MAKALAH
GERAKAN
PEMBAHARUAN ISLAM
“FASE
KLASIK”
DISUSUN
OLEH:
JON SASTRO
PEMBIMBING: Drs. NAZAR, M.Ag
PROGRAM
STUDI BAHASA INGGRIS
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERISTAS
MUHAMMADIYAH BENGKULU
2010
ABSTRAK
Periode klasik ini secara umum terbagi menjadi dua. Pertama adalah periode klasik
(650-1000) yaitu periode zaman di mana daerah Islam mulai meluas melalui Afrika
Utara sampai ke Spanyol di Barat dan di Persia sampai ke India di Timur.
Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan
di Madinah, dan kemudian di Damsyik dan terakhir di Baghdad . Di masa inilah berkembang dan maju
pesat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ilmu-ilmu pengetahuan yang
berkembang coraknya bermacam-macam seperti fiqh, filsafat, sufisme dan termasuk
teologi.
Kedua adalah fase disintegerasi (1000-1250 M). Di masa ini persatuan dan
kesatuan umat Islam mulai mengalami kemunduran. Konflik poloitik seringkali
melanda sehingga klimkanya adalah hancurnya imperium Islam yang menyebabkan Baghdad berhasil dikuasasi
oleh Hulaghu Khan di tahun 1258.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan wahyu
berupa ayat – ayat yang siapapun menggunakannya dapat mengantarkan manusia
menuju pengakuan keimanan yang hakiki. Salam dan shalawat atas Rasulullah SAW,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa menjadikan Sunnah Rasul
SAW sebagai hujjah yang kokoh. Dalam
penulisan makalah sederhana ini penulis sungguh sangat banyak mendapat
pengalaman dan wawasan yang luar biasa tentang cakrawala ilmu pengetahuan dalam
Islam dimana pembahasan teologi yang diangkat dalam makalah ini menjadi
pengetahuan baru yang coba dituangkan dalam penulisan makalah sederhana ini dan
coba diangkat dalam diskusi perkuliahan yang diharapkan tercipta dinamika
pemikiran Islam di tengah – tengah mahasiswa Islam yang saat ini terlihat mulai
pudar seiring modernisasi. Padahal sesungguhnya kebangkitan Islam kedepan
diawalii dari para pemuda yang mengemban pemikiran Islam yang jernih dan
cemerlang. Yang pemikiran tersebut dibangun dengan landasan akidah yang kokoh. Semoga pembahasan teologi Islam dalam makalah
ini sebagai pengantar studi lebih lanjut untuk mengemban konsep islamisasi ilmu
dan semoga menjadi bahan bacaan yang dinamis bagi para pembaca.
Dalam penulisan
makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan sehingga saran
dan kritik diharapakan untuk menambah dinamika pemikiran islam yang saat ini
mulai tampak stagnan di tengah – tengah lingkungan masyarakat. Akhirul kalam,
ucapan terima kasih atas seluruh kawan – kawan terlebih khusus kepada guru
pembimbing studiIslam kami yang telah banyak memberika gambaran sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Demoga amal baik kita semua dalam memberikan
kontribusi bagi bankitnya pemikiran Islam di tengah masyarakat menjadi
investasi akhirat dengan keridhoan-Nya
tentunya. Wassalam.
Pendahuluan
Islam merupakan agama yang mempunyai sejarah pergulatan
teologi yang panjang. Dengan rentang sejarah yang panjang itu, teologi Islam
pernah menancapkan sebuah fakta untuk turut serta meramaikan pergulatan
intelektual dalam pentas peradaban ilmu pengetahuan dan politik dunia. Berbagai
konsep dan sudut pandang teologis muncul secara dialektis dalam atmosfir
kebudayaan Islam. Secara konsvensional Islam memang mempunyai bangunan
ketuhanan yang sifatnya monoteis. Sebuah agama yang mempunyai keyakinan tentang
Tuhan yang satu. Namun, dalam realitas empiriknya, Tuhan yang satu tersebut
melahirkan beragam pandangan dan konsep teologis yang berbeda-beda. Artinya
meskipun Tuhan sebagai obyek keyakinan umat Islam sama yakni Allah, namun
ketika Allah yang satu itu direspon dan dipahami oleh banyak indifidu umat
Islam sejagad, maka justru melahirkan beragam konsep ketuhanan. Perbedaan
pandangan teologis itu berangkat dari beragamnya logika forma atau paradigama,
sudut pandang dan perspektif yang digunakan oleh umat Islam sendiri dalam
menangkap dan menafsirkan Tuhan. Satu pihak umjat Islam ada yang menggunakan
perpsketif logis, yakni usaha memahami Tuhan melalui rasio. Ada yang lebih mendasarkan pemahamannya
melalui intuitif.
Di sisi lain ada yang cukup puas dengan informasi teks
dan seterusnya. Selain dari itu, di samping banyaknya pendekatan yang digunakan
oleh umat Islam dalam memahami Tuhan, hal yang turut serta menyeruakkan
bermacam-macamnya konsep teolog Islam adalah berkaitan dengan wajah Tuhan itu
sendiri. Syaikh Akbar Ibnu ‘Arabi membagi Tuhan pada dua wajah: Dzat dan Sifat.
Wajah Tuhan yang terdiri dari dzat dan sifat ini menyebabkan munculnya
perbedaan pandangan di kalangan para mutakallim. Ada yang menyatakan bahwa Tuhan mempunyai
sufat dan ada juga yang tidak myakini bahwa tuhan mempunyai sifat. Beraneka
ragamnya konsep teologi tersebut, akhirnya juga membawa beraneka ragamnya pola
hidup dan pola pikir umat Islam. Bagi umat Islam yang masuk pada kubu Jabariyyah
akhirnya lebih cenderung fatalistik. Hal ini karena pakem teologi Jabariyyah
adalah menyerahkan segala sesuatunya pada Tuhan. Sementara bagi umat Islam yang
menjadi penganut Qodariyyah menjadikan umat Islam pada kelompok ini mempunyai
sikap hidup yang optimis. Karena konsep teologi mereka menyatakan bahwa segala
sesuatu yang dikerjakan oleh manusia merupakan tanggung jawab manusia. Oleh
karena itu, termasuk nilai baik dan buruk adalah berasal dari manusia dan bukan
dari Tuhan. Pola hidup dan pola pikir lainnya juga ditunjukkan oleh kelompok
lainnya yang mempunyai konsep teologi berbeda.
Dinamika dan dialektika sejarah teologi umat Islam di atas
hingga kini masih terus menemukan geliatrnya, bahkan dalam kontek Indonesia
justru mengalami penguatan. Munculnya gerakan-gerakan puritanisme Islam yang
mengusung tema-tema radikalisme Islam, menuntut menarik Islam ke era awal
adalah representasi dari menguatnya penanaman teologi wahabi dan salafiyah.
Lahirnya konsep teologi ini sebagiannya ditopang oleh lahirnya gerakan
pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Islam yang masuk kategori
neokonservatisme.
Muhammadiyah dan mata
rantai pembaharuan islam
Muhammadiyah memang dikenal sebagai gerakan pembaharuan
islam yang berwatak tajdid di Indonesia.Muhammadiyah lahir di kampung kauman
yogyakarta tanggal 18 nopember 1912 miladiyah atau 8 dzulhijah 1330 Hijriah.KH
ahmad dahlan selaku pesndiri muhammadiyah dikenal sebagai mujadid atau pembaru
(karena gagasan dan langkah gerakannya) ketokohan pada abad ke 20.Istilah lain
untuk GPI ;tajdid fial islam / revivalisme islam gerakan pemurnian.
Tokoh 2 atau lokomotof gerakan pembangkitan islam.Terjalinnya mata
rantai ini khususnya karena
peloporanoleh Ibnu Taimiah,Muhammad bin abdil wahab,Jalaludin alafgani,M
abduh,M rasyid ridha.
Tanggapan para tokoh pembaru pada ahir abad ke 19 dan
awal abad ke 20 terhadap dampak barat kepada Masyarakat muslim terwujud dalam
usaha yanag sungguh sungguh untuk mengiterpretasi islam dalam menghadapi perubahan
kehidupan.Mereka menekan kan sikap dinamis,lues (adaptasi)yang menjadi cirri
kemajuan islam klasik (650-1250) yang terutama mendapat tekanan khusus mereka
adalah bidang hokum,pendidikan dan sains.Selain itu mereka juga menekankan
pembaharuan internal melalui interpretasi (ijtihad) adaptasi secara selektif
atau islamisasi ide ide dan teknologi barat.
Dari sinilah kemudian dikenal konsep konsep barat seperti ;
demokrasi,hak asasi nasionalisme dan sebagainya.
Selanjutnya teologi Islam juga disebut sebagai ilmu
kalam yakni ilmu yang mendalami kalam tuhan atau juga kalam yang dimaksud
disini adalah kata – kata atau kalam yang sering digunakan oleh para teolog
untuk berhujjah sehingga dalam Islam para teolog sering juga disebut sebagai
mutakallimin.
Islam di waktu itu, seperti digambarkan oleh W.M.Watt,
telah merupakan kumpulan suku-suku bangsa Arab, yang mengikat tali persekutuan
dengan (Nabi) Muhammad dalam berbagai bentuk, dengan masyarakat Madinah dan
mungkin juga dengan masyarakat Makkah sebagai intinya. Selanjutnya, bagaimana
bentuk teologi Islam dari masing-masing periode yang pernah muncul dalam
sejarah Islam. Menurut Harun Nasution, dalam sejarah Islam, teologi Islam
terbagi dalam periode atau zaman yakni zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan
(1250-1800 M) dan zaman modern (1800 dan setererusnya).
1. Periode klasik (650-1250 M).
Teologi yang
berkembang di era klasik ini adalah teologi sunnatullah atau teologi yang
berdasarkan pada hukum alam (natural law). Teologi natural pada prinsipnya
keberimanan yang berdasarkan hanya pada rasio, teologi ini kajiannya murni
filsafat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis. Sehingga
produk teologi yang dihasilkan adalah teologi yang dibangun berdasarkan
argumen-argumen logis-rasional.
Ciri-ciri teologi
natural (sunnatullah) ini adalah : -kedudukan akal
yang tinggi -kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan. -kebebasan berpikir
hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam al-Qur’an dan Haditas yang sedikit
sekali jumlahnya. -Percaya pada adanya sunnatullah dan kausalitas -mengambil
dari metaforis dari tek wahyu -Dinamika dalam sikap dan berpikir. Lahirnya
teologi sunnatullah atau natural ini didukung oleh lahirnya iklim dialog antara
dunia Islam dengan alam pemikiran Yunani. Ketika dunia Islam mulai bersentuhan
dengan peradaban Yunani, maka rasionalisme mulai bergeliat dalam dunia Islam.
Semangat rasionalisme yang ada dalam filsafat inilah yang dijadikan oleh para
pemikir Islam untuk membangun teologi. Di anatara para filsof Yunani, Aristoteles
adalah yang paling menarik bagi orang-orang Islam. Dari dia para pemikir muslim
mengambil terutama metode berpikir sistematis dan rasional,
yaitu al-Manthiq
(logika formal), di samping biologi, ilmu bumi matematis dan lain-lain. Mereka
memandangnya sebagai “al-mu’allim al-awwal” (guru pertama). Aristotalianisme
dengan demikian menjadi bagian integral dari khazanah pemikiran Islam. Tetapi
sesungguhnya, pemahaman kaum muslimin terhadap pikiran guru pertama itu, secara
keseluruhannya, adalah terjadi melalui teropong neoplatonisme, karena sebagian
besar lewat karya-karya para penafsir, khususnya karya-karya plotinus dan
Prophiry. Salah satu karya kefilsafatan yang amat bgesar pengaruhnya kepada
dunia pemikiran filsafat Islam adalah “Theologia Aristotelis”. Dengan logika
formal yang demikian itu, maka bangunan teologi Islam di masa klasik penuh
vitalitas rasionalisme. Sehingga pembuktian Tuhan mempunyai dasar agumennya
yang rasionalistik. Bukan hanya itu, persolaan tentrang proses penciptaan alam
semesta yang termasuk bagian dari teologi juga mempunyai dasar rasionalismenya.
Seperti para filsof paripatetik yang mempunyai konsep penciptaan alam melalui
penjelasan akal pertama, akal kedua, akal ketiga dan seterusnya.
Periode klasik
ini secara umum terbagi menjadi dua. Pertama
adalah periode klasik (650-1000) yaitu periode zaman di mana daerah Islam mulai
meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan di Persia sampai ke India di Timur.
Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya
berkedudukan di Madinah, dan kemudian di Damsyik dan terakhir di Baghdad . Di masa inilah
berkembang dan maju pesat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ilmu-ilmu
pengetahuan yang berkembang coraknya bermacam-macam seperti fiqh, filsafat,
sufisme dan termasuk teologi. Dari periode ini ulama –ulama fiqh yang mucul
seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii. Sementara dalam bidang
teologi ulama-ulama yang lahir adalah Imam Al-Asy’ari, Imam Al-Maturidi, Washil
Bin Atho’ Abu Huzail, Al-Nizam dan Al-Jubai. Kedua adalah fase disintegerasi (1000-1250 M). Di masa ini
persatuan dan kesatuan umat Islam mulai mengalami kemunduran. Konflik poloitik
seringkali melanda sehingga klimkanya adalah hancurnya imperium Islam yang
menyebabkan Baghdad
berhasil dikuasasi oleh Hulaghu Khan di tahun 1258. Karena semangat
pemikirannya yang cenderung antoposentris itulah, maka teologi di abad klasik
ini termasuk teologi Qadariyyah. Paham ini terkenal dengan nama free wil,.dan
free act. Artinya manusia mempunyai kebebasan atau kemerdekaan dalam menentukan
hidupnya. Seluruh prestasi yang dihasilkan oleh manusia bukanlah dari Tuhan
melainkan dari manusianya sendiri karena manusia diyakini mempunyai kekuatan
dan kapabelitas untuk menghasilkan prestasi tersebut. Teologi sunnatullah atau
Qadariyyah ini bukan sekedar beroreintasi pada kehidupan ahirat, melainkan juga
mempunyai target dunia. Oleh karena itu, di era Qadariyah ini, di samping basis
keimanan umat Islam karena ditopang oleh rasionalisme, bidang-bidang lain
seperti ekonomi, politik dan sejenisnya mengalami kemajuan pesat. Mesir, Suriah
dan Persia ,
ketika itu menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, sutra dan lain-lain di
Timur Tengah. Hasil-hasil yang berasal dari Timur di bawa ke Barat harus
melalui daerah-daerah tersebut. Kairo, Alexandria ,
Damsyik, Baghdad dan Siraz (Persia ) menjadi kota-kota dagang
yang penting.
Sementara itu di
bidang tasawuf yang berkembang adalah tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi
merupakan sebuah pemikiran atau aktifitas untuk mengenal lebih dekat kepada
Tuhan tetapi tetap menggunakan pemikiran filosofis. Dalam mendekatkan diri
kepada Tuhan, para sufi menempuh jalan panjang dan sulit meskipun akhirnya
sampai juga pada tujuan mereka. Dalam mendekatkan diri, mereka dihinggapi oleh
rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan, sehingga mereka di stasiun al-mahabbah atau
cinta ilahi. Kalau cinta mereka dibalas Tuhan mereka akan meningkat ke level
yang lebih tinggi, yaitu al-ma’rifat.
Bukan hanya itu, pada zaman klasik ini sains juga
mengalami kemajuan pesat meskipun tidak sepesat era sekarang. Ilmu kedokteran
banyak dikembangkan oleh para ahli seperti Ibnu Rusd, AlRazi dan Ibnu Shina.
Ilmu kimia mengalami kemajuan di tangan jabir dan Ala-razi. Sumbangan ulama Islam
bagi ilmu kimia lebih banyak dari yang diberikan oleh orang-orang Yunani.
Matematika dikembangkan oleh al-Khawarizmi, Umar Al-Khayam. Angka kosong (nol)
adalah penemuan ulama Islam yang kemudian bersama angka Arab lainnya dibawa ke
Eropa pada permulaan abad ke dua belas M. Astronomi berkembang di tangan
Al-Fazzari , AlFarghani dan lain-lain.
Kesimpulan
Periode klasik ini secara umum terbagi menjadi dua. Pertama adalah periode klasik
(650-1000) yaitu periode zaman di mana daerah Islam mulai meluas melalui Afrika
Utara sampai ke Spanyol di Barat dan di Persia sampai ke India di Timur.
Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya
berkedudukan di Madinah, dan kemudian di Damsyik dan terakhir di Baghdad . Di masa inilah
berkembang dan maju pesat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ilmu-ilmu
pengetahuan yang berkembang coraknya bermacam-macam seperti fiqh, filsafat,
sufisme dan termasuk teologi. Dari periode ini ulama –ulama fiqh yang mucul
seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii. Sementara dalam bidang
teologi ulama-ulama yang lahir adalah Imam Al-Asy’ari, Imam Al-Maturidi, Washil
Bin Atho’ Abu Huzail, Al-Nizam dan Al-Jubai.
Kedua adalah fase disintegerasi
(1000-1250 M). Di masa ini persatuan dan kesatuan umat Islam mulai mengalami
kemunduran. Konflik poloitik seringkali melanda sehingga klimkanya adalah
hancurnya imperium Islam yang menyebabkan Baghdad
berhasil dikuasasi oleh Hulaghu Khan di tahun 1258. Karena semangat
pemikirannya yang cenderung antoposentris itulah, maka teologi di abad klasik
ini termasuk teologi Qadariyyah. Paham ini terkenal dengan nama free wil,.dan
free act. Artinya manusia mempunyai kebebasan atau kemerdekaan dalam menentukan
hidupnya. Seluruh prestasi yang dihasilkan oleh manusia bukanlah dari Tuhan
melainkan dari manusianya sendiri karena manusia diyakini mempunyai kekuatan
dan kapabelitas untuk menghasilkan prestasi tersebut. Teologi sunnatullah atau
Qadariyyah ini bukan sekedar beroreintasi pada kehidupan ahirat, melainkan juga
mempunyai target dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun.Dr. Prof, Islam Rasional, Mizan ,
Bnadung, 1995
Nasution, Harun.Dr. Prof, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta , 1990
Nasution, Harun.Dr. Prof, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta , 2007
Madjid, Nurcholis (Ed), Khazanah Intelektual Islam, Jakarta , 1985
Kertanegara, Mulyadhi, Panorama Filsafat Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar