatan teoritis
Ideology Islam adalah ideology yang
terbuka. Hal ini mengandung arti walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di
dalam bangunan ideology islam sendiri sudah sempurna namun Islam tidak menutup
kesempatan mengomunikasikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari luar Islam
selama pemikiran tersebut tidak bertentangan
dengan al-Qur’an dan Hadits.
D. Pribadi Seorang Pemimpin Yang Ideal
a. Perspektif al-Qur’an
Dalam suatu
riwayat Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab : akhlak
Rasul adalah al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan
tentang akhlak mulia seorang pemimpin.
Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka,
lapang dada, selalu tanggap. Hal ini di jelaskan dalam surat al-Mujadalah ayat
: 11
“Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Adil, jujur, dan konsekuen. Dalam surat an-Nisa ayat
58 :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Bertanggung jawab. Dalam surat al-An’am ayat 164
Katakanlah: "Apakah Aku akan
mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan
tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya
sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian
kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan."
Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain.
Dalam surat al-Baqarah ayat 166
(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu
berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan
(ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.s
Ikhlas dan
memiliki semangat pengabdian.[4]Dalam surat al-baqarah ayat 245
Siapakah yang mau memberi pinjaman
kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka
Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang
banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.
Memberikan petunjuk dan pengarahan. Dalam Surat
as-Sajdah ayat 24
Dan kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka
sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.
Suka bermusyawarah. Dalam surat Ali Imran ayat
159
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itU. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.
b. Perspektif Hadits
Zuhud
terhadap kekuasaan
“Kami tidak mengangkat orang yang
berambisi kedudukan”. (HR. Muslim)
Memiliki visi keumatan
“Ka’ab bin Iyadh ra bertanya : Ya
Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya itu tergolong fanatisme ?, Nabi
Menjawab : Tidak, fanatisme adalah bila seseorang mendukung kaumnya atas suatu
kedhaliman. (HR. Ahmad).
E. Kepemimpinan Islam di Indonesia
1.
Formal
Memasuki masa awal kemerdekaan Indonesia,
kepemimpinan Islam masih memiliki peranan yang sangat kuat. Hal ini bisa kita
buktikan dengan tercantumnya kalimat kewajiban menjalankan syariat Islam di
dalam piagam Jakarta yang dengan keiklasan hati demi menjaga ikatan persatuan
nasional, para pemimpin Islam rela menghapus kalimat tersebut dari dasar Negara
republic Indonesia. Namun jika kita lihat mukaddimah UUD 1945 maupun pancasila
sila pertama di dalamnya warna Islam sangatlah kental . kepemimpinan soekarno-Hatta
mendapat legitimasi dari masyarakat Islam juga disebabkan faktor dukungan dari
tokoh-tokoh Islam yang dengan setia memback-up perjuangan mereka dengan segala
cara. Bukti lagi lain dari begitu berperannya umat Islam pada masa-masa awal
berdirinya Indonesia adalah dengan mendirikannya majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) sebagai wadah aspirasi politik Indonesia. Di bawah naungan
MASYUMI bersatu seluruh golongan umat Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis,
PSI dan Petti. Selain itu banyak kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia pada
awal masuknya Islam di Indonesia yang diawali dengan berdirinya kerajaan
Samudra Pasai.
2.
Non Formal
Umat Islam di Indonesia masih
memandang sosok ulama’ di Indonesia sebagai pemimpin-pemimpin nonformal dengan
wilayah kepemimpinan yang bahkan melebihi pemimpin formal itu sendiri. Pada
zaman revolusi kemerdekaan peran ulama’ sebagai pemimpin informal dalam
mengarahkan proses perjuangan teramat kuat. Bahkan 99% perjuangan perjuangan
yang dikobarkan di seluruh tanah air adalah perjuangan yang dipimpi oleh para
ulama’ yang berjuang dengan keikhlasan hati.
F. Model Kepemimpinan Rasulullah
Pada masa kebangkitan peradaban,
dimana Nabi Muhammad menjadi Rosululloh dimuka bumi ini, mengusung model
kepemimpinan yang ditujukan untuk mengubah paradigma kepemimpinan tidak
beradab. Model kepemimpinan Muhammad ditujukan bahwa pemimpin dan perangkat
kepemimpinannya merupakan sosok yang membawa rakyat sebagai manusia yang
merdeka dan beradab, serta sumberdaya alam dikelola untuk kesejahteraan manusia
(rakyat). Sehingga seorang pemimpin sejatinya merupakan manusia yang memiliki
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan moral, serta
memiliki kemampuan leadership untuk membawa rakyatnya mampu memanfaatkan
potensi dirinya untuk mandiri dan bermanfaat bagi diri dan masyarakat, dan
membawa rakyatnya mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki negaranya untuk
kesejahteraan umum.
Masa kebangkitan peradaban moral
ini menyuguhkan model kepemimpinan yang ideal bagi kehidupan berbangsa di
dunia, yang ditandai dengan penghapusan perbudakan, penghancuran
rasdiskriminasi, pemeliharaan kekayaan negara yang diperuntukan untuk
kesejahteraan msyarakat umum, penyelenggaraan lembaga keuangan yang menekankan
kepada efisiensi penggunaan modal dan berkeadilan, serta mengedepankan
pemerataan pendapatan melalui mekanisme zakat yang benar dan profesional dalam
pengelolaannya, membangun mekanisme pasar komoditas yang terhindar dari
kecurangan, dan memperlihatkan kecerdasan hubungan internasional yang
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam negeri dengan
mengedepanlan kemandirian bangsa.
Kepemimpinan Rasulullah tidak hanya
menggunakan akal dan fisik, tetapi Beliau memimpin dengan kalbunya karena hati
tidak akan pernah bisa disentuh kecuali dengan hati. Rasulullah menabur cinta
kepada sahabatnya sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh
kasih sayang, tutur katanya yang rahmatan lil alaamiin, dan perilakunya yang
amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan
kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya. Kepribadian sebagai
pemimpin di dalam pola berpikir , bersikap dan berperilaku, merupakan pancaran
isi kandungan Al-Qur’an sehingga sepatutnya diteladani. Sebagai seorang
pemimpin, Rasulullah memiliki lima sifat utama yang mulia , yaitu :
1.
Siddiq(Benar).
Sifat ini berarti Rasulullah SAW
mencintai dan berpihak pada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT, sehingga
seluruh pikiran, sikap dan emosi yang ditampilkan dalam perilaku, ucapan
(sabda) dan diamnya beliau merupakan sesuatu pasti benar. Seluruh wahyu Allah
SWT adalah sesuatu yang benar dan Rasulullah SAW hanya mengikuti apa yang
diwahyukan pada beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah
dan larangan beliau, agar orang lain berbuat atau tidak berbuat sesuatu pasti
benar, karena bermaksud mewujudkan kebenaran dari AllahSWT.
2.
Amanah(Terpercaya)
Sifat ini berarti bahwa Rasulullah
SAW merupakan seseorang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara
kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya
selalu mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Sesuatu yang
harus disampaikan bukan saja tidak ditahan-tahan, tetapi juga tidak akan
diubah, ditambah atau dikurangi. Demikianlah kenyataannya bahwa setiap firman
selalu disampaikan Rasulullah SAW sebagaimana difirmankan Allah SWT kepada
beliau.
3.
Tabligh(Menyampaikan)
Sifat ini sejalan dengan sifat
amanah, meskipun yang dimaksud terutama sekali bukan terpercaya, tetapi
memiliki kemampuan dalam menyampaikan atau mendakwahkan wahyu Allah SWT,
sehingga jelas maksudnya dan dapat dimengerti. Dengan demikian semua wahyu yang
disampaikan dijadikan juga sebagai pedoman beliau dalam kehidupan, sehingga
setiap perilaku beliau merupakan bagian dari dakwah mengenai petunjuk dan
tuntunan Allah SWT.
4
. Fatanah(Pandai)
Sifat ini berarti Allah SWT pasti
mendekati Rasulullah SAW dengan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kecerdasan itu
tidak saja diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah SWT seperti
tersebut di atas. Kecerdasan dibekalkan juga karena beliau mendapat kepercayaan
Allah SWT untuk memimpin umat, karena agama Islam diturunkan adalah untuk semua
manusia dan sebagai rakhmat bagi alam semesta. Oleh karena itu hanya pemimpin
yang cerdas akan mampu memberikan petunjuk, nasihat, bimbingan, pendapat dan
pandangan bagi umatnya, dalam memahami firman-firman Allah SWT.
5.
Maksum(Bebas dari Dosa)
Sifat ini berarti Rasulullah SAW
merupakan seseorang yang berakhlaq mulia, yang tidak mungkin ditipu dan
disesatkan setan yang terkutuk. Dengan demikian Rasulullah SAW merupakan
manusia yang paling sempurna dalam menjalankan perintah dan meninggalkan
larangan Allah SWT. Kondisi ini dijadikan Rasulullah SAW sebagai manusia yang
bebas dari dosa, baik dalam berpikir, bersabda (bertutur kata) atau diamnya
jika ditanya, maupun dalam berperilaku setiap saat beliau menjalankan kepemimpinan
bagi umatnya.
Perkembangan kepemimpinan di Dunia saat ini,
terlebih di Indonesia cenderung
mengabaikan model kepemimpinan yang telah disuguhkan oleh Nabi Muhammad
SAW, bahkan cenderung kepemimpinan Muhammad hanya dijadikan literatur ideal dan
sebagai gambaran hayali yang tidak perlu dicapai. Kehidupan berbangsa pada masa
modern lebih memilih model teori kepemimpinan yang ditawarkan oleh ilmuwan
ketatanegaraan modern meskipun teori
tersebut banyak memiliki kelemahan dalam praktiknya. Seolah model kepemimpinan
Muhammad SAW bukan produk ilmiah, karena tidak termasuk kepada teori hasil
pemikiran tokoh/ilmuan ternama. Sehingga pilihan lebih tertuju kepada model
kepemimpinan yang memiliki cacat dan keraguan dalam mensejahterakan kehidupan
berbangsa.
Bahkan di
Indonesia semakin lama para pemimpin dan wakil rakyat semakin tidak perduli
terhadap masyarakat terutama masyarakat miskin. Melihat realita yang ada bahkan
para wakil rakyat semakin jelas mempertontonkan gaya hidup mereka yang serba mewah,
sedangkan banyak rakyat miskin yang semakin kesulitan.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dalam Islam istilah kepemimpinan
dikenal dengan istilah khilafah, imamah, dan ulil amri juga ada istilah ra’in.
Kata khalifah mengandung makna ganda. Di satu pihak khalifah diartikan
diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan islam di masa
lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannnya sama dengan sulthan. Selain
itu dikenal pula istilah khalifatur Rasul atau khalifatun nubuwwah yaitu
pengganti Nabi sebagai pembawa risalah atau syariat, memberantas kedhaliman dan
menegakkan keadilan.
Dalam
memahami dasar konsep kepemimpinan perspektif islam ada tiga pendekatan yang
digunakan yaitu: pendekatan normative, pendekatan historis dan pendekatan
teoretik.
Dalam
kepemimpinan islan ada beberapa pribadi pemimpin yang ideal yang harus kita
miliki yaitu:
Ø Berpengetahuan luas,
kreatif, inisiatif, peka, lapang dada, selalu tanggap. Hal ini di jelaskan
dalam surat al-Mujadalah ayat : 11
Ø Adil, jujur, dan
konsekuen. Dalam surat an-Nisa ayat 58
Ø Bertanggung jawab.
Dalam surat al-An’am ayat 164
Ø Dapat menjaga amanah
dan kepercayaan orang lain. Dalam surat al-Baqarah ayat 166
Ø Ikhlas dan memiliki
semangat pengabdian.[4]Dalam surat al-baqarah ayat 245
Ø Memberikan petunjuk dan
pengarahan. Dalam Surat as-Sajdah ayat 24
Ø Suka bermusyawarah.
Dalam surat Ali Imran ayat 159
Begitu juga
dengan kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi
Beliau memimpin dengan kalbunya karena hati tidak akan pernah bisa disentuh
kecuali dengan hati. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah memiliki lima sifat
utama yang mulia , yaitu :
1.
Siddiq (Benar) 2. Amanah (Terpercaya) 3. Tabligh (Menyampaikan) 4 . Fatanah (Pandai)
5. Maksum (Bebas dari Dosa)
B. Saran
Seorang
Pemimpin dalam persepektif Islam harus mempunyai empat prinsip yaitu prinsip
tanggung jawab dalam organisasi yang mana dalam islam telah digariskan bahwa
setiap diri adalah pemimpin ,dan dituntut untuk bertanggung jawab,ke dua
pemimpin harus mempunyai prinsip etika tauhit yang mana telah dijelaskan dalam
firman allah dalam surat Ali Imran(3)Ayat: 118, ketiga pemimpin harus mempunyai
Prinsip Keadilan untuk menjaga keseimbanagan kepentingan bersama yang mana dijelaskan dalam firman allah dalam
surat Shaad(38) Ayat:26 dan yang ke empat pemimpin harus mempuyai prinsip
kesederhanaan yang mana dalam firman Allah berbunyi seorang Pemimpin itu harus
melayani dan tidak meminta untuk dilayani.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranu Al-Karim dan Terjemahannya
Ilmutuhan.blogspot.com/2011/03/ pendekatan-studi-islam-perspektif.
html// Grms.multiply.com/journal/item/19. diakses pada tanggal 24 Maret 2014
Lubis, adi mansah. 2011. Studi Islam dengan Pendekatan
Normatif.
http://bujangsetia.blogspot.com/2011/11/makalah-studi-islam-dengan-pendekatan.html.
diakses pada tanggal 24 Maret 2014
Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. 2012. Kepemimpinan
dan prilaku Organisasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Sarjoko. 2010. Pendekatan Historis Dalam Studi Islam
http://nawawielfatru.blogspot.com. diakses pada tanggal 24 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar